Peduli
Gilang meneguk sisa kopi terakhir di gelas plastik hingga tuntas tak tersisa, lalu meremasnya dan melemparnya ke tempat sampah kuning 3 meter dari bangkunya. Plung! Gelas plastik tadi masuk dan tenggelam dalam tempat sampah.
Gilang tersenyum bangga lalu melirik arlojinya. Dia sudah akan berdiri untuk membeli kopi lagi di kedai tepi jalan sana kalau saja tak ada suara pekikan seorang gadis.
"Whooooi, Gilaaaangg...."
Gilang menoleh ke sumber suara, tampak Indri setengah berlari menyongsongnya.
"Maap yak, aku telat lagi... habis tempat rapat tadi mendadak dipindah, sih..., mau kemana kamu?"
Indri sudah duduk di bangku sambil mengatur napasnya.
Gilang urung berdiri, "Beli kopi lagi. Nungguin kamu lama."
Indri merengut, "Iyaaa... maap lagi deh. Ih, ngapain beli kopi? Kamu udah habis berapa gelas tadi sambil nungguin aku tadi coba?"
Gilang mengangkat tangan kanannya, membentuk tanda peace dengan jari telunjuk dan tengahnya.
"Haaah, dua?" Mata Indri terbelalak lebar, lucu sekali melihatnya.
"Iya"
"Kamu jangan sering-sering minum kopi dong... ga bagus tuh buat kesehatan kamu. Ini nih, kamu minum jus aku aja deh..." Indri menyodorkan jus buah kemasan dari dalam tasnya.
Gilang bukannya mengambil, malah mengibas-ngibaskan tangannya, "Ga ah... kamu aja. Kamu haus kan habis lari-lari tadi?"
"Enggak apa-apa, kamu aja. Aku maksa. Aku masih punya air kok." Indri bersikeras menyodorkan kotak jus buah. Indri memang tak suka penolakan.
Gilang mengalah. Dia mengambil jus buah tersebut dan meminumnya. Wajahnya meringis sebentar, "aseeeem..."
"Ya kan emang jus jeruk... ga suka asem ya? Besok-besok deh aku bawain jus lain ya..." Indri berusaha menutup mulutnya yang tak bisa menahan tawa dengan tangan kiri, sedang tangan kanannya memegang botol air.
"Ga papa ini aja. Ndri, kenapa sih kamu peduli banget sama aku? Dulu pas aku keranjingan makan mi instan, kamu bela-belain masak dan bikinin kotak bekal tiap hari, dulunya lagi pas aku masih merokok, kamu ngambek dan bilang ga mau ngobrol sama aku...."
"Itu karena aku emang ga tahan sama bau rokok, Laaaang..." Indri memotong, sewot.
"Trus sekarang juga. Jus ini dan susu kemarin juga." Gilang menatap lurus pada Indri, menunggu jawaban.
Indri tersenyum, mengayun-ayunkan pelan kakinya.
"Lang, aku udah kenal kamu lama. Aku tau gimana pedulinya kamu sama anak-anak jalanan di terminal pasar sana. Aku juga tau kamu peduli sama mbah Arip yang tinggal sendiri. Kamu juga peduli teman-teman yang lain, yang ga sungkan-sungkan menawarkan bantuan apa saja.. tapi kamu malah ga peduli sama diri kamu sendiri, ga aware sama kesehatan kamu. Iya kan? Waktu aku tanya kenapa kamu ga pernah ragu untuk selalu datang menghibur dan menolong mereka, kamu bilang ga ada alasan untuk itu, kamu hanya sayang sama mereka. Trus sekarang kalo aku peduli sama kamu, emang aku harus punya alasan juga ya?"
5 hari yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar