Hampir enam tahun berada di lingkungan yang cukup homogen rupanya
terasa sangat nyaman dan bikin aku agak cemas dan takut saat diminta untuk
kembali ke lingkungan yang lama. Takut dipandang asing, aneh, dan yang paling
buruk, tidak diterima.
Lingkungan yang kemarin (di Malang), kata MR (murabbiyah)ku adalah
lingkungan yang sangat nyaman karena kita berjamaah dan rapat. Segala kegiatan
baik yang personal maupun kelompok didukung dan coba untuk difasilitasi.
Bersama orang-orang dalam kesamaan visi dan misi.
Ada ODOJ, ada ODOL, liqo sepekan sekali, Jalasah Ruhiyah dua pekan
sekali, komunitas, dan amanah ke sekolah dan lembaga, itu salah beberapa caraku
untuk membuktikan eksistensi diri di jalan dakwah selama berada di Malang.
Disini? Hahaa..
Berusaha agar tidak menarik perhatian saat keluar rumah saja sulit.
“Kok panas-panas gini pake kaos kaki?”
“Panas-panas gini kerudungnya tebel gitu ga keringetan?”
Aduh.. sombong banget kalo aku merasa udah bukan jamannya aku
ngejawab pertanyaan kek gitu. Sombong, serius. Tapi, sungguh…
Pun, soal adaptasi lagi. Menolak salaman dengan yang bukan mahrom
kalo sesama muslim, meski dipandang aneh tapi masih bisa dimaklumi karena ada
kesamaan paham diantara dua pihak. Kalo sama yang nonIs? Yang jadi mayoritas
disini?
Banyak yang mencoba menguatkan dan menghibur, bilang kalo ladang
dakwah di sini masih sangat teramat luas. Tapi, gimana dong aku mau mulai kalo
aku aja khawatir dengan keadaan imanku sendiri?
0 komentar:
Posting Komentar