Kamis, 18 Desember 2014

Back to Root

Leave a Comment
Bismillahirrahmanirrahiim...

Biak, 18 Desember 2014

 
Kelamaan tinggal d kota besar yang nyaman sungguh kadang bikin kita lupa kalo ada wilayah lain di negeri yang sama ini, bahkan yang belum mengenal listrik. Bukan, bukan Biak. Di Biak mah udah ada listrik dari jaman kapan taun dulu. Perumpamaan aja.

Nah, beberapa hari yang lalu, aku ngebaca soal pemerintah yang mau bikin angkutan transportasi massal di daerah perkotaan. Okesip. Ada pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel, di 9 kota besar, diantaranya: Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makasar.

Beberapa hari ini juga aku nonton di teve, salah satu provider raksasa di Indonesia udah ngembangin teknologi 4G LTE. Okesip. Aku rasa baru bisa dinikmati di Jabodetabek yah? Yah, sementara disini, provider yang sama, sinyal internetnya cuma EDGE kemana-mana.

Kamu pasti udah bisa ngerasa kemana tulisan ini akan berlanjut. Iya, aku mau ngeluh.. mumpung aku lagi di daerah terpencil. Mumpung juga aku engga (atau belum) kerja di korporasi. Kan enak.. pas mahasiswa dan nganggur gini ngeprotes-protes korporasi seenaknya, ntar pas lulus kerja disana. 
Hahaa itu mah udah beda cerita. Ga tau malu emang.

Ya gitudeh.. pokonya aku mo bilang, pemerintah jangan ngurusin yang di kota-kota gede aja dong, yang di Jawa aja dong.. Indonesia kan bukan bukan Jakarta aja, Indonesia kan bukan yang di Jawa aja. Masa’ iya, kita yang di daerah gini cuma disuruh nangis doang di pojokan nonton  pembangunan lewat teve. Ngerasain kagak pernah. Kita kan  bayar pajaknya sama, eh, maksudnya ortu aku (aku sih belum mapan financial).

Pembangunan yang ga merata gini yang bikin orang berbondong-bondong ninggalin daerah, rame-rame pergi ke kota, atau yang kaya’ kasusku, abis kuliah males pulang. Dan kemudian pemerintah kota yang ngeluh penduduknya membludak.  

Emang ga gampang sih, Indonesia luas banget kan.. ya seenggaknya gap teknologi dan pembangunannya jangan gede-gede amat lah. Kesian kami yang di daerah, Pak..
Read More...

Senin, 15 Desember 2014

Homogen -> Heterogen

Leave a Comment
Hampir enam tahun berada di lingkungan yang cukup homogen rupanya terasa sangat nyaman dan bikin aku agak cemas dan takut saat diminta untuk kembali ke lingkungan yang lama. Takut dipandang asing, aneh, dan yang paling buruk, tidak diterima. 


Lingkungan yang kemarin (di Malang), kata MR (murabbiyah)ku adalah lingkungan yang sangat nyaman karena kita berjamaah dan rapat. Segala kegiatan baik yang personal maupun kelompok didukung dan coba untuk difasilitasi. Bersama orang-orang dalam kesamaan visi dan misi.


Ada ODOJ, ada ODOL, liqo sepekan sekali, Jalasah Ruhiyah dua pekan sekali, komunitas, dan amanah ke sekolah dan lembaga, itu salah beberapa caraku untuk membuktikan eksistensi diri di jalan dakwah selama berada di Malang. 


Disini? Hahaa..


Berusaha agar tidak menarik perhatian saat keluar rumah saja sulit.


“Kok panas-panas gini pake kaos kaki?”


“Panas-panas gini kerudungnya tebel gitu ga keringetan?”


Aduh.. sombong banget kalo aku merasa udah bukan jamannya aku ngejawab pertanyaan kek gitu. Sombong, serius. Tapi, sungguh… 


Pun, soal adaptasi lagi. Menolak salaman dengan yang bukan mahrom kalo sesama muslim, meski dipandang aneh tapi masih bisa dimaklumi karena ada kesamaan paham diantara dua pihak. Kalo sama yang nonIs? Yang jadi mayoritas disini? 


Banyak yang mencoba menguatkan dan menghibur, bilang kalo ladang dakwah di sini masih sangat teramat luas. Tapi, gimana dong aku mau mulai kalo aku aja khawatir dengan keadaan imanku sendiri?

Read More...

Kamis, 27 November 2014

Jarak

6 comments
Ketakutan pada jarak. Wajarkah?

Dahulu kala dan sampai hari ini, jarak antar galaksi, per atomnya, menjadi semakin besar setiap detik dan setiap hari. Alam semesta semakin meluas, dan begitu juga segalanya.
Kamu sudah sedemikian jauhnya, tak tahu lagi jika aku mengambil sebagian lagi jarak untuk semakin jauh.

Jarak. Sesuatu yang belum pernah aku cemaskan sampai 2 minggu belakangan ini. Sekarang ia menjelma menjadi bayangan serba tak pasti. Dan aku tak suka.

Suka sebel kalo ada orang yang menemukan bahwa temannya berteman dengan temannya yang lain lagi. Kalimat yang sering terucap adalah "Wah.. dunia ini kecil ya ternyata." Gemes banget dengernya.. Emang dia bisa apa ngelilingi dunia ini sehari aja? Dunia lho ya, bukan bola dunia. Ga lah.. dunia ini tu luaaaas benget. Bahkan pernah baca di buku-apa-lupa, kalo seumur hidup kita digunakan untuk berkeliling dunia, tetep aja ga akan cukup waktunya. Well, itu artinya bukan dunia ini yang mengecil, cuy.. tapi pergaulan kita yang semakin meluas.

Ok, balik lagi soal jarak. Aku suka jarak yang wajar. Jarak yang secukupnya dan tetap menerbitkan harapan bahwa kita bisa bertemu walau tidak setiap hari, minggu, ataupun bulan. Aku suka tetap ada jarak antara kita. Karena kita (saat ini) bukan siapa-sesiapa. Karena itu harus tetap ada jarak. 

Duh, bimbang...

Mungkin pada akhirnya aku tetap harus menenangkan diri, dan percaya bahwa konsep yang Allah bikin perihal jodoh itu jauh, amat jauh melampaui dugaan manusia. Kamu di nyaris ujung barat Indonesia, sedangkan aku (nanti) di nyaris ujung sebaliknya, pada akhirnya akan tetap bertemu jika kita sudah ditakdirkan untuk berjodoh. Iya kan?

Pada waktu kita sedang tidak bertemu sekarang, anggaplah kita saling memberi kesempatan untuk 'your own time'. Kamu mengembangkan diri seluas-luasnya dan meraih cita-citamu, begitu juga aku. Kita saling menghabiskan diri dengan cara-cara kita sendiri, hingga akhirnya nanti, jika kita telah ditakdirkan bertemu, kita bisa menghabiskan waktu bersama,tanpa jarak.



Read More...

Selasa, 18 November 2014

What's Happened in 3 Months

Leave a Comment
Salam.

Hi, this is Nursih again :)
Tolong maapin karena menghilang dari peredaran blogging dalam 3 bulan ini yah.. so many things happened. (iyah-kaya'-ada-yang-baca-aja-blog-ini-sok-aja-lah)

September benar-benar hectic month lah kemarin.. tapi lega juga akhirnya saya udah menunaikan tugas mulia dari orangtua untuk mengambil kitab suci ke barat mengikuti sidang akhir skripsi. alhamdulillah...
Benar-benar perjuangan kala itu. Baru tau ada pembukaan pendaftaran sidang h-5 dari deadline, trus langsung ngejar dosen sana-sini buat ngebut revisi dan minta acc, akhirnya diperbolehkan maju sidang juga.

Saat d-day sidangnya, kebetulan saya baru tau kalo dosen penguji saya adalah Mr. C dan Mr. A yang udah terkenal ... #uhuk #ifyouknowwhatImean
Alhamdulillah, alhamdullilah, alhamdulillah... ternyata saat itu Mr. A sedang berhalangan datang, sehingga kemudian digantikan oleh Mr. S. sehingga, seenggaknya saya cuma menghadapi satu dosen yang "mendebarkan".
(waktu yang diperlukan untuk membebaskan dari)

Setelah proses revisi dan pendaftaran wisuda yang amat rempong beres, saya langsung berlibur. Hahaha.. tipikal balas dendam banget. Menentramkan fisik, hati, dan pikiran bareng si Rama, temen dari Lombok. Destinasi pertama adalah Kediri. Ngunjungin mbahnya si Rama aja ini sih.. sehari doang. Besoknya langsung caw ke Jogja. Selama ± 5 hari diJogja, kami menginap di kawasan Malioboro, tepatnya di Family Losmen Gang Dagen. Seharinya Rp. 130.000 dengan fasilitas kasur untuk 2 orang, kipas angin dan kamar mandi dalam. Cukup terjangkau lah.. Dapet juga penyewaan motor Rp. 70.000/24 jam buat jalan-jalan.

Dari Jogja, kami melanjutkan perjalanan ke Bandung. Ga seperti ke Bandung yang kemarin-kemarin, kami ga tinggal di tempat teh Sari. Nyari tempat tinggal di Bandung yang terjangkau cukup sulit yah.. apalagi kami datangnya pas weekend. Sebenarnya saya udah coba cari via gugling juga sik.. tapi ternyata pas didatengin alamatnya, ga nemu.

Akhirnya kami nginep di kostan harian Paragon di Dago Atas (masuk gang depan hotel Sheraton), dengan harga Rp. 225.000/nett. Tapi top banget emang. Harga segitu dapat fasilitas double bed, AC, kamar mandi dalam dengan shower, kulkas mini, dan TV dengan ratusan channel dalam dan luar negeri.

Balik ke Malang, Rama pulang ke Lombok, orangtua saya datang untuk upacara wisuda tanggal 18 Oktober. alhamdulillah.. 

Jadi, untuk kemarin-kemarin sampai detik sekarang tulisan ini di publish, status saya adalah pengangguran berijazah. Hahaaa..
Yasudah laaaah~

Read More...

Kamis, 21 Agustus 2014

adil

Leave a Comment
Mungkin sudah cukup lama aku diam menentang. Mengepalkan tangan karena geram namun tak bisa berbuat jika mendengar omongan-omongan itu. Aku paham, teramat paham malah, bahwa benang pemikiran kita sudah jelas berbeda. Kenapa mesti sengaja dibiarkan ruwet dan beracak satu sama lain? Aku tak ingin hidup di tengah drama. Aku ini manusia bebas.

Pun, kalian memaksa informasi dari satu sisi, lupa bahwa kebenaran bisa datang dari mana saja. Aku tak ingin subjektivitas mengaburkan fokus dan realita. Bahwa yang benar adalah benar dan yang salah pun sekarang dianggap benar.. tidak, bukan begitu caranya.

Silahkan beri aku berita, tapi memilahnya, itu urusanku.
Read More...

Selasa, 19 Agustus 2014

Menunggu

1 comment
Sekarang saya baru paham kalau banyak bangku-bangku beton yang disediakan di sepanjang koridor laboratorium jurusan di kampus saya fungsinya adalah untuk memfasilitasi mahasiswa dalam menunggu. Ya, karena menunggu adalah suatu keniscayaan yang pastinya akan dihadapi mahasiswa. Mau kuliah, mau konsultasi tugas akhir, mau perwalian, mau minta acc, ...

Entah siapa pelopornya dalam dunia akademik ini, dosen selalu punya hal dan alasan yang pasti membuat mahasiswanya menunggu. Dan mahasiswa, yang mempunyai hajat penting menyangkut keluarga dan bangsanya, hanya bisa jalan jika dengan tanda tangan dosen diatas selembar kertas. Bisa apa lagi?

Kami telah dilatih untuk menunggu, patuh dan taat, tanpa boleh banyak cincong. Da kita mah apa atuh ya? 
Read More...

Jumat, 15 Agustus 2014

Diet Rendah Kolestrol

Leave a Comment
Beberapa minggu ini, saya hobi sekali menyantap nasi dari daerah Sumatera Barat yang masuk dalam daftar makanan paling lezat sedunia. Nasi padang. Seminggu bisa makan 3-4 porsi malah.  Enak banget emang ya.. kaya rempah nan adiktif, tapi kalo teringat sama kandungan kuah santan bla bla bla yang banyak kolestrolnya, serem juga sih. Apalagi pernah denger ada orang berumur 30an yang udah kena stroke. 

Sekitar tahun 2012, saya pernah melakukan general check up, termasuk pemeriksaan kadar kolestrol, alhamdulillah normal, masih di bawah 200mg/dl. Ya saya emang kurus sih, tapi kolestrol kan bisa aja ada di makanan manapun yang digoreng yang sering saya santap.


Akhirnya saya putuskan untuk diet rendah kolestrol. Inget ya diet kolestrol aja, bukan diet kalori biar kurus. Jadinya saya sering makan kentang rebus. Gampang pula bikinnya. Cuci bersih kentang (ga perlu dikupas kulitnya) dan rebus selama kurang lebih 20 menit. Kulit kentang bakal lebih mudah dikupas setelah kentang matang. Boleh juga tambahkan sedikit garam untuk menambah rasa saat merebus, tapi bisa bikin hipertensi sih, lebih baik ga pake aja. Kentang rebus juga mempunyai indeks glikemik (IG) yang tinggi, dan gampang bikin laper, cocok buat saya yang bercita-cita makan terus-terusan hahahaa. Enak loh...dan yang paling penting, rendah kolestrol :)






Read More...

Sabtu, 09 Agustus 2014

dari Saladin, Adakah Kau Lupa?

Leave a Comment
Lagi ngumpulin niat (hahaa --') mau ke rumah mba Norma di Kendalpayak buat persiapan walimah Ahad besok sambil dengerin lagu dari laptop. Nah pas kali ini list yang keputer adalah nasyid-nasyidnya Gradasi, Raihan, Tashiru, dkk., tapi ada satu kepunyaan Saladin yang saya putar ulang beberapa kali karena berasa jadi reminder banget ini. Judulnya 'Adakah Kau Lupa?'
Berikut liriknya:

Adakah kau lupa kita pernah berkuasa..
adakah kau lupa kita pernah berjaya..
memayungi 2/3 dunia
merentas benua
melayar samudera
keimanan juga ketakwaan rahsia mereka capai kejayaan

Adakah kau lupa kita pernah berjaya
adakah kau lupa kita pernah berkuasa
memayungi 2/3 dunia
merentas benua
melayar samudera
keimanan juga ketakwaan rahsia mereka capai kejayaan

Marilah wahai anak bangsa kita bina kekuatan jiwa
bangunlah wahai anak bangsa kita bina kekuatan jiwa
gemilang generasi yang silam membawa arus perubahan
keikhlasan hati dan nurani ketulusan jiwa mereka berjuang

Adakah kau lupa
sejarah telah mengajar kita budaya islam di serata dunia
membina tamadun berjaya merubah mengangkat maruah

Keren banget ya.. pertama denger lagu ini pas lagi ikut Sekolah Mentor beberapa tahun yang lalu. Dan melihat banyaaaak banget masalah yang tengah dihadapkan ke depan umat Islam saat ini dari luar maupun dalam, menimbulkan sebuah tanya... kapan lagi Islam akan kembali berjaya?


Read More...

Jumat, 08 Agustus 2014

another reminder

Leave a Comment
Setiap orang punya ujian dan masalah masing-masing kan ya.. jadi ga udah lah kita mengjudge dan menilai orang lain dari apa yang sudah dan belum ia capai, dengan standar kita. Ada yang masalah kerjanya muluuuus banget, tapi belum juga nemu pendamping hidup. Ada pula yang nyari kerja belum dapat-dapat, kuliah ga lulus-lulus, dan sebagainya... 

Pada apa yang telah sukses kita raih walau pun tidak dengan perjuangan berat, bersyukurlah.. bisa jadi itu sesuatu yang sangat diidam-idamkan orang lain dan belum juga bisa ia dapatkan meski telah mengerahkan seluruh kemampuan hingga tetes keringat dan air mata terakhir.

Pada apa yang kita gagal meraihnya, bersabarlah.. tak perlu terlalu lama kecewa, hingga membebani diri. Apalagi sampai mendikte Tuhan, mempertanyakan usaha dan doa kita, kenapa tak sesuai dengan hasil yang diharapkan, tak perlu... sungguh Tuhan tau apa yang terbaik untuk kita.


Read More...

Jumat, 11 Juli 2014

Red Days on Ramadhan

Leave a Comment

Lagi “Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menemuinya ketika berada di Sarif sebelum masuk ke Makkah, beliau mendapatinya sedang menangis karena datang bulan, lalu beliau bertanya: “Kenapa, apakah kamu sedang haidh?" ‘Aisyah menjawab; “Ya." Beliau bersabda: “Sesungguhnya hal ini telah di tetapkan Allah atas wanita-wanita anak Adam, lakukanlah apa yang biasa di kerjakan dalam berhaji, namun kamu jangan thawaf di Ka’bah.”

HR. Bukhari
Perempuan selalu istimewa dengan seluruh aspek penciptaanNya, termasuk kodrat bahwa ada hari-harinya mereka tidak bisa melaksanakan beberapa macam ibadah khusus, seperti shalat dan puasa. Tapi tentu saja, hal itu bukan alasan untuk hanya bersantai-santai dan tidak melakukan ibadah apapun, karena ternyata masih banyaaaaak amalan-amalan dan ibadah-ibadah yang bisa dilakukan saat 'Red Day'.  Apa saja?

gambar dari (sini)
Read More...

Minggu, 15 Juni 2014

kabar pagi ini

Leave a Comment
Ahad, 15 Juni 2014

Ahad pagi ini saya libur. Lepas dari ricuhnya dunia maya (masih) tentang capres, kalahnya Inggris tadi, dan gempita nya iklan sirup menyambut Ramadhan yang tinggal 2 pekan lagi, saya memilih untuk menyalakan Fikar si laptop dan mulai mendonlot Cosmos: a Spacetime Odyssey yang tayang tadi malam. Sambil menunggu donlotan, saya makan mi goreng. Ok ga penting, abaikan.
Sambil menunggu donlotan, saya menonton TVRI Nasional (hahaa banget...) yang saat itu sedang ngebahas betapa meleknya orang-orangnya Eropa sana tentang industri ramah lingkungan. Demen banget lah kalo bahasan kaya' gini, makin mupeng buat langsung merasakan tinggal di sana.

Nah, jadi Berlin, Jerman, orang-orang udah lebih milih buat pake carsharing kalo mau kemana-mana, jad lebih hemat dan juga ramah lingkungan. Sedangkan kalo buat mobil bisnis (mobil pengiriman paket) biasanya pake mobil elektrik atau hybrid yang udah ga ada gas buangnya. Keren banget lah. Selain itu di Jerman juga udah pada bikin baju daur ulang. Baju-baju lama yang ga kepake dikumpulin semua dan direcycle jadi baju yang baru lagi. Kata para pelaku bisnis ini, dengan cara recycle ini mereka bisa lebih ngehemat persediaan air, kapas, dan energi. Bayangin, setahunnya ada 10 ton baju yang bisa dibuat baju yang baru. Keren banget yah, beda banget sama mental pengusaha di Indonesia yang masih menomorsatukan untung, tapi ga peduli sama sekali dengan lingkungan.


Oiya, makin kesini makin candu sama hape  dan internet. Kerasa ga? 
Belakangan ini saya makin betah banget nongkrong di sela-sela tulisan kak Kuntawiaji yang lagi getol-getolnya nulis tentang segala hal tentang etika bersosial media. Kalo kak Kuntawiaji ini bikin buku yang ngebahas manusia-manusia post modern diliat dari segi keduniamayaan, (insha Allah) bersedialah saya beli bukunya serakus beli Taste Buds tempo hari. halo kak Kuuuun... kapan Hot Air Ballons nya terbiiiiiiit??? :P 

Saya merasa hubungan personal orang-orang masa kini sudah jauh bergeser setelah invasi besar-besaran dari produk messenger yang makin beragam. Ini semakin rumit, dan akan makin rumit jika kita terus menerus kehilangan kesadaran. Apalagi karena kita juga sudah mengkoneksikan perasaan kita ke dalam masalah sosial media dan interaksi di dalamnya.
Pernah ga dikatain, "kamu pake twitter kan? kok ga follow gue? jahat ah.. "
Padahal udah saling temenan di facebook, sering ngobrol di wasap, line, bbm, dan kakaotalk. Yah, ngerti sih temen.. tapi ga semua medsos juga harus terhubung kan. Apalagi ada banyak banyak tipikal orang yang sering ngeposting 1 hal yang sama di beberapa medsos yang dia punya. 1 hal dan bakal kita liat berulang-ulang di fesbuk, twitter, tumblr, line, bbm, wasap, kakaotalk, path, ect. bakal bosen tauk!
"Pesannya cuma di-read aja sama dia."
"Yah, gue dikacangin sama dia. Line gue ga dibales."
"Harusnya sih dia udah baca. Last login WhatsApp-nya jam 3, padahal gue kirim pesen ke dia jam 1."
Kita pasti familiar (atau pernah merasakan sendiri) situasi di atas. Dengan tersedianya messenger, kita seringkali secara tidak sadar menganggap lawan bicara adalah robot yang akan merespons secara otomatis, cepat, dan tepat setiap pesan yang kita berikan padanya. Kita lupa bahwa lawan bicara adalah manusia yang memiliki pertimbangan, emosi, dan berbagai kegiatan offline yang bisa jadilebih penting dari sekedar membalas pesan online.
Itu salah satu paragraf yang saya ambil dari tulisan kak Kuntawiaji. Iya banget kan? Kita sering nganggep lawan bicara kita kaya' Sim Simi, langsung ngebalas apapun pesan yang kita kirim kurang dari hitungan detik. Kita sering menganggap lawan bicara kita cuma sejauh jangkauan kita dengan handphone kita.

Ok, saya udah kebanyakan menghayal, mari tinggalkan sejenak Fikar dan melihat dunia offline dan langit biru di luar sana.
Cao!


Read More...

Senin, 09 Juni 2014

untitled

Leave a Comment
"Seorang yang berpendidikan harus sudah adil sejak dalam pemikiran." 
- Pramoedya Ananta Toer
(baca basmallah dulu)
Bismillahirrahmanirrahiiim... 

(baca istighfar dulu)
astaghfirullah hal adziim..

Aslinya agak serem mau nulis tema ini. Tapi gimana lagi, saya pikir emang harus buat reminder, minimal buat diri sendiri jikalau nanti, besok-besok saya mulai meracau kebanyakan bicara. 

Musim apa sekarang? 
Musim kemarau? Enggak.. di Malang malah mulai dingin banget dan masih sering hujan.
Musim hujan? Hujan Bulan Juni pak SDD iya, tapi anomali cuaca. ah, apalah ini.. bukan juga.
Yang bener, sekarang itu musim komentator politikus karbitan.

Liat deh, dimana-mana orang sibuk ngomongin politik, sibuk ngejudge calon pemimpin (sebenarnya saya ga ikhlas pakai istilah "pemimpin" ini) bilang yang ini yang oke, yang itu yang mumpuni, yang sana yang begini begini, yang sananya lagi yang begitu-begitu. Kecap emang nomor satu, semuanya dimanis-manisin. Ga masalah buat saya, sungguh. Tapi jujur, saya gerah sekali kalo ujungnya-ujungnya akhirnya berdebat antar pendukung, saling menjelek-jelekkan, menghina, bahkan menyebarkan aib. 
Kita ini siapa sih? Hakim? 

Saya (termasuk yang) percaya, Allah sudah menuliskan siapa presiden Indonesia yang terpilih tahun 2014 ini di lauhul mahfudz jauuuuuuuh sebelum hari ini. Kenapa? Karena saya percaya pemimpin itu Allah yang memilihkan. Tapi kita ga tau siapa yang dipilih Allah itu, makanya ada pilpres, makanya kita kampanye, makanya kita nyoblos 9 Juli nanti. Iya kan? 

Dari dulu saya ga suka kalo ada orang yang ngejelek-jelekin pemimpinnya. Setau saya, Allah itu akan memilihkan seorang pemimpin sesuai keadaan rakyat yang dipimpinnya. Gimana Allah akan memberikan kita pemimpin yang baik jika kita yang dipimpin masih kaya' gini? Jujur aja lah.. kapan terakhir kali saya dan anda mengirimkan doa buat para pemimpin disana agar mereka diberikan kekuatan, kebijaksanaan, dan kelapangan dalam menghadapi semua masalah umat? Kalo seinget saya sih pas upacara bendera di sekolah dulu.. setelah itu saya ga inget lagi. Yah, semoga aja anda termasuk orang-orang yang rajin mendoakan para pemimpin negeri ini.

Lagian ya, mengenai aib-aib yang gencar digunakan sebagai senjata, sudahkan kita cek and recheck? Misalkan ya, perihal kasus HAM'98 itu.. kita tau persis ga kejadiannya? Kita tau ga siapa aja tokoh yang berperan waktu itu? Waktu itu saya udah lahir sih, tapi saya ga tau dan saya terlalu malas mencari tau. Semoga anda termasuk pihak yang mengetahui secara detil kejadian itu.

Intinya adalah, suka atau ga suka, terima atau ga terima, salah dua dari empat orang itu akan menjadi pemimpin negeri ini. Berhentilah menjelek-jelekkan calon pemimpin anda, karena mau tidak mau anda akan masuk menjadi golongannya.

Inget lho, 5 taun lagi mungkin kita bakal lupa kalo hari-hari ini kita pernah debat soal pilihan capres yang berbeda. 10 tahun lagi mungkin kita bakal lupa siapa dukung siapa. Tapi, malaikat Atid ga pernah lupa dengan catatannya bahwa kita sudah pernah debat kusir, gontok-gontokan, ghibah, dan fitnah, yang ini dosanya abadi lho...
Hayo bersihin hati.. udah mau piala dunia Ramadhan lhoo.. jangan sampai memasuki bulan suci dengan hati yang kotor yaaa. 

n.b.:
ini adalah tulisan yang tergesa-tesa. cmiiw



Read More...

Kamis, 05 Juni 2014

ini hanya fiksi (15)

Leave a Comment
Move On


Elin mendadak meremas tanganku di atas meja dengan mata melotot, "Tono nembak lu? Kemarin? Lewat telpon?"

"Ya ga nembak juga kali, Lin.. 4 hari yang lalu. Doi cuma ngungkapin perasaannya pas dulu doang kok." Aku berkilah. "Awalnya sebenarnya doi nelpon buat nanya alamat gue, katanya mau ngebalikin barang gue yang doi ambil diem-diem pas sekolah dulu. Tapi gue ga merasa ada barang gue yang ilang, makanya gue ragu.. kan ga lucu kalo di suatu pagi tiba-tiba doi muncul di depan kostan gue. Nah, gue kasih aja alamatnya teh Inna, gue bilang kirimin aja ke alamat itu. Dan huwalaaa.. ini yang gue dapet dari teh Inna kemarin." Aku mengeluarkan sebuah kotak sepatu yang dibungkus kertas kado hijau daun. 

Elin dengan rakus membuka kotak itu. Matanya makin melotot mendapati isi kotak sepatu. "Gilaaaaaa...." komentarnya.

Ekspresi ku malah lebih kacau lagi saat membuka kotak ini kemarin. Bagaimana tidak, isinya adalah puluhan fotoku saat sekolah dulu, dalam berbagai pose, yang diambil diam-diam. Ada yang lagi minum saat masih pakai seragam drum band SMP (masih pakai kamera pocket fuji yang ada tanggalnya), ada yang saat aku kepedasan makan bakso di kantin SMA, ada juga saat istirahat latihan paskibra kelas X. Tidak hanya itu, aku menjumpai foto-fotoku semakin banyak saat aku memutuskan berhijrah dengan berkerudung di kelas XI. Foto saat rapat OSIS, rapat pengurus mushalla, foto ngobrol di kelas, foto ngehukum junior, dan masih banyak lagi. Dan semuanya diambil tanpa sekali pun aku sadari. Di dasar kotak sepatu itu ada tempat pensilku yang seingatku hilang saat ketinggalan di laboratorium bahasa. Ada sepotong kertas yang menempel pada tutupnya, "Ini milikmu semuanya, saya kembalikan. Maaf mengambilnya diam-diam. Tapi saya rasa kita sekarang impas, karena waktu itu kamu juga sudah mengambil hati saya diam-diam. Tono."

"Trus, lu udah confirm ke doi abis nerima ini?" cecar Elin.

"Enggak.. apa yang harus dikonfirmasi?" aku balik bertanya.

"Ya perasaan doi ke elu sekarang lah. Gila men.. ada cowok mendam perasaan suka sama elu selama 9 tahun dan ga ada yang tau. Lu ga penasaran sekarang doi masih suka apa enggak sama elu?"

"Gue rasa ga perlu, Lin.. Terus terang gue penasaran dia masih ada rasa atau enggak sama gue. Tapi ya ga mungkin lah gue mengkonfirmasi sesuatu yang sampai merendahkan martabat gue sebagai perempuan. Itu urusan doi. Gue cukup bersyukur aja doi begitu rapih menata semua perasaannya buat gue selama 9 tahun ini. Sampai gue ga tau dan ga kerasa terganggu. Dan gue apresiasi rapi banget hatinya dia itu."

"Maksud lu gimana, Ran? Gue ga ngerti... jelasinnya pake bahasa rakyat jelata dong." Elin merengut sebal.

"Hahaa Eliiin... maksud gue, sekarang ya lu liat aja deh.. banyak banget cowok yang begitu gampangnya ngegombalin setiap perempuan yang baru mereka temui. Dikit dikit bilang sayang lah, bilang 'I love You' lah. Lah, belum lagi ada yang ngaku-ngakunya ikhwan, ngaku-ngakunya shalih, tapi kerjaannya ngegodain perempuan mulu. Mirip sama abang-abang di pinggir jalan aja. Lu inget kan beberapa bulan lalu yang gue curhat gue lagi ketakutan gara-gara merasa insecure dimata-matain gitu?
Dikejar-kejar itu capek, ganggu banget. Perasaan "sayang" apa coba yang bikin sampai seorang perempuan merasa unsafe dan insecure gitu? Omong kosong lah kalo kata gue mah.. 
Nah, kalo kasus kaya' Tono ini, maksud gue.. selama doi ga ganggu gue, selama perasaan dia ga bikin gue merasa ga aman, gue fine-fine aja. Urusan perasaan dia ke gue ya urusan dia, hak dia, selama dia ga ganggu gue. Masalah kita berjodoh apa enggak mah udah diatur di Lauhul Mahfudz. Gituuu maksud gueee."

"Trus kalo besok-besok doi beneran datang ke sini, gimana Ran?"

"Siapa? Tono? Ya dateng aja lagi.. paling juga dateng-dateng mau nganterin undangan buat kita."

"Hah? Undangan apaan?"

"Jadi yaa.. dia ngebalikin semua foto-foto dan barang-barang ini karena dia udah muvon, dia mau nikah bulan depan, sama si Mira anak IPS2, inget ga lu?

Gantian Elin yang shock sekarang.


Read More...

Senin, 19 Mei 2014

Mencari Pelipur Sepi

Leave a Comment
Setiap orang adalah pengisi kekosongan bagi orang yang lain.
Jika tidak bisa diucapkan... maka tindakan akan sangat mewakili. 
Tapi tidak baginya. Dia tidak bisa mengucapkan, tidak pula mampu berlaku.. hingga hanya diam saja sendiri di pojok sana, sendiri, bertanya-tanya, kenapa tak berkawan.

Setiap orang adalah pegangan untuk menguatkan bagi yang lain.
Jika tidak di lisan, cukuplah dalam hati.
Tapi dia terlalu malu untuk meminta, sehingga yang dia pegang pun akhirnya hilang terberai.

Ia yang merasa tak punya sahabat, tak senang diusik.
Sering merasa nyaman ketika hanya sendiri.
Tak tau siapa untuk diajak pergi, atau siapa yang bisa diminta membantu menghabiskan potongan terakhir pancake.

Baginya mungkin sekedar teman. 
Untuk diajak ngobrol dikala sepi, untuk berbagi mimpi.
Sekali-kali dibutuhkan untuk memaniskan sore dengan kopi dan cake... tak ada pun tak mengapa. 
Benar-benar ada tembok tinggi tebal yang ia bangun untuk memisahkan.

Lalu, saat suatu hari benar-benar merasa sepi, dia mulai bertanya-tanya
harus kepada siapa dia melepas susah.
Kepada orang lain, usulku.
Aku tak suka orang lain masuk di hidupku dan mengganggu, katanya.

Lalu, buatlah dia bukan sebagai orang lain bagimu. 


Read More...

Selasa, 06 Mei 2014

Film: Mama Cake

Leave a Comment
Hola hola... 
lama yah ga review film.. huhuhuuu... (ga) sedih karena banyak waktu yang terbuang tanpa nonton film. #lah #jitakajasaya

Oke, film yang saya review kali ini memang bukan film yang baru.. karena sebenarnya film ini sudah direlease tahun 2012. Kemana aja sayaaaa? :( asli nyesel banget baru nonton akhir April 2014 kemarin.
Nah, jadi sebelumnya, mungkin saya perlu ceritakan sedikit awal pertemuan saya dan film ini. #tarikkursi #puterbacksound

eh.. ga usah deh. Ga penting ding.. :P

Langsung aja ya.. 
Judul film ini Mama Cake. wut? Iya.. MAMA CAKE. Jadi Mama Cake sendiri itu adalah salah satu brand brownies asli Bandung... yah, sejenis dengan brownies Am*nda dan bolen K*rtika Sari gitu lah. Nah ceritanya, si pemeran utama Rakha (Ananda Omesh) diminta papanya untuk membeli brownies Mama Cake asli langsung dari toko pusatnya di Bandung sebagai amanah neneknya yang sedang sakit parah. Berangkatlah Rakha dan kedua temannya, Willy (Boy William) dan Rio (Arie Dagienz) naik mobil ke Bandung buat beli brownies Mama Cake. Udah gitu aja? Ya enggak laaah.. kalo gitu doang mah ceritanya udah selesai di semenit pertama setelah lagu opening kan..

Trus gimana ceritanya? Tonton sendiri laaaah...

(gambar dari sini)

Heheee... trus apa sih gunanya saya bikin tulisan ini coba?

Saya tunjukin deh salah satu scene yang bikin kalian mempertanyakan kenapa sih film ini harus ditonton, dan kenapa sih setelah nonton film ini minimal kita harus tau apa tujuan kita diciptakan di dunia ini?
Cek disini ya :)

Masih ga mau shalat?

Di bagian awalnya juga ada salah satu scene yang saya suka banget. Pas si 18.65 a.k.a 'makhluk yang ngejemput neneknya Rakha' yang diperanin Fajar Umbara ini ngejelasin quote "You're What You Eat". Jadi tuh ya beberapa karakteristik dari apa-apa yang kita makan (khususnya daging-dagingan) yang akan masuk dan berpengaruh ke tingkah laku kita sehari-hari. Proton dan neutron dari aura hewan yang kita makan akan bercampur sama darah dan diproses dengan lemak dan otot.. buat metabolisme gitulah.. *inget-inget lagi pelajaran Biologi.
Simpulannya, liat deh pola makannya dan compare dengan efeknya ke si pemakan tadi. Yang suka makan daging sapi atau kambing biasanya butuh deodorant kemana-mana, nafsu seksnya lumayan gede. Yang suka makan babi jadi serakah, money oriented, kadang ngehalalin segala cara biar tetep bisa makan. Yang sering mungkin, kita yang suka makan ayam, jadi pengecut. Beraninya kalo pas rame-rame.

Pokonya banyak banget lah ya pelajaran yang bisa kita ambil dari film berdurasi kurang lebih 2 jam lebih 10 menit ini. Dari yang remeh temeh sampai yang filosofis tingkat stratosfir.

Dan penting banget gimana pesan-pesan religi dalam film ini dibungkus dan disampaikan dalam bentuk yang tetep ketje dan ga menggurui. Gimana masjid itu bukan cuma berhak dimasukin sama orang yang pake sarung dan baju koko doang, gimana semua kejadian yang kita alami itu udah diatur bukan kebetulan, dan gimana amanah kecil itu bisa mengubah seumur kita. Jadi tetep kerasa cool buat ditonton segala umur tanpa menghilangkan pesan moral cerita.

Apa lagi ya... emm.. terakhir aja nih, saya mau ngucapin makasiiiiiiiih banget buat om Anggy Umbara yang udah bikin film ini ada. Yang udah membuktikan kalo Indonesia juga punya film keren yang padat gizi religi dan berat bobot pesan moralnya.

Ini film yang banget banget banget saya rekomendasiin buat ditonton secepatnya :)


Read More...

Senin, 21 April 2014

Sosial Media

Leave a Comment
Cukup lama tidak mampir. Selain karena memang tidak disempatkan, saya lumayan gentar dengan betapa kuat efeknya ranah sosial media belakangan ini. One post, just one post and a thousand involved.

Sosial media mungkin bisa jadi benua terbesar jika seluruh penggunanya digabungkan. Jauh lebih banyak dari penonton televisi maupun pendengar radio. Penduduknya luar biasa beragam, dari yang berkulit putih, kuning sampai yang hitam. Rentang usia dari yang baru masuk taman bermain kanak-kanak sampai yang sudah tak sanggup berdiri. Tersebar dari segala penjuru timur, barat, utara dan selatan bumi. Semuanya berdiri di bawah bendera akses internet dan menjadi candu bagi sebagian yang lain. Apalagi dengan kemudahan akses dari telepon pintar atau smartphone, dicari saat bangun tidur dan tetap digenggam sampai mau tidur kembali. Mungkin pula ada yang sudah murtad dari dunia nyata dan memilih tinggal menetap di dunia maya. Internet sudah menjadi salah bagian kebutuhan primer.

Indonesia termasuk Negara paling bersahabat dengan social media. Satu orang bisa mempunyai 10 jenis akun social media yang berbeda, mulai dari facebook, twitter, tumblr, instagram, plurk, path, G+, historee, dan masih banyak lagi. Semuanya terhubung hingga satu postingan yang sama dari orang yang sama bisa kita baca dari seluruh akun social media nya. Yang ditulis pun beragam, dari yang super sepele seperti bingung mau makan apa sampai yang maha penting seperti bencana internasional. Satu aturan yang pasti berlaku: tidak ada privasi atau wilayah pribadi dalam sosial media.

Apa yang kita posting, tulis, maupun unggah akan menjadi konsumsi publik, walaupun kita bukan selebritis. Yup…  kita tentu masih ingat dengan kasus oknum D yang dengan ringannya menulis dia merasa di risih dengan ibu-ibu hamil di commuter line. Satu postingan pribadi di path, dan sekarang sebagian masyarakat sebuah negara yang punya lebih dari 250 juta penduduk sedang membully-nya. Ada pula kicauan ga penting dari oknum F yang malah selalu jadi bahan tertawaan seantero jagad twitter. Dari kasus oknum D dan oknum F ini tentu kita bisa belajar etika bersosial media, jangan gegabah dalam berstatement di sosial media. You’re what you post.

Banyak pula contoh lain yang bisa kita lihat. Seorang yang sebelumnya dipuji-puji bisa tiba-tiba dicaci maki karena sebuah postingan di akun sosial medianya. Memang tidak adil, tapi kita semakin mudah menghakimi seseorang dari apa yang dia posting. Jika kebanyakan posting foto makanan, berarti dia suka makan. Jika sering posting foto selfie berarti dia narsis. Jika banyak puisi-puisi berarti dia romantis. Selanjutnya semakin mudah, dia orang yang sering galau, dia omdo doang, dia bijak banget, tukang ngeluh, tukang pamer, dan seterusnya. Kita sering lupa bahwa social media sering menipu. Kepura-puraan. Apa yang diposting terkadang berbalik 1800 dengan keadaan sebenarnya. Yang paling keliatan ceria bisa jadi yang paling muram, yang kelihatan paling shalih bisa jadi malah yang paling brengsek.  

Adanya, semakin banyak orang-orang kesepian di sekitar kita. Menyendiri di tengah keramaian, senyum-senyum sendiri menatap layar gadgetnya. Benarkah itu “sosial” media?


Selamat datang di dunia maya.


- Malang, 21 April 2014 -


Read More...

Selasa, 08 April 2014

Bersyukur Lalu Berbahagialah!

Leave a Comment
"Bila masalah hidupmu masih seputar permasalahan patah hati, banyak tugas, dibenci orang, susah mudik, makanan tidak enak, sakit perut, kehabisan uang bulanan, tidak bisa ganti HP terbaru, tidak bisa jalan-jalan keluar kota, dan sejenisnya. Maka bersyukurlah, karena masalahmu adalah masalah sejuta umat. Dan karena berjuta-juta yang mengalaminya, berhentilah mengeluh. Karena mengeluh sama sekali tidak akan mengurangi semua itu.

Bila masalah hidupmu masih seperti tadi, mari saya ajak berjalan-jalan menemui sesuatu yang mungkin kamu kira hanya ada dalam novel, dalam cerita, atau sinema elektronik. Kalau kamu belum menemui hal-hal semacam itu, bersyukurlah karena mungkin Tuhan memang sengaja melindungimu.

Percayalah, hidup diluar dirimu tidak pernah baik-baik saja. Jika kamu bertemu teman-temanmu nampak begitu ceria. Mereka hanya tidak ingin orang lain tahu mengenai masalah hidupnya. Disimpannya rapat, ditangisinya kala sendiri di malam hari kesepian. 

Kau harus tahu sejenak, bahwa hidup di luar dirimu tidak pernah baik-baik saja. Di luar sana, di luar dirimu, terjadi di orang lain. Mereka mengalami hidup yang berat. Kehilangan keluarganya sejak kecil, tidak tahu siapa orang tuanya. Orang tua yang bercerai, keluarga yang broken home. Rumah tanpa lantai keramik dan dinding semen, melainkan tanah dan anyaman bambu. Perempuan yang direnggut kehormatannya oleh laki-laki. Laki-laki yang melihat adik perempuannya meninggal. Anak muda yang bermimpi sekolah. Anak-anak yang kehilangan matanya menjadi buta. Semua itu terjadi dan tentu saja di luar dirimu, dan terjadi di orang lain.

Percayalah, bila masalah hidupmu masih seputar patah hati, dicuekin laki-laki, dibiarkan perempuan. Lantas kamu merasa menjadi manusia paling merana di dunia. Pecahkanlah seluruh kaca cermin di rumahmu karena cermin itu tidak menjadi berguna. 

Diluar sana, kehidupan manusia begitu kompleks. Dan sekali lagi, bila kamu merasa orang-orang yang kamu temui itu baik-baik saja. Mereka telah belajar bagaimana menyembunyikan kerusuhan hatinya, masalah hdiupnya, dan apapun itu. Mereka berusaha membahagiakan dirinya sendiri.

Lalu, diwaktu-waktu tertentu mereka menjadi tidak berdaya. Dan kamu tidak akan pernah tahu itu kapan, karena kamu mungkin tidak pernah bisa menyaksikannya. Sebab, mereka akan selalu menyembunyikan.
Bandung, 30 Maret 2014  (c)kurniawangunadi"

Tulisan mas Gun yang iya banget lah ini, meskipun saya ga pernah merasa sebagai orang paling sedih, muram, merana, durja, se jagad raya. Bahkan sebaliknya, saya merasa sungguh-sungguh beruntung, punya fisik yang sempurna, akal yang sehat, mental yang aware, keluarga superb, rumah yang nyaman, teman-teman yang baik, dan semuaaaaa yang telah Allah pinjamkan pada saya saat ini. Masalah yang ada sekarang tu ga ada apa-apanya ketimbang nikmat yang Dia beri. Pernah denger, kalo kita dikasih masalah itu lagi, itu lagi.. mungkin tandanya karena kita belum mampu melewatinya, kita belum lulus. Sehingga Allah masih ngasih lagi ujian yang sama, sebelum ngasih ujian baru yang levelnya lebih tinggi. 

Kemarin pula sempat melihat dua super inspiring video, satu saat pagi di sini , satunya lagi saat kebangun tengah malam di sini . Give, and you'll be happier. Check them out, you'll cry, I guarantee!

Asli ga pantes banget buat mengeluh. Ah, mari menampar wajah sendiri. 

Be tough, you're stronger.

(source: http://kurniawangunadi.tumblr.com/post/81182925864/tulisan-kehidupan-di-luar-dirimu)

Read More...

Sabtu, 05 April 2014

ini hanya fiksi (14)

Leave a Comment
Cermin

"Susah ya, Ri, demen sama sobat sendiri tapi ga bisa ngaku. Banyakan takut ditolaknya.
Ga enak banget gue kalo liat doi lagi suntuk dan ga semangat kaya' sekarang. Aslinya pengen gue cubit pipinya atau gue sumbangin energi buat bikin bola semangat, tapi takut doi tau gue punya perhatian berlebih trus doi malah menjauh dan temenan kita ga asik lagi. Yah, dan pada akhirnya gue cuma bisa ngirimin doa-doa aja buat doi. 

Semakin gue pikirin semakin gue ga paham dengan friendzone. Apa sih salahnya suka sama temen sendiri? Menurut gue, malah asli tuh, saling tau gimana dia sebenernya, saling tau sifat jelek masing-masing, bahkan udah tau apa yang harus dilakukan buat nenangin dia kalo chaosnya kumat. Iya ga? Gue tau banget kita punya mimpi dan semangat yang sama, maksud gue, kenapa kita ga bareng aja dari sekarang sampai nanti?

Gatau kenapa gue rasa kans gue buat doi terima itu kecil, Ri. Dia ga pernah cerita soal laki-laki lain atau idaman doi kaya' apa, tapi setiap gue liat matanya, gue udah kaya' bisa liat masa depan, Ri (hahaa.. sok tau ya gue) dan itu sepertinya bukan gue yang ada di sana. 

Kata orang perempuan itu perasa banget.. mungkin ga ya doi udah ngerasain tapi pura-pura ga tau?

Ri, menurut lu could perfect be a problem? Lu tau sendiri doi gimana. Cantik, pinter, lumayan berada, latar belakang keluarganya bagus, walaupun agak jutek sih, pemahaman agamanya yang sebenarnya bikin gue kagum berat. Dan itu yang bikin gue betah berjam-jam diskusi sama dia, yang gue harepin bisa terjadi long lasting sampe kita jadi kakek nenek ntar, sampe lu udah masuk kuburan duluan, eh sori. Tapi gue merasa ga mampu mengimbangi itu, Ri. I'm very ordinary. 

Jawab gue, Ri. Could perfect be a problem?

Posisi gue serba salah ya, Ri? Gue maju aja ga nih? Emmm.. gue rasa gue emang harus maju, Ri. Laki-laki macam apa yang merelakan saja perempuan yang dicintainya pergi tanpa usaha? Gue akan maju dulu, Ri.. apapun yang terjadi nanti :)
Doain gue ya, Ri."

Read More...