Senin, 15 Desember 2014

Homogen -> Heterogen

Leave a Comment
Hampir enam tahun berada di lingkungan yang cukup homogen rupanya terasa sangat nyaman dan bikin aku agak cemas dan takut saat diminta untuk kembali ke lingkungan yang lama. Takut dipandang asing, aneh, dan yang paling buruk, tidak diterima. 


Lingkungan yang kemarin (di Malang), kata MR (murabbiyah)ku adalah lingkungan yang sangat nyaman karena kita berjamaah dan rapat. Segala kegiatan baik yang personal maupun kelompok didukung dan coba untuk difasilitasi. Bersama orang-orang dalam kesamaan visi dan misi.


Ada ODOJ, ada ODOL, liqo sepekan sekali, Jalasah Ruhiyah dua pekan sekali, komunitas, dan amanah ke sekolah dan lembaga, itu salah beberapa caraku untuk membuktikan eksistensi diri di jalan dakwah selama berada di Malang. 


Disini? Hahaa..


Berusaha agar tidak menarik perhatian saat keluar rumah saja sulit.


“Kok panas-panas gini pake kaos kaki?”


“Panas-panas gini kerudungnya tebel gitu ga keringetan?”


Aduh.. sombong banget kalo aku merasa udah bukan jamannya aku ngejawab pertanyaan kek gitu. Sombong, serius. Tapi, sungguh… 


Pun, soal adaptasi lagi. Menolak salaman dengan yang bukan mahrom kalo sesama muslim, meski dipandang aneh tapi masih bisa dimaklumi karena ada kesamaan paham diantara dua pihak. Kalo sama yang nonIs? Yang jadi mayoritas disini? 


Banyak yang mencoba menguatkan dan menghibur, bilang kalo ladang dakwah di sini masih sangat teramat luas. Tapi, gimana dong aku mau mulai kalo aku aja khawatir dengan keadaan imanku sendiri?

0 komentar:

Posting Komentar