Rabu, 31 Juli 2013

the Power of Giving

2 comments
Ini adalah tulisan yang ditulis setelah pulang i'tikaf dalam rangkaian kegiatan Ramadhan 1434 H.

Bismillahirrahmanirrahim.. 

Sejatinya, kita semua adalah musafir atau orang yang sedang melakukan perjalanan. Baik perjalanan fisik maupun hati, berpindah tempat ataupun rasa. 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ: كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ
artinya:
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku lalu bersabda, “Jadilah engkau hidup di dunia seperti orang asing atau musafir (orang yang bepergian).” (HR. Al-Bukhari no.6416)


Dan sebagaimana orang yang berperjalanan, sangat mungkin banyak barang perbekalan yang kita bawa, baik barang-barang primer yang kita butuhkan selama perjalanan, maupun barang tersier-quarter yang sekedar tak tega untuk kita tinggalkan. Tapi, sadarkah kita, semakin banyak barang yang kita bawa, semakin sulit dan lama perjalanan kita nantinya? 

Orang yang bijak akan menitipkan barang-barang lain diluar yang ia rasa cukup kepada rekan perjalanannya yang hanya sedikit membawa bekal. Dengan begitu, ia bisa lebih leluasa bergerak dan lebih sigap dalam berperjalanan. 
Seperti halnya seorang musafir, dia tidak membutuhkan membawa bekal yang banyak kecuali sekedar apa yang bisa menyampaikannya ke tempat tujuan. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin dalam kehidupan di dunia ini. Dia tidak membutuhkan banyak bekal kecuali hanya sekedar bekal untuk mencapai tujuan hidupnya yakni negeri akhirat. Dia tidak mengambil bagian dari dunia ini kecuali apa-apa yang bisa membantunya untuk taat kepada Allah dan ingat negeri akhirat. Hal inilah yang akan memberikan manfaat kepadanya di akhirat.

Yang mengerti kiasan ini tentu paham bahwa ini adalah esensi dari memberi. Menitipkan harta-harta kita pada orang lain, dengan kepercayaan bahwa bekal kita sudah cukup dan kita tidak akan kekurangan selama perjalanan nanti. 

(gambar dari sini)

Dalam Islam, banyak sekali anjuran untuk memberi, baik yang sunnah seperti infaq dan shadaqah, atau yang wajib sifatnya seperti zakat.
a. Shadaqah berasal dari kata صدق (benar). Maksudnya, orang yang bershadaqah adalah orang yang benar imannya
b. Infaq mempunyai arti mengeluarkan harta untuk suatu kebaikan yang diperintahkan Allah SWT di luar zakat (QS. 2:195).
c. Zakat adalah hak para mustahik (orang yang berhak menerima zakat) dan hak harta itu sendiri yang wajib disucikan, dan dikeluarkan oleh para muzakki (orang yang mengeluarkan zakat). Zakat terbagi emnjadi 2 yaitu zakat maal atau zakat harta atau zakat pendapatan dan zakat fitrah.
-------------------------------------------------------------------------------
postingan ini ditulis menjelang akhir Ramadhan, sehingga yang akan menjadi concern kali ini adalah zakat fitrah.
-------------------------------------------------------------------------------
Zakat fitrah juga dikenal sebagai penutup dari amaliyah Ramadhan yang wajib dikeluarkan atas nama harta pribadi dan juga mereka yang masih di bawah tanggungjawab kita, misalkan anak atau saudara.

{حَصِّنُوْا أَمْوَالَكُمْ بِالزَّكَوةِ وَدَاوُوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ وَأَعِدُّوْا لِلْبَلاَءِ الدُّعَاءُ  {رواه الخطيب عن ابن مسعود 

"Rasulullah Saw. bersabda: “Bersihkanlah hartamu dengan zakat, dan obatilah sakit kalian dengan bershadaqah, dan tolaklah olehmu bencana-bencana itu dengan do’a". (HR. Khatib dari Ibnu Mas’ud). 

Kenapa sih, kita harus mengeluarkan zakat fitrah? Nah, coba simak beberapa urgensi zakat fitrah yang disadur dari minibook keluaran IKADI Jawa Timur berikut:
1. Membersihkan, mensucikan dan membuat ketenangan jiwa Muzakki (orang yang berzakat). Perhatikan Q.S. 70 : 19-25.
2. Harta yang dikeluarkan zakat dan infaq/shadaqahnya akan berkembang dan memberikan keberkahan kepada pemiliknya. Pintu rizki akan selalu dibuka oleh Allah SWT. (Q.S. 2 : 261, Q.S. 30 : 39, Q.S. 35 : 29-30).
3. Zakat, Infaq/Shadaqah merupakan perwujudan kecintaan dan kasih sayang kepada sesama ummat manusia. Kecintaan Muzakki akan menghilangkan rasa dengki dan iri hati dari kalangan Mustahik. 
4. Zakat, Infaq/Shadaqah, merupakan salah satu sumber dana pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki ummat Islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, institusi ekonomi, dan sebagainya (Q.S. 9 : 71).
5. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat bukanlah membersihkan harta yang kotor, melainkan membersihkan harta yang didapat dengan cara yang bersih dan benar, dari harta orang lain (Q.S. 51 : 19). 
6. Dari sisi pembangunan kesejahteraan ummat, zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan, dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, economic with equity (Q.S. 59 : 7). 
7. Ajaran zakat, infaq/shadaqah sesungguhnya mendorong kaum muslimin untuk memiliki etos kerja dan usaha yang tinggi, sehingga memiliki harta kekayaan yang disamping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya juga bisa memberi kepada orang yang berhak menerimanya. 

Subhanallah... betapa besar fungsi zakat dalam perekonomian Islam. Mungkin, jika seluruh kaum muslimin paham hakikat dan fungsi zakat seutuhnya, kita bisa kembali mengalami masa-masa selayaknya kekhalifahan Umar bin Khattab ataupun Umar bin Abdul Aziz dimana pada saat itu seluruh kaum muslimin berlomba-lomba menjadi muzakki, dan tidak ada lagi yang mau menjadi mustahik.

Yuk, kawan... mari mengefisienkan perjalanan kita dengan menitipkan sebagian barang bawaan kita kepada orang lain, agar perjalanan kita terasa lebih mudah dan menyenangkan karena beban kita tak lagi berat dan kita pun tak perlu resah menjadi incaran perampasan orang jahat.

Jangan lupa bahwa nanti pun kita akan ditanyai dan dimintai pertanggungjawaban mengenai apa-apa saja bekal perjalanan yang kita bawa.


Read More...

Senin, 29 Juli 2013

I'tikaf yoook...

Leave a Comment
Bismillahirrahmanirrahim...
"Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."(QS. Al Qadr: 1-5)
10 hari terakhir Ramadhan 1434 H, apa kabar iman?

Mungkin di 10 hari awal Ramadhan amal ibadah yang paling diminati adalah tarawih. Jamaah masjid-masjid membludak hingga ke halaman.
Mungkin di 10 hari kedua Ramadhan amal ibadah yang paling populer adalah tilawah, sibuk menghitung-hitung berapa juz pencapaian sampai hari ini. Tarawih mulai minim peminat, ditandai dengan semakin majunya shaf shalat mendekati imam. 
Mungkin di 10 hari ketiga Ramadhan amal ibadah yang paling populer adalah berbelanja di pusat-pusat belanja sana, sibuk memborong persiapan menyambut hari raya. Tilawah? Nanti dulu lah kalau sempat.

Tapi tidak bagi umat Nabi Muhammad yang benar-benar mengharap Ramadhan ini jadi Ramadhan terbaik dalam hidupnya. 10 hari terakhir Ramadhan adalah saatnya berlomba-lomba mengejar malam 1000 bulan, malam kemuliaan, malam Lailatul Qadr. Banyak contoh ibadah yang dapat dilakukan demi mengharapkan kejatuhan malam 1000 bulan ini, salah satunya mungkin yang paling sering dilakukan adalah berdiam diri di masjid atau dikenal sebagai I'tikaf.

Secara bahasa i'tikaf artinya menetap, mengurung diri, atau menahan diri (Q.S. Al Baqarah: 187). Sedangkan dari pengertian menurut apa yang biasa kita kerjakan, i'tikaf adalah menetapnya seseorang dalam keadaan suci di dalam masjid untuk melakukan ketaatan dan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. 

I'tikaf sendiri hukumnya bisa menjadi wajib, bisa pula menjadi sunnah. 
Wajib kalo sudah di-nadzar-kan sebelumnya, semisal: 'saya ber-nadzar akan ber-i'tikaf di masjid sepanjang beberapa malam terakhir Ramadhan.' Hal ini disebabkan karena menepati nadzar adalah wajib.
Sunnah kalo dilakukan oleh seorang muslim/ah secara sukarela atau ikhlas dalam rangka ber-taqarrub kepada Allah dan meneladani Rasulullah.
Pun, i'tikaf di 10 hari bulan Ramadhan sendiri hukumnya adalah sunnah muakkad (sunnah yang diutamakan).

Apa saja syarat dan rukun i'tikaf?
1. Islam 
2. Berakal dan mumayyiz
3. Suci
4. Niat
5. Dilaksanakan di masjid (beberapa pendapat beranggapan bahwa berdiam diri di mushalla, surau, atau langgar tidak dapat disebut i'tikaf)

(gambar dari sini)

I'tikaf dapat dilakukan kapanpun sejak masuk masjid dan berniat mulai melakukan i'tikaf. Sedangkan hal-hal yang sebaiknya kita lakukan selama ber-i'tikaf antara lain:
1.  Memperpanjang shalat malam
2. Banyak-banyakin tilawah dan memahami maknanya
3. Melakukan ibadah sunnah semisal bertasbih, bertahmid, bertakbir, beristighfar, dan lain-lain.
4.  Banyak-banyakin doa, jika perlu siapkan list doa.
5.  Mengkaji kitab atau mengikuti kajian-kajian ilmu.

Oiya, beberapa orang pernah bertanya-tanya kepada saya pribadi, "Memangnya boleh, perempuan yang belum mempunyai suami bermalam di masjid?"
Dan jawaban saya pribadi (juga) adalah boleh. Karena i'tikaf disunnahkan bagi ikhwan dan juga akhwat. Bagi akhwat yang sudah menikah memang sebaiknya i'tikaf dilakukan bersama suaminya atau setidaknya sudah mendapat ijin suami.
Sedangkan bagi akhwat yang belum menikah, harus dengan ijin orang tua atau mahromnya (kakak, misalnya). Dan tentu dalam pelaksanaannya, tempat i'tikaf bagi ikhwan dan akhwat akan dipisah, biasanya ikhwan di lantai 1 dan akhwat di lantai 2. Atau jika masjidnya hanya terdiri dari 1 lantai, maka akan dipisahkan dengan hijab, sehingga tidak menimbulkan fitnah.

Mari gunakan sebaik-baiknya 10 malam terakhir Ramadhan ini, jadikan ini Ramadhan terbaik dan tersukses dalam hidup kita, karena tidak ada yang bisa menjamin umur kita akan disampaikan pada Ramadhan mendatang.


Ramadhan, masih di penghujungnya, namun sudah terasa rindu...
Malang, 21 Ramadhan 1434 H
06:15 am


Read More...

Jumat, 26 Juli 2013

yang baru dari kelas VII A

Leave a Comment
Halooooo....... kali ini saya cuma mau kenalin adik-adik baru saya dari SMP BSS (Brawijaya Smart School). Jadi, 3 hari kemarin (22-24 Juli 2013) saya mendapat amanah untuk menjadi salah mentor di Pesantren Ramadhan dan ditugaskan di kelas mereka, kelas VII A.

Ini sebenarnya bukan pengalaman pertama saya berinteraksi dengan anak Sekolah Menengah Pertama kelas 7, tapi entahlah.... rasanya mereka terlalu berbeda dengan anak-anak lain yang pernah saya handle sebelumnya. Mungkin mereka makan terlalu banyak saat sahur, sehingga mempunyai tenaga dan energi berlebih yang bikin mereka superactive dan energic sepanjang hari. Bikin saya juga harus ngeluarin tenaga dan suara ekstra agar bisa ngimbangi mereka.


dari baju hitam: Kelvin, Wisnu, Addo, dan Fitranza 


Diminta diskusi malah joget-joget ga jelas gitu... hahaa, lucuuuu :D
mungkin benar, masa transisi dari anak berseragam merah putih ke biru putih itu dahsyat ya... dari bocah menjadi remaja, tapi mereka masih berada di tengah-tengah. Masih ada banyak pikiran di bawah alam sadar yang suka tiba-tiba muncul gitu.

Anak yang pertama saya ingat namanya adalah Kelvin. Ini anak ga tau kenapa manja banget sama saya, bahkan dia nyeret salah satu kursi untuk duduk bareng saya di depan kelas, "Miss, aku mau jadi sekretaris Miss aja." 
"Ngapain? Saya ga butuh sekretaris kok.."
"Ga papa, Miss.. aku males duduk bareng mereka, aku mau di sini aja."
"..........."

Udah gitu kalo ngeliat saya ngeluarin kamera, pasti dia yang paling semangat minta difoto. Dan, pasti minta supaya fotonya di masukan ke fb saya. Duuuuh, demi apa coba, terkoneksi sama dia aja enggak lho :P

Kelvin saat minta difoto

Trus yang kedua saya hapal adalah Addo. Ini anak imut banget, tapi bawel juga. Disuruh hapalan surah-surah pendek lumayan jago, tapi disuruh baca al-ma'tsurat ga bisa ngaji katanya. Padahal, di SMP BSS ini sudah ada metode ngaji ummi setiap harinya lho.
Hari pertama Addo pernah bikin insiden. Siang sekitar jam 10.30 dia rewel minta istirahat, padahal masih waktunya materi. Akhirnya dia ngambek dan narik tirai jendela, tanpa sengaja, tirainya lepas semua. Pucatlah dia. Temen-temennya udah ribut nyorakin. Sebagian ada yang mau bantuin, tapi jauh kurang tinggi. Akhirnya, saya minta Kelvin menaikkan salah satu bangku di atas meja, dan tentu saja saya yang naik dan membetulkan tirai tadi. 

Begitu saya turun dari meja, saya ngomong sama Addo, "Masih mau istirahat, Do?"
"Nggak, Miss... enggak lagi. Makasih ya, Miss..." sambil pasang muka bersalah dan narik-narik baju saya.
Hehee, untungnya semenjak itu dia ga rewel-rewel lagi minta istirahat.

Selain itu masih banyak lagi anak-anak yang 'ajaib' lainnya. Mari saya perkenalkan:


Putra dari kiri: Kelvin, Kaffa, Ghazy (ini yang udah gede sendiri, pernah curhat lagi ngecengin kakak kelas OSIS yang cantik... hahaa), Fitranza, yg sembunyi itu Gusti, trus depannya Ega, Addo, dan Wisnu (paling susah diatur nih anak).
Putri dari sebelah saya: Galuh, Rani, Reza, (lupa), Arinaa (sengaja pake double a), Rake, Dhania, (lupa), Nadin, Firdha, Iva, Inayah, sisanya lupaaaa... maapkeun :(

Foto ini diambil pas hari ketiga, pas si ketua kelas, si Dekra ga masuk. Sayang ih, ini anak juga imut-imut banget kaya' Addo gitu.

Hope can see you again! :')


Read More...

Laki-Laki dan Perempuan

Leave a Comment
Ini adalah tulisan yang dibuat selepas subuh. Kali ini saya ingin coba memanjangluaskan qoute milik mbak Dani Wadiandini yang saya rasa layak untuk kita renungkan bersama: 
“Perempuan tidak seperti laki-laki. (sebagian) laki-laki melihat perempuan “saat ini", di masa ini, di depan mata, apakah dia cantik dan pantas dibawa ke kondangan atau tidak, tanpa mau membayangkan bahwa di masa depan tubuh dan wajah itu akan menua. Sedangkan perempuan melihat laki-laki dengan mesin waktu, dia melompat jauh ke depan, membayangkan bisa jadi apakah lelaki ini “nanti"? Bisakah dia mengikutinya maju? Punyakah dia ambisi untuk menjadi lebih baik? Terasakah aura pekerja kerasnya untuk menghadapi hari esok?” 

Shock pertama kali membaca postingan di atas. Jauh dari apa yang saya duga sebelumnya. Seberapapun beda antara pemikiran laki-laki dan perempuan, yang bahkan katanya orang barat sana: Men from Mars, Women from Venus, saya masih tak menyangka bahwa ada perbedaan selebar itu bahkan untuk keputusan besar yang berpengaruh pada bagaimana kamu akan menjalani sisa hidupmu di dunia dan lebih dekat kemanakah kamu saat di akhirat nanti, surga atau neraka. Yah, meskipun qoute di atas belum tentu valid, benar, dan 100% diadopsi lelaki dan perempuan seluruh jagat raya ini kan...

Qoute tersebut menggelitik saya. Geli membayangkan memilih jodoh hanya berdasar rupa atau fisik sahaja. Oke sih, kalo cuma buat 1 atau 2 tahun, tapi hey... bukankah kamu memilih seseorang itu agar dia dapat membersamaimu hingga ke surga?

(sumber gambar dari sini)


Gambarnya ciamik banget ya.. ahahaaa :D

Arrijalu qawwamuna 'ala nisa' (Q.S. An Nisa:34)
Perempuan umumnya, khususnya saya tentu akan lebih memilih laki-laki yang kuat. Bukan hanya secara fisik, tapi juga iman dan pendirian. Perempuan pada umumnya akan jatuh cinta pertama kalinya pada ayahnya, lalu mencari-cari lelaki yang mirip dengan ayahnya untuk mendampingi dan menjaga seumur hidup. Simply, karena dia berharap lelaki itu juga bisa menjadi ayah dan tauladan yang baik bagi anak-anaknya kelak.

Laki-laki, haruslah bersikap sepenuhnya laki-laki. Tegas, bisa melindungi (tak hanya fisik, tapi juga iman), dan memiliki visi dan misi untuk terus bergerak maju. Tidak boleh menye-menye, sebab laki-laki adalah penuntun bagi perempuan, dia tidak boleh minta dituntun oleh perempuan. Laki-laki akan merasa lebih berguna jika didampingi oleh perempuan yang tepat, nah.. ini sebenarnya adalah tanda bahwa secara tersembunyi, perempuanlah yang membuat laki-laki terlihat lebih kuat.

Laki-laki harus bisa berlari lebih kencang dari perempuan, tapi sewaktu-waktu dia juga bisa berjalan sambil mengajak perempuannya berlari bersama. Karena jika dia terus berlari, dia akan sendirian. Laki-laki akan membutuhkan dorongan dari perempuannya saat ia merasa lemah, karena itu perempuan selalu ada di belakang, untuk memberikan dukungan dan dorongan kapanpun dibutuhkan, tak selayaknya ia ditinggalkan.

Jadi inget kata mbak Asma Nadia, penulis best seller itu: "Jangan menikah karena iba atau jatuh cinta, tapi menikahlah jika kau merasa surga lebih dekat jika bersamanya."

Apalagi untuk perempuan ya, wajib, kudu, dan fardhu memilih laki-laki yang baik pemahaman agamanya. Karena laki-laki itu yang akan menjadi imam dalam rumah tangga itu. Sekali lagi, pilihlah laki-laki yang lurus, imannya, karena laki-laki itu susah sekali diubah wataknya. Jika imamnya baik, insya Allah dia bisa mengkondisikan makmumnya baik, tapi kalo imamnya udah ga bener, ya gimana mau berharap bisa membawa ke jalan yang benar?

Mari menutup tulisan ini secara damai dan bahagia dengan mengutip salah satu perkataan:
“Cara berfikir laki-laki itu to the point, sedangkan perempuan eksploratif. Kalau dikolaborasikan akan sangat indah tetapi kalau dikonfrontasikan akan sangat fatal. Lelaki sering menganggap perempuan bertele-tele sedangkan perempuan menganggap laki-laki suka menyepelekan. Itu terjadi karena cara berfikir yang berbeda.”
- Ust. Aam Amiruddin


Berbeda itu indah jika tau bagaimana harus menyatukannya kan? :)



Read More...

Rabu, 24 Juli 2013

Mendadak Trainer (2)

2 comments
Ini adalah lanjutan cerita gak penting saya saat mendadak diminta ikut mengisi training motivasi di SMKN 13 Malang. Cerita sebelumnya bisa dilihat disini 

Bismillahirrahmanirrahim...


Hari Kedua (19 Juli/11 Ramadhan)


Hari ini saya diminta Firdaus dan mas Agus untuk ikut turun tangan memberikan materi. Huft, berat bro... berat. Apalagi ngeliat jumlah siswa kemarin. Tapi lagi-lagi saya "iya"kan... you know it's hard to say No, for me. Rencananya materi yang akan saya bawakan adalah Etika Pergaulan. 

Jam 7.30 saya sudah tiba di pelataran sekolah. Ust Hasan lalu meminta saya duduk dan menunggu di lobby, sementara beliau sendiri memimpin pembacaan Asmaul Husna dari pengeras suara. Jam 8 tepat, taruna/i mulai naik menuju aula, sementara mas Agus dan Firdaus belum datang. Tiba-tiba Rani yang baru masuk sendirian datang menghampiri saya dan menyeletuk, "mbak yang kemarin" sambil cengengesan. Yaampuuuuun... terharu banget saya diinget oleh anak itu. "Halo Rani, apa kabar?" saya balas menyapa. Tak menjawab, Rani malah duduk di samping saya dan berusaha merebut Quran yang tadi saya baca. 

"Rani bisa ngaji?" Saya kembali bertanya dan kembali tak dijawab. Subhanallah... lihat betapa merdekanya mereka. Mereka sesuka hati menjawab kalau mau, acuh saja selebihnya. Pemikiran dunia tak berhasil menembus alam pikiran mereka. Tak  ada pengaruh bagi mereka. Makhluk merdeka, mereka itu :')
Akhirnya saya mengajak Rani untuk ikut naik bersama teman-temanya yang lain ke aula. Alhamdulillah, tepat saat mas Agus dan Firdaus datang. Tapi karena saat itu aula sudah penuh dan adik-adik sudah siap menerima materi, akhirnya briefing urung dilaksanakan.

mas Agus saat menyapa Taruna

Acara dibuka oleh mas Agus, dan sebenarnya saya langsung didaulat untuk membawakan materi pertama, tapi saya merasa masih kurang mantap, akhirnya saya minta Firdaus saja dulu yang duluan membawakan materinya yang bertema 'Generasi Unggul'. Maap ya, Daus :)

Menurut jadwal, seharusnya jadwal materi kami dari jam 08.30-11.00, tapi karena itu hari Jumat, yang merupakan hari pendek sehingga jadwal shalat Dhuha dimajukan jadi jam 10.00. Firdaus pun sebenarnya belum selesai menyampaikan materinya. Tapi kami tetap melaksanakan kegiatan sesuai jadwal dan instruksi dari pihak sekolah.

Setelah shalat Dhuha, giliran saya yang unjuk gigi menyampaikan materi Etika Pergaulan. Yang lebih banyak saya paparkan adalah pojok negatif dari pergaulan remaja masa kini yang sering tak jauh dari rokok, minum-minuman keras, tawuran, narkoba, sampai akibat pergaulan bebas yang berujung praktek aborsi.  Saya memang lebih banyak bicara dan concern soal rokok sih. Dan sebenarnya, sampai ke materi akhir yang praktek aborsi itu juga serem banget, saya aja ga kuat nonton videonya. Sadis sekali. Gimana mungkin ada seorang perempuan yang tega berkeputusan untuk membunuh dejan dalam rahimnya. ok, skip, skip, skip... actually, saya cukup kecewa dengan cara penyampaian saya sendiri hari itu. Gesture kaku, ngomong bribet, dan saya cukup banyak men-skip materi karena harus memampatkan waktu agar tepat selesai sebelum shalat Jumat. You can do much better, Nursih! *pukpuk diri sendiri*

itu saya, itu saya!

Sudah, itu saja? Selesai? Nope, tunggu dulu. Saat evaluasi di akhir mas Agus mengagetkan saya dan Firdaus bahwa pihak sekolah meminta besok kami mengisi materi lagi. Jadi, yang awalnya hanya 2 hari, menjadi 3 hari. Saya mah oke-oke saja, walaupun sebenarnya Sabtu itu ada jadwal briefing dan konsolidasi mentor Pesantren Ramadhan SMP Brawijaya Smart School yg akan diadakan Senin-Rabu (22-24/7). Karena setelah koordinasi dengan KorLapnya, ternyata briefing dimulai pukul 11, sedang kata Firdaus, agenda besok tidak lebih sampai jam 10.30.

Hari Ketiga (20 Juli/12 Ramadhan)

Esok Sabtu nyakami kembali datang pada pukul 8.00. Lagi-lagi acara dibuka oleh mas Agus, karena saya menolak untuk menjadi MC :( Sebelum materi,  mas Agus sempat memasukkan renungan pagi yang membuat adik-adik banyak menunduk dan beberapa terlihat mengusap air mata. Setelah itu giliran Firdaus yang menyelesaikan materi 'Generasi Unggul' yang belum tuntas kemarin. Sebelumnya Firdaus meminta setiap taruna/i berpasangan dengan orang disebelahnya dan memamerkan strangest smile ever.  hehee 



Alhamdulillah, sampai materi terakhir ini pun adik-adik masih semangat dan antusias, meskipun ada beberapa taruna yang sempat terlepas ke alam lain alias tertidur. Setelah semua materi tersampaikan, kendali dikembalikan pada ustadz Hasan untuk mengadakan muhasabah. Saya, yang selalu duduk bersama para taruni di belakang ikut menyimak. 

You know, apa tema muhasabah kali itu? IBU, iya serius, I-B-U, Ibu. Aduh, males deh sebenarnya nyeritainnya, tapi gimana ya... ok, saya jujur ya, alih-alih taruni lain, saya termasuk yang mewek-mewek parah pas muhasabah itu. 

Ya gimana enggak coba, ust Hasan itu pas banget membawa kami pada bayangan-bayangan terburuk yang ga pernah mau saya bayangkan. Kaya'nya emang lebih cocok diomongkan ke saya dan anak-anak rantau lainnya secara langsung deh. Secara, taruna/i lain itu kan masih tinggal serumah sama ayah-ibunya, tiap hari ketemu. Tiap hari masih bisa cium dan salim orangtuanya. Saya gimana coba? terakhir ketemu awal tahun ini, dan sepertinya pun Idul Fitri tahun ini tidak lagi-lagi bersama beliau-beliau.

Duh... ustad Hasan sukses banget ngaduk-ngaduk perasaan saya, antara sisi anak yang kangen berbakti dan melayani orangtuanya, dengan sisi (sok) aktivis dan manusia muda yang ingin bermanfaat untuk sesama. Kena banget di saya.

                            



Sedang asik-asiknya nangis, tiba-tiba aja saya merasa ada yang ga beres. Benar saja, satu taruni pingsan. Ih, parah... Nursih apaan sih, malah ga aware sama adik-adiknya lho. Akhirnya, mengesampingkan air mata dan perasaan, saya beranjak untuk membantu salah seorang guru menyadarkan taruni tersebut #tsaaaah.
------------------------------------------------------

Kegiatan hari itu ditutup dengan tadarrus. Para guru mengelompokkan taruna/i berdasarkan kemampuan mereka membaca Quran. Dan kelompok yang belum bisa ngaji ternyata jauh lebih besar daripada yang bisa ngaji. Sedih sekali liat anak-anak remaja tanggung berumur 15-17 tahun gitu masih banyak banget yang belum bisa baca Quran. Kenapa ya, orang tua sekarang lebih suka anak-anaknya les mata pelajaran macem-macem sedang malah abai sama hal-hal besar dan prinsipil semacam mengajarkan baca Quran?

Zaman saya SD dulu, belum ada ceritanya ikut-ikut bimbel setiap sore. Yang ada, setiap sore itu ke ke masjid kompleks, belajar ngaji di TPQ. Trus malamnya ngaji disimak sama bapak yang pulang dari masjid. Kalo ada orangtua yang ngebiarin anaknya ga ngaji ke TPQ pasti jadi sorotan tetangga-tetangganya. Sekarang malah kebalik, orangtua yang anaknya ga ikut les atau bimbel malah dianggap kuno. Ini pe-er besar buat saya juga sebagai mentor sekarang dan calon ibu nanti. Ngajarin anak remaja ngaji itu susaaaaah banget, beda kalo sedari kecil dibiasakan baca Quran. Tapi ga boleh menyerah ah, harus tetap semangat mendampingi dan mengajak mereka ke jalan yang benar.

Ok, back to the story.

Oiya, sebelumnya kami sempat membagikan lembar kuesioner untuk diisi para taruna/i untuk mengetahui tanggapan mereka terkait penyampaian materi. Lucu-lucu tulisannya, tapi ada beberapa memang yang menulis materinya disampaikan terlalu cepat. Nah, ini kaya'nya buat saya nih.. insya Allah lain kali harus jauh lebih baik dan matang.

Karena waktu sudah menunjukkan jam 10.30, mas Agus, Firdaus, dan saya akhirnya berpamitan ke pihak sekolah. Saat turun ke lantai 1, ada Rani yang keluar ruang guru sambil membawa koran lalu duduk di lantai lobby. 
Saya otomatis langsung menghampiri dia dan bertanya, "Rani kok ga ikut ngaji?" 
"Enggak" jawabnya pendek sambil tetap ngeliatin koran.
"Mbak mau pulang nih, besok ga kesini lagi tapi..."
"Ehm.."
"Salim dong, Rani" kata saya sambil mengulurkan tangan.
Lalu kami bersalaman. Rani, siswi special pertama dan terakhir yang saya sapa selama 3 hari di sekolah ini. Ada haru hadir disitu.


Read More...

Senin, 22 Juli 2013

sesaat merasa...

Leave a Comment
sesaat merasa...
lelah ya, Allah... saat hampir tiap hari harus pergi pagi dan pulang petang.
bosan ya Allah... saat hampir tiap waktu ngurus itu lagi, itu lagi.
penat ya Allah... saat hampir selalu pergi dan ngurus ini-itu disaat teman-teman yang lain bermain dan bersantai.

lalu aku tersadar, ya Allah... bukan kah Kau tau semua, untuk apa dan untuk Siapa aku lakukan ini?
Kau selalu tau ya Allah... untuk apa kami bersusah menyebarkan agamaMu.
Kau pasti tau ya Allah... mengapa kami berpayah menegakkan dakwah ini.

Lalu aku merasa malu, sering berkeluh dalam perjalanan cinta ini, meski karuniaMu selalu indah.
Lalu aku merasa hina, cacat ibadahku namun pemberianMu selalu sempurna.

dan tempat istirahat memang bukan di di sini, bukan di dunia ini.
Nanti, saat kami menjejak dalam surgaMu, sebaik-baiknya tempat beristirahat.


---------------------------
Malang, 22/07/2013 11.05 pm, saat masih terjaga memikirkan ulang konsep acara dan mempelajari materi besok


Read More...

Minggu, 21 Juli 2013

Mendadak Trainer (1)

Leave a Comment
Nyahaaa… saya ini sama sekali bukan seorang trainer. Bukan. Malah saya ini perlu banyak di-training kaya’nya biar tetep full semangat 365 hari/tahun. Pernah sih diikutkan event TFT (Training for Trainer) oleh lembaga tempat saya bernaung, hehe.. tapi  maap maap saja… ga nyantol ilmunya, ikutnya dipaksa sih :P

Nah, beberapa hari yang lalu mendadak ditawari Firdaus untuk mengisi event training motivasi di SMK N 13 atas nama FITRA -Firdaus Training Centre- (ini bukan Firdaus nama teman saya) selama 2 hari (18-19 Juli/10-11 Ramadhan). Mendadak benar lho, -H2 kegiatan, tanpa clue materi apa yang harus dibawakan. Saya “oke”in aja, karena dia bilang butuh 3 akhwat lagi. Jadi saya berkhusnudzon bahwa nantinya setiap trainer akan memegang beberapa murid, semacam smallgroup atau halaqoh gitu. Kalo model halaqoh sih saya sudah tak asing lagi karena saya sendiri Alhamdulillah dipercayai membina 3 kelompok halaqoh, 2 kelompok di SMK N 11 dan 1 kelompok lagi di sebuah yayasan amil zakat.


Hari Pertama (18 Juli/10 Ramadhan)

Jam 7 pagi saya diminta kumpul di pondok mahasiswa Firdaus  (yang ini juga bukan milik si Firdaus), karena saya sendiri belum tau letak sekolah tersebut. Tak lama, datang Firdaus dan mas Agus (salah seorang trainer dari FITRA). Akhirnya sekitar jam 7.15 kami (iya, kami: saya, Firdaus, dan mas Agus) berangkat ke arah Villa Bukit Tidar. Tidak begitu jauh, sekitar 15 menit kemudian kami sudah sampai di SMK N 13. Rupanya sekolah ini masih termasuk “muda” sekali, baru ada 2 angkatan, kelas X dan XI. Oiya, SMK ini berbasis taruna, jadi dalam kesehariannya, para siswa/i dipanggil taruna/i dan diberi pendidikan dengan sistem semi militer.



Kami disambut oleh seorang guru yang belakangan saya panggil ust Hasan. Beliau adalah guru agama Islam di sekolah tersebut. Berikutnya kami dibawa ke ruang aula yang bikin saya lumayan olahraga mata (soalnya karpet ruangan tersebut merah menyala, silau). Ruangnya mirip masjid Ad Dakwah di SDIT Insan Permata, letaknya di atas kantor guru.

Sesaat sebelum acara dimulai, kami briefing sebentar. Ternyata saya adalah satu-satunya akhwat dalam team ini. Otomatis bayangan tentang smallgroup atau halaqoh tadi pudar sudah, yes.. it will be a big stadium general. Okelah, saya beberapa kali pernah juga sih ngisi stadium general, hahaa :D Lalu disepakati bahwa acara akan dibuka oleh Firdaus, lalu mas Agus masuk sebagai pemateri utama, dan saya yang akan mengisi games dan ice breaking.


Tak lama, siswa-siswi mulai memasuki ruangan tersebut, tapi ada 1 siswi yang dengan ‘pede’nya langsung duduk di tempat putra. Akhirnya saya berinisiatif untuk langsung mengkondisikan siswi tersebut. “Dek, duduknya agak ke belakang ya, ini tempatnya buat putra” kata saya disertai senyum 5cm.

Degg! Anehnya ucapan saya tadi tidak digubris sama sekali. Siswi tersebut malah diam menatap saya. Bingung. Saya lebih bingung. Hei, mungkinkah yang saya sapa ini bukan seorang siswi, jangan-jangan mbak-mbak staf tata usaha, terus orangnya tersinggung saya panggil ‘dek’. Saya coba lagi, “mbak maaf… duduknya boleh agak ke belakang sedikit? Disini buat siswa putra, mbak” kali ini disertai senyum 7cm. Tetap aja ga digubris T.T, Akhirnya saya senyum aja dan beranjak pergi karena semakin banyak siswa/i yang memasuki ruangan.

Hal yang pertama yang saya lakukan adalah menerapkan 4S: senyum, salam, salim, sapa kepada seluruh siswi yang saya lihat dan bisa saya jangkau. Kenalan dan pedekate dulu lah, biar mereka membuka shield, sehingga nanti saat materi diberikan, saya udah nggak canggung karena sudah mengenal target peserta dan juga mereka juga mau menerima apa yang disampaikan.

Setelah berkenalan dan ngobrol pendek dengan beberapa peserta putri, saya melihat beberapa anak daerah asal tempat saya... benar pembaca yang budiman, anak Papua~~ aaah… betapa senang hati, langsung saya menghampiri dan menyapa mereka dengan bahasa ibu (bahasa daerah, red). Mereka kaget, lalu saya katakan saya juga dari Papua, tepatnya Biak. Mereka tertawa. Setelah sedikit ngobrol ternyata mereka berasal dari Yapen dan mendapat beasiswa untuk duduk di bangku pendidikan sekolah ini.


Tepat jam 8.30, pembukaan acara oleh kepala sekolah. Setelah kepala sekolah dan guru-guru lain pergi dari ruangan, it's time to action! Firdaus mengambil alih ruangan dan mulai menyapa para peserta sembari memperkenalkan para personil dalam team FITRA. Lalu dilanjutkan materi yang disampaikan oleh mas Agus. Lumayan tenang karena adik-adik bisa menerima dan menanggapi dengan baik. 
   

Beberapa waktu berlalu, saya merasa sedikit aneh dengan tingkah beberapa siswa yang ga ada angin, ga ada hujan tiba-tiba tertawa atau berbicara sendiri. Tapi melihat langsung sang pelaku, saya langsung sadar bahwa mereka adalah ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), dan Subhanallah.... rupanya siswi yang saya tegur pertama tadi itu, si Rani juga. Saya udah suudzon duluan nih, astaghfirullah.
Oiya, sebenarnya saya agak kurang setuju dengan penggunaan istilah ABK ini. Karena saya pikir sejatinya setiap orang adalah berkebutuhan khusus. Iya dong ya... kita pribadi kan pasti mempunyai kebutuhan dan keinginan yang berbeda dengan orang lain. See? 

Setengah materi, mas Agus meminta saya dan Firdaus untuk maju dan membawakan beberapa games agar peserta ga jenuh. Hehee, kagok juga ngeliat banyak banget taruna/i yang harus diajak bermain, but I do my best :) 


Balik lagi ke materi yang dibawakan mas Agus. Aman dan tentram, sampai pada video yang mengisahkan tentang adzab kubur. Saat itulah para taruni mulai menangis ketakutan, termasuk Isma yang duduk di sebelah saya. Saya coba menenangkan Isma, tapi rupanya, ada yang lebih takut. Beberapa meter dari tempat saya, salah seorang taruni sudah pingsan. Dibantu seorang guru, akhirnya kami mencoba untuk menyadarkan taruni tersebut. Dua kata. Harus tenang. Padahal aslinya panik juga.


Setelah tenang dan keadaan kembali terkendali, materi diitutup dengan shalat Dhuha berjamaah. Aaaaak... mendadak suka sama sekolah ini. Lokasinya masih sejuk, ada anak-anak yang istimewa, dan dibiasakan pula hal-hal yang baik, seperti shalat Dhuha dan pembacaan Asmaul Husna setiap pagi :)

Cerita perjalanan kami untuk selanjutnya menyusul yak!

Capek nulisnya

Read More...

Sabtu, 20 Juli 2013

Agama

Leave a Comment
Ini adalah tulisan yang ditulis selepas sahur sambil menunggu adzan Subuh, setelah menyisir aliran neuron di kepala dan menemukan banyak kata berserakan.

Saya percaya memiliki pemahaman yang baik atas hidup membuat kita lebih bijak dan berhati-hati dalam menjalaninya. Dan saya juga percaya pemahaman yang baik itu terangkum padat, jelas, dan rapi dalam agama. Dalam kitab-kitab suci yang ramai dibuka dan dibaca di bulan Ramadhan seperti ini.

Dulu, guru SD saya mengatakan bahwa -agama- berasal dari dua kata, -a- yang berarti "tidak" dan -gama- yang bermakna "kacau". Agama = tidak kacau. Sederhananya, agama berarti suatu aturan yang jika diikuti dengan baik dan benar akan membimbing hidupmu agar tidak kacau. Bisa juga bermakna suatu sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Apa iya sesederhana itu? Nah, untuk ini, saya pribadi memiliki dua buah jawaban, Iya dan Tidak. 

Iya, karena dalam agama itu sudah terjabarkan apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dari hal paling sederhana hingga paling rumit yang mungkin akan pernah dialami seorang manusia. Dari bagaimana cara bersuci sampai bagaimana menjadi pemimpin paling adil dan bijaksana bagi seluruh rakyat yang dipimpinnya di atas muka bumi ini. Segalanya sudah diatur. Bahwa makan daging ayam itu boleh, sedangkan daging babi tidak boleh. Bahwa tidur sebaiknya berbaring dengan anggota tubuh bagian kanan, sedangkan makan dan minum sambil berdiri itu dilarang.

Tidak, karena tidak semua orang memiliki pemahaman yang baik untuk menjalankan agama itu tadi. Menjalankan kalau suka dan mudah dilakukan, acuh kalau dirasa menyusahkan saja. Seakan aturan agama adalah pilihan. Bisa dipilih berdasarkan minat dan kebutuhan. Ada yang memilih tetap kesana-kemari bergandengan tangan dengan lawan jenis yang bukan mahrom-nya, karena merasa hal itu terlalu nikmat untuk ditinggalkan. Ada yang memilih tidak usah shalat 5 waktu karena sibuknya, berpikir shalat ied 2x dalam setahun sudah cukup, toh Allah Maha Pengampun.

Banyak yang tak peduli dengan malaikat yang sibuk mencatat-catat di atas pundak kanan-kirinya. Untung saja malaikat itu tak menulis pakai kertas, jika iya, berapa banyak jutaan pohon yang harus ditebang untuk mencatat dosa? Pun ada yang tidak lagi takut dengan ancaman neraka atau tergiur janji surga yang Allah tawarkan. Dongengkah saja keduanya?

Saya sendiri pasti banyak celanya, memilah-milih aturan Allah yang saya rasa enak-enak dilakukan saja, padahal sejatinya apalah artinya kita ini jika tak berusaha menjalankan Islam kaffah? Islam yang bulat, penuh, dan utuh? 
Mari berusaha menjalankan seluruh aturan agama Allah sekuat tenaga. Meski banyak orang mencibir, meski payah sekali dirasa. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan.


Read More...

Kamis, 18 Juli 2013

curhat Ramadhan

Leave a Comment
Bismillahirrahmanirrahim....

 10 hari pertama Ramadhan, apa kabar iman?

Alhamdulillah, puji syukur banget sama Allah lah… selama ini begitu banyak karuniaNya pada saya. Sampai detik dipostingnya tulisan ini, segala rezeki dan penjagaan yang selalu ngalir tumpah ruah membanjiri saya. Masih bisa merasai Ramadhan dalam keadaan sehat wal afiiat (meski dengan beberapa lebam dan luka di kaki), masih diberi ghiroh untuk terus belajar, masih dipinjemin semangat ngejar target Ramadhan, dan merencanakan kebaikan untuk orang-orang disekitar.

Jika boleh berkata, Ramadhan kali ini beda banget sama Ramadhan taun lalu maupun Ramadhan sebelum-sebelumnya. Kalo taun lalu saya memang terpaksa harus Ramadhan + Idul Fitri di sini, berjarak 879898908956545231436587989km dari rumah dan keluarga (tapi bohong) karena ‘terperangkap’ menjadi panitia ILC (Indonesia Linux Conference) 2012 dan akhirnya menghabiskan Ramadhan hanya dengan menjadi mentor pesantren Ramadhan SMKN 11 Malang dan pendamping Spextra YASA, rapat-rapat persiapan ILC, serta hunting foto di perbagai tempat di sekitar Malang (padahal cuma muter-muter ga jelas karena ga ada kerjaan dan ga ada teman), tahun ini insya Allah kalender bulan Ramadhan saya sudah penuh dengan lingkaran-lingkaran merah agenda yang bermanfaat.

Yup, sejak pun sebelum Ramadhan, saya sudah menerima puluhan jarkom yang mengajak ikut agenda ini-itu selama Ramadhan. Mulai ajakan ikut kajian tadabbur dan tahsin Quran setiap hari selama 20hari pertama Ramadhan, diminta jadi mentor dan pendamping pesantren kilat di SMP BSS, SMA 4, ikut-ikutan jadi trainer dadakan di SMK 13, tarawih dan I’tikaf di mesjid sana dan mesjid sini, sampai SK yang turun dan menunjuk saya jadi penanggungjawab Spextra III YASA.

Sempat merasa ga pede luar biasa pas dikasih amanah yang terakhir. Selain karena  event itu termasuk gede, tahun lalu saya cuma kebagian peran sebagai pendamping di Spextra II, ga ikut rempong ngurus persiapannya, dan saya merasa saya ini tipe-tipe orang praktis, lebih suka langsung turun di lapangan daripada lama-lama memikirkan konsep. Ditambah pula beberapa mentor YASA yang terpaksa tidak bisa ikut berpartisipasi karena tengah berada di luar negeri dan sedang dalam periode coass.

Sempat pula khawatir sebenarnya dengan target amalan yaumi Ramadhan diri sendiri. Takut kalo-kalo terlalu sibuk atau banyak agenda di luar, malah ga nutut ngejar setoran target tilawah, nambah hapalan, qiyamul lail, dll. Tapi toh ternyata (Alhamdulillah) hal-hal yang saya khawatirkan itu ga terjadi. Sampai di malam ke-11 Ramadhan ini, saya sudah tilawah sampai juz 14… (pamer ih!) *dikeplak*



Dan kekhawatiran saya itu hilang setelah kemarin di syuro’ insyitoh setelah saya curhat tentang kekurangan mentor ikhwan, KaDiv saya, Pak Syahdikin bilang, “Antum ga perlu khawatir masalah kurang atau tidaknya mentor, insya Allah selalu ada jalan. Allah ga akan membiarkan hambaNya yang berusaha menyebarkan dakwah dan menegakkan agamaNya terlunta-lunta. Antum optimis aja, kalo nanti pas hari H ada 170 adik yang mendapat hidayah dan tercerahkan gara-gara ikut Spextra, pahala 170 orang itu juga ngalir ke antum kok.”

Apa kabar saya saat Idul Fitri nanti saya juga belum tau. Akankah saya kembali sendiri menyepi di kostan ini, lalu makan siang dan makan malamnya di McD sendirian karena ga ada alternatif tempat makan lain, saya belum tau. Mari berdoa saja dengan hati yang terdalam semoga tidak.

Ya udah deh, itu… saya juga belum tau gimana cara terbaik mengakhiri tulisan ini. Pokoknya selagi masih ada kesempatan untuk berbuat baik yang membuahkan pahala di bulan Ramadhan ini, sikat aja.
Sekian.

18 Juli 2013 / 10 Ramadhan 1434H
10.41 pm

Read More...

Selasa, 16 Juli 2013

Dekat

2 comments
Selama ini aku bertanya-tanya:

kenapa ada orang yang sudah hafidz Quran tapi masih pacaran?

kenapa ada orang yang tertib menjaga shalat 5 waktu tapi masih suka ngintip ramalan?

kenapa ada orang yang sudah bolak-balik haji tapi masih buka-tutup aurat?

serta pertanyaan-pertanyaan kecil tapi besar lainnya.


dan pertanyaan itu terjawab pagi ini, saat aku tengah berselancar di tumblr dan menemukan tulisan mas Kurniawan Gunadi yang berjudul Kedekatan (tulisan asli disini) :

Ceramah sebelum tarawih semalam di Masjid Salman membekaskan beberapa patah kata yang cukup mendalam.
Dekat secara fisik belum tentu dekat secara hati.
Saya bisa masuk ITB jauh-jauh dari provinsi lain. Sementara anak-anak di sekitar ITB, jangankan ITB. SMA saja sudah alhamdulillah. Banyak yang putus sekolah.
Teman-teman bisa masuk di kampus yang didiami saat ini, cobalah lihat ke sekitarnya. Betapa beruntungnya kalian bisa masuk kesana, ditengah-tengah masyarakat sekitarnya yang ternyata bisa dihitung jari berapa yang bisa sekolah.
Sama hal nya kedekatan kita kepada Al Quran, sering membacanya tidak menjamin kita bisa memahami isinya, apalagi mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak sekali pembelajaran, aturan hidup, pedoman, tuntunan, anjuran dan larangan yang secara terang-terang kita langgar, padahal kita rajin membacanya.
Apa yang menyebabkan kedekatan kita menjadi tidak bermakna sama sekali?
Mari kita mengkaji ulang apa yang menyebabkan kita menjadi ragu-ragu pada aturan yang telah Allah berikan sebagai tuntunan hidup kita? Apa yang membuat hati kita terasa jauh dari aturan tersebut dan terus menerus menolaknya.
Kedekatan fisik tidak akan bermakna apa-apa tanpa kehadiran hati. Dan selama hati kita masih terikat pada dunia dengan segala bentuk penolakan berdasar pada keinginan-keinginan kesenangan kita untuk hidup, selama itu pula kedekatan kita kepada-Nya tidak bermakna apa-apa. Sekedar menjalani ritual tanpa ada ruh didalamnya.
Astaghfirullah hal adzim….
Bandung. 16 Juli 2013

Mungkinkah aku juga, sekedar mendekatkan fisik agar terlihat baik, sedang hati tengah melayang tak padat pijakan.

Mungkinkah aku juga, hati yang masih terikat kencang pada dunia, mengabaikan titahNya demi kesenangan semu yang bahkan tak ada yang bersedia menjamin abadi.

Jadi ingat percakapan santai dengan Firdaus tentang tilawah kami masing-masing. Beberapa hari lalu dia bilang sudah akan touch down di juz 8. Aku bilang sama, lalu dia bilang "itu juga plus tadabburnya". Aku lalu berkilah, "bulan ini mau ngejar target tilawah, 2 kali khatam." Soalnya memang di luar Ramadhan juga biasanya mentadabburi, hanya saja,.... yah inilah cacatnya.

Ternyata khatam saja tidak cukup. Tadarrus, tanpa Tadabbur dan Tafakkur? Insya Allah tetap dapat pahala, tapi pemahaman? Apalagi sebagai orang non Arab yang membaca Quran dalam bahasa Arab, sudah barang tentu dirangkai menjadi "baca+pahami+amalkan", sama seperti keharusan trilogi "iman+ilmu+amal".


Read More...