Jumat, 12 Juli 2013

Umar bin Abdul Aziz

Leave a Comment
Ini adalah resume yang saya buat setelah kemarin dapat jadwal kultum tentang tokoh pemimpin muslim: Umar bin Abdul Aziz.


---Prolog----
Siapa tak kenal Umar bin Abdul Aziz. Insan dengan sejarah menawan akan masa kepemimpinannya saat menjabat sebagai khalifah. Ia membalikkan 180 derajat keadaan hidupnya dari yang bermewah harta menjadi penuh dengan keterbatasan ketika dirinya diangkat sebagai khalifah. Ia juga yang dikenal sebagai khalifah yang mampu mengembalikan kesejahteraan umat Islam, hingga hampir saja pembagian zakat tak menemui si penerima karena kesejahteraan tiap muslim di kala itu. Ia juga yang menjadi penyelamat wajah Daulah Umayah di mana para raja berkuasa semena-mena dan perpecahan terjadi di mana-mana.

Tentu akan ada banyak karakteristik seorang mukmin yang bersemayam dalam diri Umar bin Abdul Aziz hingga dirinya ditaati sebagai pemimpin dan namanya tertera dalam daftar sejarah kebanggaan umat muslim. Termasuk salah satu di antaranya adalah sifat tawadhu’ beliau.

Tawadhu’ sendiri berasal dari wada’a yang berarti ‘merendahkan’. Tawadhu; merupakan perangai merendahkan kelebihan, menundukkan hati agar tidak menunjukkan ia lebih baik dari pada orang lain. Belajar memiliki karakter tawadhu’ menjauhkan seseorang dari sifat sombong. Perangai ini penting bagi seorang pemimpin karena karakter sombong membuat si sombong merasa orang yang ada di sekitarnya punya kedudukan tidak lebih baik dari dirinya, membuat ada tembok pemisah antara si sombong dan orang-orang di sekitarnya, yang akhirnya menjauhkan orang-orang di sekitarnya dari si sombong.

Dalam Al Quran surat As-Syu’araa’ ayat 215, Allah menyuruh seorang muslim untuk merendahkan dirinya di hadapan para pengikutnya yang beriman. Ayat ini menjadi dasar bagi seorang pemimpin untuk merendahkan diri di hadapan para rakyatnya yang beriman, bukan menyombongkan diri. Namun Allah bukan hanya menjadikan tawadhu’ sebagai tuntutan bagi umat muslim, tetapi juga akan Allah naikkan derajat seorang muslim yang berperangai tawadhu’. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda “Sedekah tidak mungkin mengurangi harta. Tidaklah seseorang suka memaafkan, melainkan ia akan semakin mulia. Tidaklah seseorang bersikap tawadhu’ (rendah diri) karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan derajatnya. “[HR. Muslim]. Sehingga tidak akan merugi orang yang memiliki sifat tawadhu’, ia akan mulia di mata Allah, juga mulia di mata manusia.

Meneladani Kepemimpinan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz

Sosok Khalifah Umar bin Abdul Aziz r.a mewarisi darah dan ideologi Khalifah Umar bin Al Khaththab r.a. Seorang penguasa yang jujur dan berpegang teguh pada amanah yang diembannya. Walaupun memangku jabatan dalam usia 33 tahun, keadilan dan kebijaksanaan khalifah yang disebut-sebut sebagai khulafaur rasyidin kelima ini terasa oleh rakyat secara umum. Kesalihannya sebagai seorang penguasa pantas dijadikan teladan oleh penguasa muslim dimanapun dan sampai kapanpun. 

Tatkala Khalifah demi khalifah datang pergi silih berganti, disebut-sebutlah nama Umar bin Abdul Azir untuk menjadi penggantinya. Lalu apa kata Umar ketika namanya digadang-gadang menjadi calon khalifah yang baru. “Jangan sebut-sebut nama saya, katakan bahwa saya tidak menyukainya. Dan jika tidak ada yang menyebut namanya, maka katakan, jangan mengingatkan nama saya,” ujar Umar bin Abdul Aziz.
Suatu ketika dibuatlah rekayasa, berupa surat wasiat, seolah-olah khalifah sebelumnya menetapkan Umar sebagai penggantinya. Begitu diumumkan di depan publik, seluruh hadirin pun serentak menyatakan persetujuannya. Tapi tidak dengan Umar. Ia justru terkejut, seperti mendengar petir di siang bolong.  Bukan hanya terkejut, Umar bin Abdul Aziz bahkan mengucapkan: Inna lillahi wa Inna ilaihi raji’uun, dan bukannya Alhamdulillah seperti kebanyakan para pejabat di negeri ini.  Bagi Umar, tahta yang disodorkan adalah musibah, bukan kenikmatan.
Sosok Umar bin Abdul Aziz bukanlah tipe manusia yang berambisi untuk menjadi pemimpin, apalagi mengejarnya. “Demi Allah, ini sama sekali bukanlah atas permintaanku, baik secara rahasia ataupun terang-terangan,” ujar Umar.
Di atas mimbar Umar berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya aku telah dibebani dengan pekerjaan ini tanpa meminta pendapatku lebih dulu, dan bukan pula atas permintaanku sendiri, juga tidak pula atas musyawarah kaum muslimin. Dan sesungguhnya aku ini membebaskan saudara-saudara sekalian dari baiat di atas pundak saudara-saudara, maka pilihlah siapa yang kamu sukai untuk dirimu sekalian dengan bebas!”
Ketika semua hadirin telah memilihnya dan melantiknya sebagai Khalifah, Umar berpidato dengan ucapan yang menggugah. “Taatlah kamu kepadaku selama aku ta’at kepada Allah. Jika aku durhaka kepada Allah, maka tak ada keharusan bagimu untuk taat kepadaku.”
Jika kebanyakan pejabat berpesta ria saat kenaikan pangkat dan meraih kekuasaan, Umar bin Abdul Aziz malah berpesta air mata, ia takut pertanggungjawabanya di hadapan Allah pada hari kiamat kelak tak mampu dipikulnya.
Sejarah mencatat langkah beliau yang spektakuler dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan memulai babak baru pemerintahan yang bersih.  Gebrakan pertama beliau sebagai seorang pemimpin yang kreatif dan inovatif tatkala menerima amanah jaba-tan sebagai khalifah adalah mengembalikan semua harta dan tanah yang diambil oleh pemerintahan khilafah Bani Umayyah sebelum beliau dari masyarakat melalui tekanan kekuasaan kepada para pemiliknya. Bilamana pemilik tanah dan harta aslinya sudah tidak diketahui lagi maka hata dan tanah itu dikembalikan kepada baitul mal, untuk digunakan bagi keperluan kaum muslimin. Para pejabat dari kalangan Bani Umayyah  melepaskan seluruh harta yang mereka bagi-bagikan, harta sumbangan, dan harta yang mereka ambil.  
Tentu saja langkah tersebut diikuti secara serempak oleh para pejabat dari kalangan Bani Umayyah sehingga dengan gerakan yang beliau lakukan dalam tempo sekitar dua tahun, krisis ekonomi yang terjadi pada pemerintahan sebelumnya bisa diatasi. Bahkan distribusi kekayaan sedemikian merata sehingga tidak ada rakyat yang menjadi mustahiq zakat lantaran fakir atau miskin. Pengentasan kemiskinan yang beliau lakukan bukan sekedar retorika. Karena memang terjadi gerakan ekonomi pro rakyat tersebut dari atas secara nyata
Dan jika kebanyakan pejabat bermegah-megahan saat mendapat kedudukan, Umar justru hidup dalam kesederhanaan, bahkan amat sederhana, dan minim sekali. Zuhud dan wara sudah menjadi pribadi Umar sebelum ia menjadi Khalifah. Ketika ia disodori kendaraan “dinas” yang supermewah berupa beberapa ekor kuda tunggangan, lengkap dengan kusirnya, Umar menolak, dan malah menjual semua kendaraan itu, lalu uang hasil penjualannya diserahkan ke Baitul Mal. Termasuk semua tenda, permadani dan tempat alas kaki yang biasanya disediakan untuk khalifah yang baru.
Bila para pejabat sebelumnya selalu ingat kepentingan pribadinya saat menjalankan tugasnya sebagai pejabat negara, maka Khalifah Umar bin Abdul Aziz memberikan teladan gerakan para pejabat yang selalu ingat tugas negara yang dipikulkan oleh Allah SWT kepada-nya saat sedang menikmati kehidupan pribadi. Dengan cara berfikir seperti itu niscaya tidak ada kemaslahatan rakyat yang tidak diurus dan tidak ada kebutuhan rakyat yang tak terpenuhi serta tidak ada keinginan rakyat yang terabaikan.
Kesederhaan Umar dibuktikan ketika ia melepas pakaiannya yang mahal dan menggantinya dengan pakaian kasar  – hanya delapan dirham.  Semua pakaian, minyak wangi, juga tanah perkebunan yang diwarisinya, juga dijual, seharga 23 ribu dinar atau sekitar 11,5 miliar rupiah dan dia masukkan ke Baitul Mal.
Ada salah satu momen yang menggambarkan betapa tawadhu’nya Umar:
Kisah tersebut terjadi ketika suatu malam ada seseorang yang bertamu ke rumah Umar bin Aziz. Kala itu sang khalifah sedang menulis di tengah kondisi cahaya lampu yang mulai redup. Sang tamu yang melihat keadaan itu kemudian ingin memperbaiki lampu tersebut, namun hal itu dicegah oleh sang khalifah. Khalifah Umar bin Abdul Aziz ingin memuliakan tamunya sehingga tidak memperbolehkan tamunya merepotkan diri untuk membenahi lampu yang mulai redup itu. Sang tamu tak berhenti sampai di situ, ia kemudian menganjurkan agar Umar bin Abdul Aziz membangunkan pembantu beliau, namun anjuran si tamu juga ditolak oleh sang khalifah. Khalifah Umar bin Abdul Aziz tidak ingin mengganggu pembantunya beristirahat. Hingga pada akhirnya sang khalifah sendiri yang turun tangan memperbaiki lampu tersebut.
Kisah di atas menunjukkan betapa rendah hatinya khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ia tidak sombong atas kedudukannya sebagai khalifah yang sebenarnya bisa saja menyuruh si tamu yang berkunjung untuk memperbaiki lampunya dengan kedudukan beliau sebagai khalifah, namun beliau lebih memilih memuliakan tamu tersebut. Atau bisa saja sang khalifah membangunkan pembantu beliau yang sesudah beristirahat, namun sang khalifah lebih memilih untuk tidak mengganggu istirahatnya si pembantu.

khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah seorang pejabat yang memiliki visi dan karakter kenegarawanan. Yakni, seorang pejabat yang: 
Pertama, memiliki pandangan hidup yang mendasar, yakni pemikiran yang menyeluruh tentang kehidupan, manusia, dan alam semesta, sehingga dia paham bahwa hidup bukanlah semata hari ini, saat dia bergelimang kekuasaan, tapi juga nanti saat dia ditanya tentang seluruh perbuatannya tatkala dia berkuasa. Lihatlah ucapan beliau kepada sang istri: 'Engkau tahu, aku telah diserahi urusan seluruh umat ini, yang berkulit putih maupun hitam, lalu aku ingat akan orang yang terasing, peminta-minta yang merendah, orang kehilangan, orang-orang fakir yang sangat membu-tuhkan, tawanan yang tertekan jiwanya dan lain sebagainya di berbagai tempat di bumi ini. Dan aku tahu persis, Allah SWT pasti akan menanyaiku tentang mereka, dan Muhammad saw akan membantahku dalam masalah mereka (jika aku mangkir); karena itulah aku takut akan diriku sendiri”.  Beliau tidak berkata : “Ayo kamu minta apa saja pasti kukabulkan, karena sekarang aku menjadi orang nomor satu di Negara ini!”.
Istri pejabat umumnya memanfaatkan kedudukan suaminya untuk hidup mewah, tapi Umar justru menawarkan pilihan, antara hidup bersama dirinya dengan melepas semua harta perhiasan yang dikenakan, termasuk permata, mutiara, perabotan rumah tangga yang mahal harganya, atau berpisah. Akhinya, sang istri memilih hidup bersahaja bersama suaminya yang bertahtakan khilafah.
Kiranya beliau yang juga dikenal sebagai pejabat yang memiliki ilmusiyasah syar'iyyah faham betul bagaimana mengimplementasikan sabda Nabi: “Seorang Imam yang diberi amanat memimpin manusia adalah laksa penggembala dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyat yang dipimpinnya”. 
Kedua, memiliki pandangan hidup yang jelas bagaimana mewujudkan kebahagiaan yang nyata, yakni melakukan sesuatu yang menyebabkan Allah SWT penguasa alam semesta dan penguasa hari kiamat meridoinya. Dari ungkapan beliau r.a. kepada sang istri di atas jelas bahwa perhatian beliau adalah bagaimana menjalankan tanggung jawab-nya sebagai penguasa agar mendaptkan ridlo Allah dan terhindar dari murka Allah SWT. Bukan seperti para penguasa muslim hari ini yang hanya sekedar berdoa: Allahumma ini as aluka ridloka wal jannah wa a'udzubika min skhotika wan naar (Ya Allah aku mohon ridlo-Mu dan surga-Mu dan aku berlindung dari murka-Mu daqn neraka-Mu) sementara kebijakan yang dibuatnya justru me-ngantarkannya kepada murka Allah dan menjauhi ridlo-Nya.   
Ketiga, memiliki pengetahuan dan pemahaman peradaban yang mengangkat kehidupan rakyat yang dengan peradaban tersebut mereka memiliki kondisi kehidupan yang lebih baik, memiliki taraf berfikir yang lebih tinggi disertai nilai-nilai luhur dan ketentraman abadi. Dari ungkapan beliau kepada sang istri di atas tampak jelas bahwa memiliki visi dan misi negarawan yang mengangkat derajat kaum dhuafa dan para tawanan agar mendapatkan kebebasan dan terpenuhi kecukupan kebutuhan hidup mereka sehingga perasaan mereka aman dan hati mereka menjadi tentram.   
Dengan visi dan misi kenegarawan tersebut Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengambil berbagai kebijakan yang pro rakyat. Antara lain beliau memberikan gaji kepada para hakim (qadli) lebih tinggi daripada para pegawai yang lain, yakni sekitar 400 dinar atau sekitar 200 juta per tahun. Ini diberikan agar qadli menjalan-kan tugasnya dengan adil dan dilandasi ketaqwaan sehingga tidak mudah dibeli oleh orang-orang yang hendak berlaku curang dalam perkara. Beliau juga melarang para pejabat dan gubernur melakukan bisnis. Sebab bisnis penguasa itu akan menimbulkan fasad atau kerusakan jiwa bagi yang bersangkutan dan akan menimbulkan kehancuran (mahlakat) bagi rakyat. Sebab penguasa akan melakukan monopoli dan memak-sakan harganya kepada rakyat demi penumpukan modal bagi dirinya. 
Itulah akhlak pemimpin seorang Umar bin Abdul Aziz, jauh dari gaya perlente, berpakaian mahal, kendaraan mewah, apalagi makanan yang lezat.  Seharusnya pejabat di negeri ini meneladani kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz.


---Epilog----
Sistem pemerintahan Islam yang diterapkan sejak masa Nabi dan sahabat-nya hingga masa-masa kekuatan daulah Utsmaniyyah merupakan lahan subur dari tumbuhnya para negarawan, baik mereka memegang tampuk pemerintahan seperti Khalifah Umar bin al Khaththab, Khalifah Ali bin Abi Thalib, Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Khalifah Mu'tashim Billah, Sultan Shalahudin Al Ayyubi, Sultan Sulaiman Al Qanuni, maupun yang tidak memegang tampuk pemerintahan seperti Abu Dzar Al Ghifari, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ibnu Taimiyyah, dan para ulama lainnya. 

Hari ini para penguasa yang seolah-olah merupakan pilihan hati rakyat terbukti banyak menyakiti hati rakyat karena kebijakan mereka yang tidak pro rakyat, malah pro kepada kaum kapitalis asing yang menjajah negeri-negeri kaum muslimin. 

Masa sekarang inilah masa fitnah karena kaum muslimin miskin pemimpin yang memiliki visi kenegarawanan. Mereka tidak lebih seperti yang digambarkan oleh Rasulullah SAW : ”Akan datang kepada kalian tahun-tahun tipu daya. Pada waktu itu pendusta di benarkan sedangkan orang yang benar didustakan. Pengkhianat dipercaya sedangkan yang amanah dianggap khianat.  Pada saat itu akan berbicara ar ruwaibidloh”. Ditanyakan apakah ar ruwaibidloh? Nabi Menjawab: ”Orang-orang yang bodoh tentang urusan publik”.



Sumber: 

0 komentar:

Posting Komentar