Selasa, 26 Februari 2013

Boulevard

Leave a Comment
Bismillahirrahmanirrahim...
Malang, 26 Februari 2013,

Setelah berdiskusi dengan Ibu, akhirnya saya menerima tawaran teman saya, Firdaus untuk mengajar les privat di Sulfat Agung 8. Jadilah selama 1 bulan ini saya bolak-balik Sunan Ampel - Sulfat Agung - Sukun - Papa Kuning - Kedawung, dan lain-lain. Yah, pengen aja ngelesin. Bukan berorientasi duit sih, soalnya juga saya merasa agak senggang di waktu sore hari (mentoring biasanya siang, setelah adik-adik pulang sekolah, sedang syuro' dan pembinaan terjadwal setiap Minggu pagi).

Di akhir bulan Februari ini, setelah evaluasi neraca keuangan pribadi (ceilah) kemarin, saya merasa pengeluaran uang bulanan saya agak membludak buat beli bahan bakar motor saya doang... ngga sampai menguras kantong sih.. tapi sayang aja, duitnya kan masih bisa buat beli buku atau rewards buat adik-adik. and... jeng, jeng, jeng... saya putuskan untuk mengubah rute perjalanan saya demi menghemat bensin, hahaa...pinter kan saya?? *dilempar sandal*

rute regular saya: Sunan Ampel - Jl. Sumber Sari - Jl. Veteran - Jl. BJS Riyadi - Tugu - Stasiun Kota - Lap. Rampal - Jl. Tumenggung Suryo - Jl. Sulfat - Jl. Emas - Jl. Sulfat Agung.

lalu rute pulangnya: Jl. Sulfat Agung - Jl. Emas - Jl. Sulfat - Jl. Tumenggung Suryo - Lap. Rampal - Stasiun Kota - Jl. Semeru - Jl. Ijen - Jl. Jakarta - Jl. Bogor - Jl. Veteran - Jl. Sumber Sari - Sunan Ampel 

tapi kemarin (25/02) saat paketan internet saya habis jadi ga bisa buka digital map, dan saya harus nge-mentoring di SMK 11, saya memutuskan untuk langsung ke Sulfat dari arah Sukun. Nekat. Tapi alhamdulillah, saya tiba juga di Sulfat Agung, tanpa terlambat :) lalu pulangnya lagi-lagi nekat tidak pulang melalui jalan yang sama. Asal milih jalan, tapi Subhanallah..

akhirnya pulang lewat: Jl. Sulfat Agung - Jl. LJ Sunandar Priyo Sudarmo - Jl. Laks Adi Sucipto - Jl. Borobudur - Jl. Soekarno Hatta - Jl. MT Haryono - Jl. Gajayana - Sunan Ampel :)

kesannya lebih dekat sih, tapi emang lebih padat jalannya. 

Lalu siang tadi setelah ngecek per-jalan-jalan-an di digital map, akhirnya saya putuskan lewat: Sunan Ampel - Jl. Gajayana - Jl. MT Haryono - Jl. Soekarno Hatta - Jl. Bunga Cengkeh - Jl. Kedawung - Jl. Ciliwung - Jl. LJ Sunandar Priyo Sudarmo - Jl. Sulfat - Jl. Emas - Jl. Sulfat Agung.

Kerasa banget lebih deket, tapi memang harus lebih bersabar karena masuk daerah rawan macet, apalagi di saat-saat jam pulang kantor. Yah, semoga saja rute baru saya ini bakal lebih menghemat bensin.. heheee :D

pesan moralnya apa ya... lebih inisiatif, berani ngambil jalan baru, jangan takut nyasar!
get lost is good!! 
Read More...

Senin, 25 Februari 2013

Bagaimana Menyampaikan Taujih?

Leave a Comment
Minggu, 24 Februari kemarin setelah membina di YASA sejak pukul 06.00 sampai 08.15 pagi, saya langsung meluncur ke belakang pom bensin Jalan Bandung, tepatnya di tempat kursus Nurul Fikri untuk mengikuti Dauroh Muwajjih. Alhamdulillah, untung waktunya bersisian (karena biasanya pembinaan di YASA dimulai jam 08.00-10.00) jadi tidak ada agenda yang harus dikorbankan.

Kenapa saya pikir agenda ini penting sehingga saya harus datang dan menyimak? Karena seperti kata twit ust. Felix Siaw, apa yang disampaikan dalam dakwah itu penting, dan bagaimana menyampaikannya juga penting.
Sampai disana ternyata acaranya baru dimulai. Alhamdulillah lagi..
Saya lupa nama ustadz yang memberikan materi, trus diberi tau teman saya, ternyata beliau adalah ustadz Jamalullail Yunus.

intinya, materi yang sempat saya catet, simak, dan simpulkan antara lain:

Landasan Dakwah. Kenapa sih harus berdakwah?
a. QS. al-Fushilat ayat 33.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ  

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?

b. Hadist Rasulullah "Ballighu'anni walau ayah" yang artinya: "sampaikanlah dariku walau hanya 1 ayat.

c. Kita adalah Generasi Robbani (yang selalu mempelajari al Quran, lalu mengajarkannya kepada orang lain), seperti dalam QS al-Imran ayat 79.

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ 

وَلَٰكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ

Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.

d. Ahdafut Tarbiyah: Sholih wal Muslih
Dakwah bisa dikatakan berhasil jika bukan hanya bisa menjadi shalih, tapi juga bisa men-shalih-kan orang lain (muslih).

nah, untuk mencapainya, banyak hal yang harus disiapkan sebelum menyampaikan taujih. Yang pertama:
1. Persiapan Dasar


See? 
mulai dari kesiapan fisik, pikiran, dan apa yang akan kita sampaikan. tujuan penyampaian itu apa? siapkan semuanya dari sini.

2. Persiapan Teknis

    a. Audience
  • Kenali audience (tingkat pendidikan, usia, berasal dari kelompok sosial mana, latar belakang mereka apa, ...)
  • Perasaan dan harapan (apa yang sedang mereka rasakan, masalah apa yang sedang mereka hadapi, apa yang mereka harapkan setelah mendengar taujih dari kita).
  • Bicarakan apa yang mereka inginkan, bukan yang kita hendaki (bisa disesuaikan dengan masalah yang mereka hadapi dan penyelesaian yang mereka harapkan).

    b. Tujuan
         Berdasarkan tujuannya, taujih bisa dibedakan menjadi:
  • Taujih Informative: taujih yang disampaikan dengan tujuan untuk menambah tsaqofah atau wawasan baru.
  • Taujih Persuasive: taujih yang bertujuan untuk mendorong audience melakukan sesuatu,  memberi keyakinan, atau membakar semangat.
  • Taujih Recreative: taujih yang disampaikan untuk menghibur atau membuat audience senang.

    c. Jenis Penyampaian
  • Improptu; yaitu taujih yang dilakukan secara mendadak, biasanya untuk menggantikan seseorang, sehingga biasanya tidak sempat mengumpulkan dan menyiapkan materi.
  • Manuscript; yaitu taujih yang dilakukan dengan membaca naskah. Biasanya naskah disiapkan oleh orang lain, sehingga kita harus sudah membaca naskah tersebut minimal 1x sebelum tampil menyampaikannya.
  • Memoriter; yaitu taujih yang sudah dihapal
  • Ekstempore; yaitu taujih yang materinya sudah disiapkan berupa outline atau garis-garis besar, dan sudah disiapkan sebelumnya. Persiapan ini yang paling baik.

setelah tau hal-hal di atas, apa yang harus kita lakukan??

Cari Materi dan Kuasai
  • Sesuai dengan lata belakang pengetahuan pemapar
  • Menarik minat dan paling disenangi pemapar
  • Menarik minat publik/audience
  • Sesuai dengan pengetahuan pendengar
  • Sesuai dengan ruang lingkup dan pembatasannya
  • Sesuai dengan waktu dan situasi
  • Dapat ditunjang dengan alat bantu atau media lain

Susun Materi
     Sebenarnya susunan taujih yang baik hampir sama dengan susunan pidato pada umunya, antara          lain:
  • Pembukaan
  • Isi / Pesan yang akan disampaikan
  • Penutup


Performance
Well, ini penting... yah, ga bisa dipungkiri bahwa kesan pertama dan penampilan itu penting. Kita bakal sulit ngajak orang untuk melakukan kebaikan kalau mereka sudah memasang barrier atau pembatas gara-gara ilfeel liat penampilan kita yang berantakan. Nah, hal-hal kecil (yang berdampak besar) yang harus kita perhatikan sebelum tampil antara lain:
  • Pakaian, periksa.. jangan sampai ada bagian yang kusut atau bahkan robek.
  • Rambut khusus ikhwan.
  • Mulut, jangan sampai ada cabe yang nempel di gigi, cek juga bau mulut :)
  • Bau badan
  • Cara jalan dan duduk
  • Raut wajah
dan yang terakhir,

Cara Bicara
  • Pilihan kata / diksi
  • Artikulasi, jangan terlalu cepat dan jangan terlalu lamban
  • Intonasi (kuat-lemah suara)
  • Speed
  • Jeda
  • Bicara melalui mata
  • Gerakan tangan
  • Mimik wajah

lalu setelah itu panitia membagi kami menjadi kelompok-kelompok kecil untuk melakukan micro teaching dan mempraktekkan apa yang telah kami dapat sebelumnya. Asik, bener nambah imu buat penyampaian ke adik-adik lah ini. 

Jangan lupa, 
bila kita gagal dalam bersiap, maka bersiaplah untuk gagal.

makin hebat seorang pemapar, akan semakin cermat persiapannya.

mereka yang naik tanpa kelelahan, akan turun tanpa kehormatan.

Well, itu aja sih. 
Semoga bermanfaat! :D
Read More...

Sabtu, 23 Februari 2013

Pembentukan Karakter Anak

Leave a Comment
Ini pernah saya baca di sebuah buku psikologi yang saya lupa judulnya (sudah lama, sejak SMP). Dan sejak saat itu saya sadar, parenting itu ga gampang. Makanya saat sekarang saya berkecimpung ke dunia anak-anak dan remaja, saya banyak terbantu dengan ini untuk mengetahui dan sedikit-sedikit membentuk karakter mereka.

  • Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
  • Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
  • Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
  • Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar pengadilan.
  • Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan harapan, ia belajar cinta dan kehidupan.

Read More...

Jumat, 22 Februari 2013

ini hanya fiksi (2)

Leave a Comment
Menunggu


Kulirik jam digital di layar telepon genggamku, jam 4 lebih 7 menit. Aduh, sudah terlambat sejak janjiku untuk menemuinya. Padahal aku yang mengajukan jamnya. Dia yang memilih tempat. Aku tahu, waktu itu dia hanya pura-pura berpikir, berpura-pura mencari tempat, padahal dia selalu memilih tempat itu, selalu, selama setahun ini. Kupercepat langkahku menuju selasar masjid kampus. Setengah berlari sambil dalam hati berdoa supaya dia masih di tempat kerjanya, sedang ada rapat mendadak atau bosnya tengah girang lalu membagi-bagikan donat dan memaksa makan bersama seluruh karyawannya. Aku tidak suka ditunggu. Membuatku terlihat bodoh.

Tapi doaku memantul, dari ujung selasar sudah terlihat kemeja hitam kotak-kotaknya. Aku manyun. Dia tengah membaca entah apa dari smartphone-nya.
"Assalamualaykum. Mas, maaf... sudah lama?"
Dia menoleh, tersenyum lebar, "Baru juga datang. Sudah shalat?"
Aku menggeleng cepat. "Belum, tadi abis nempel pamflet langsung kesini. Sebentar ya, aku shalat dulu. Titip tas ya, mas."
Dia mengangguk. Aku berlalu.

Selesai shalat aku beranjak kembali ke selasar, tapi dia sudah tak ada disana. Hanya ada tasku tergeletak sendiri di lantai. Aku masuk kembali ke dalam masjid, melongok-longok ke arah jemaah ikhwan, tak ada.

20 menit aku menunggu sendiri di selasar masjid. Ada tanda pesan masuk di layar handphone-ku. 
"Maaf, aku mendadak harus pergi. Tapi aku serius, ada hal penting yang ingin kusampaikan. Bisakah datang lagi ditempat yang sama besok?"
Aku tersenyum.



Malang, 22 Februari 2013

#fiksi #malang #aku #masjid

Read More...

Rabu, 20 Februari 2013

ini hanya fiksi (1)

Leave a Comment
Kado


Aku ingat betul hari itu. Waktu itu sebuah hari di bulan Juni. Sore itu sedang hujan, aku duduk memandang ke luar jendela kamar, menghitung tetes-tetes hujan yang menetes di kaca. Lalu segalanya menjadi terang, kelewat terang, silau tepatnya. Ah, sebuah kilat yang besar. Aku mengalihkan pandangan untuk menyelamatkan mata, lalu mataku tertumbuk pada sebuah bungkusan di atas meja. Sudah lama berada di sana. Seminggu lalu kalau tak salah ingat. 

Dibungkus kertas coklat polos, tapi tak sesiapapun yang tahu, kecuali aku dan Tuhan-ku bahwa dibalik kertas coklat itu masih ada kertas kado berwarna krem, dengan motif bunga-bunga. Iya, itu adalah sebuah kado berisi buku yang tempo hari aku beli saat tengah iseng menyelinap di toko buku besar. Tahu-tahu aku sudah di berada di depan kasir, membayar harga 2 buku tersebut. Dua? Aku mungkin sudah gila. Terkena virus orang-orang itu, mungkin. Menganggap benda-benda yang couple itu romantis. Tapi toh, akhirnya aku bungkus juga satu dari buku itu. Hendak dikirim ke entah siapa yang mengganggu pikiran yang kebetulan tengah bersedih karena 10 hari sebelumnya jatah umurnya berkurang. Aku ingin menghiburnya, menelponnya dan berbicara lama-lama dengannya mungkin. Tapi tidak kulakukan karena aku sadar, aku perempuan yang masih memegang agama.

Keesokan harinya setelah sore hujan itu, aku pergi mengirimkan kado itu tanpa sebaris pun pesan melalui jasa pengiriman barang milik pemerintah. Biar saja sedikit lebih lama sampai disana. Jadi aku masih punya waktu untuk mengarang alasan seandainya dia nanti bertanya mengapa aku mengirimkan kado buku itu. 

Dan tahun ini, saat bulan-bulan mulai bergerak ke arah sana, aku memutuskan mungkin tidak mengirim apa-apa lewat jasa pengiriman barang milik pemerintah itu lagi.  Aku akan mengirim doa saja. Lebih aman kupikir, karena perantaranya langsung Tuhan Yang Maha Tahu.


Malang, 20 Februari 2013

#fiksi #malang #aku #jauh

Read More...