Kamis, 27 November 2014

Jarak

6 comments
Ketakutan pada jarak. Wajarkah?

Dahulu kala dan sampai hari ini, jarak antar galaksi, per atomnya, menjadi semakin besar setiap detik dan setiap hari. Alam semesta semakin meluas, dan begitu juga segalanya.
Kamu sudah sedemikian jauhnya, tak tahu lagi jika aku mengambil sebagian lagi jarak untuk semakin jauh.

Jarak. Sesuatu yang belum pernah aku cemaskan sampai 2 minggu belakangan ini. Sekarang ia menjelma menjadi bayangan serba tak pasti. Dan aku tak suka.

Suka sebel kalo ada orang yang menemukan bahwa temannya berteman dengan temannya yang lain lagi. Kalimat yang sering terucap adalah "Wah.. dunia ini kecil ya ternyata." Gemes banget dengernya.. Emang dia bisa apa ngelilingi dunia ini sehari aja? Dunia lho ya, bukan bola dunia. Ga lah.. dunia ini tu luaaaas benget. Bahkan pernah baca di buku-apa-lupa, kalo seumur hidup kita digunakan untuk berkeliling dunia, tetep aja ga akan cukup waktunya. Well, itu artinya bukan dunia ini yang mengecil, cuy.. tapi pergaulan kita yang semakin meluas.

Ok, balik lagi soal jarak. Aku suka jarak yang wajar. Jarak yang secukupnya dan tetap menerbitkan harapan bahwa kita bisa bertemu walau tidak setiap hari, minggu, ataupun bulan. Aku suka tetap ada jarak antara kita. Karena kita (saat ini) bukan siapa-sesiapa. Karena itu harus tetap ada jarak. 

Duh, bimbang...

Mungkin pada akhirnya aku tetap harus menenangkan diri, dan percaya bahwa konsep yang Allah bikin perihal jodoh itu jauh, amat jauh melampaui dugaan manusia. Kamu di nyaris ujung barat Indonesia, sedangkan aku (nanti) di nyaris ujung sebaliknya, pada akhirnya akan tetap bertemu jika kita sudah ditakdirkan untuk berjodoh. Iya kan?

Pada waktu kita sedang tidak bertemu sekarang, anggaplah kita saling memberi kesempatan untuk 'your own time'. Kamu mengembangkan diri seluas-luasnya dan meraih cita-citamu, begitu juga aku. Kita saling menghabiskan diri dengan cara-cara kita sendiri, hingga akhirnya nanti, jika kita telah ditakdirkan bertemu, kita bisa menghabiskan waktu bersama,tanpa jarak.



Read More...

Selasa, 18 November 2014

What's Happened in 3 Months

Leave a Comment
Salam.

Hi, this is Nursih again :)
Tolong maapin karena menghilang dari peredaran blogging dalam 3 bulan ini yah.. so many things happened. (iyah-kaya'-ada-yang-baca-aja-blog-ini-sok-aja-lah)

September benar-benar hectic month lah kemarin.. tapi lega juga akhirnya saya udah menunaikan tugas mulia dari orangtua untuk mengambil kitab suci ke barat mengikuti sidang akhir skripsi. alhamdulillah...
Benar-benar perjuangan kala itu. Baru tau ada pembukaan pendaftaran sidang h-5 dari deadline, trus langsung ngejar dosen sana-sini buat ngebut revisi dan minta acc, akhirnya diperbolehkan maju sidang juga.

Saat d-day sidangnya, kebetulan saya baru tau kalo dosen penguji saya adalah Mr. C dan Mr. A yang udah terkenal ... #uhuk #ifyouknowwhatImean
Alhamdulillah, alhamdullilah, alhamdulillah... ternyata saat itu Mr. A sedang berhalangan datang, sehingga kemudian digantikan oleh Mr. S. sehingga, seenggaknya saya cuma menghadapi satu dosen yang "mendebarkan".
(waktu yang diperlukan untuk membebaskan dari)

Setelah proses revisi dan pendaftaran wisuda yang amat rempong beres, saya langsung berlibur. Hahaha.. tipikal balas dendam banget. Menentramkan fisik, hati, dan pikiran bareng si Rama, temen dari Lombok. Destinasi pertama adalah Kediri. Ngunjungin mbahnya si Rama aja ini sih.. sehari doang. Besoknya langsung caw ke Jogja. Selama ± 5 hari diJogja, kami menginap di kawasan Malioboro, tepatnya di Family Losmen Gang Dagen. Seharinya Rp. 130.000 dengan fasilitas kasur untuk 2 orang, kipas angin dan kamar mandi dalam. Cukup terjangkau lah.. Dapet juga penyewaan motor Rp. 70.000/24 jam buat jalan-jalan.

Dari Jogja, kami melanjutkan perjalanan ke Bandung. Ga seperti ke Bandung yang kemarin-kemarin, kami ga tinggal di tempat teh Sari. Nyari tempat tinggal di Bandung yang terjangkau cukup sulit yah.. apalagi kami datangnya pas weekend. Sebenarnya saya udah coba cari via gugling juga sik.. tapi ternyata pas didatengin alamatnya, ga nemu.

Akhirnya kami nginep di kostan harian Paragon di Dago Atas (masuk gang depan hotel Sheraton), dengan harga Rp. 225.000/nett. Tapi top banget emang. Harga segitu dapat fasilitas double bed, AC, kamar mandi dalam dengan shower, kulkas mini, dan TV dengan ratusan channel dalam dan luar negeri.

Balik ke Malang, Rama pulang ke Lombok, orangtua saya datang untuk upacara wisuda tanggal 18 Oktober. alhamdulillah.. 

Jadi, untuk kemarin-kemarin sampai detik sekarang tulisan ini di publish, status saya adalah pengangguran berijazah. Hahaaa..
Yasudah laaaah~

Read More...