Senin, 15 Juli 2013

Rapatnya Shaf Shalat Berjamaah

2 comments
Memasuki malam tarawih ke-7, tapi masih saja selalu ada adegan kejar-kejaran kaki dengan tetangga shaf sebelah. Reka adegan ditunjukkan komik strip seperti di bawah ini:
(gambar dari sini)

:'(
Sudah tau kan kalo syarat sempurnanya shalat berjamaah adalah lurus dan rapatnya shaf shalat? Tapi kenapa ya, di lingkungan sekitar masih suka mengabaikan hal ini..  saya juga bingung, padahal di masjid kampus tempat biasa saya shalat berjamaah itu rupa-rupa jamaahnya kebanyakan berasal dari alumni pondok pesantren dan madrasah aliyah yang notabene nya tentu saja ilmu agamanya jauh lebih baik dari saya yang masih awam ini. Yang juga pasti sudah tau dan paham tentang hal ini, tapi kenapa malah diabaikan ya?
Padahal juga sebelum shalat dimulai, imam sering mengingatkan untuk meluruskan dan merapatkan shaf... tapi mungkin karena imamnya ngomong pelan aja ya, jadi cuma dikira buat ikhwan, sedang yang akhwat barisannya tetap suka renggang gitu :(

Ga cuma di masjid kampus ini saja sih... di masjid manapun pasti pernah menemukan shaf shalat yang renggang, bahkan terkadang masih muat untuk diisi 1 jamaah lagi. 

Oiya, untuk dikostan kost saya baru-baru ini ada mushalla kecil. Kami siapkan sebuah ruang untuk kami sekeluarga kostan shalat berjamaah (meskipun akhirnya tak selalu berjamaah sih). Dan ketika hendak shalat berjamaah, teman-teman saya selalu mengatur shafnya seperti jamaah ikhwan: yaitu imam di depan, sedang makmumnya di belakang. Padahal, dari hadits Ibnu Abbas jika terdiri dari dua orang, "....dan menempatkan aku di sebelah kanannya" (HR. Bukhari), sedang untuk jamaah yang terdiri dari 3 akhwat atau lebih, hadits Aisyah ra, "Bahwa Aisyah shalat menjadi imam bagi kaum wanita dan beliau berdiri di tengah shaf." (HR. Baihaqi, Hakim, Daruquthni dan Ibnu abi Syaibah).

Nah, sudah jelas juga bahwa untuk jamaah akhwat, jika hanya dua orang, maka imam di sebelah kiri dan makmumnya di sebelah kanan. Jika terdiri dari 3 orang, maka imam berada di tengah, kanan-kirinya makmum, bukan depan-belakang seperti jamaah ikhwan.
Hal ini sudah saya sampaikan kepada mereka, tapi hanya berlaku jika saya yang kegiliran menjadi imam. Selebihnya jika saya sebagai makmum, maka shaf jamaah ikhwan pun selalu jadi pilihan. Saya bertanya-tanya, apa saya yang menyampaikannya ga bener ya? Akhirnya saya print dan saya tempel di papan pengumuman, semoga tanpa saya ingatkan lagi mereka udah bisa lihat sendiri.



Malang, 7 Ramadhan 1434 H
06.30 am

2 komentar:

  1. Hehe..
    Repot juga klo yang diberitahu pura-pura g mau tau.. apalagi klo udah bertemu dengan batasan umur. Terkadang yang lebih tua *maaf* gengsi saat mendengar nasihat dari yang muda. Dan yang muda ngedumel saat diberitau yang tua..
    Intinya, semua harus sabar dan penuh ketekunan untuk saling mengingatkan antara mana yang kebaikan dan mana yang keburukan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener, Daus... kalo sama yg lebih muda kadang saya gandeng aja biar merapat. tapi kalo udah sama ibu-ibu, trus beliaunya ngotot "ga apa-apa, mbak. aku disini aja" ya akhirnya saya yg merapat.

      dakwah fardhiyah itu harus benar-benar sabar dan telaten ya... hari ini udah di kasi tau, besok lupa. harus terus diingatkan.

      Hapus