Minggu, 21 Juli 2013

Mendadak Trainer (1)

Leave a Comment
Nyahaaa… saya ini sama sekali bukan seorang trainer. Bukan. Malah saya ini perlu banyak di-training kaya’nya biar tetep full semangat 365 hari/tahun. Pernah sih diikutkan event TFT (Training for Trainer) oleh lembaga tempat saya bernaung, hehe.. tapi  maap maap saja… ga nyantol ilmunya, ikutnya dipaksa sih :P

Nah, beberapa hari yang lalu mendadak ditawari Firdaus untuk mengisi event training motivasi di SMK N 13 atas nama FITRA -Firdaus Training Centre- (ini bukan Firdaus nama teman saya) selama 2 hari (18-19 Juli/10-11 Ramadhan). Mendadak benar lho, -H2 kegiatan, tanpa clue materi apa yang harus dibawakan. Saya “oke”in aja, karena dia bilang butuh 3 akhwat lagi. Jadi saya berkhusnudzon bahwa nantinya setiap trainer akan memegang beberapa murid, semacam smallgroup atau halaqoh gitu. Kalo model halaqoh sih saya sudah tak asing lagi karena saya sendiri Alhamdulillah dipercayai membina 3 kelompok halaqoh, 2 kelompok di SMK N 11 dan 1 kelompok lagi di sebuah yayasan amil zakat.


Hari Pertama (18 Juli/10 Ramadhan)

Jam 7 pagi saya diminta kumpul di pondok mahasiswa Firdaus  (yang ini juga bukan milik si Firdaus), karena saya sendiri belum tau letak sekolah tersebut. Tak lama, datang Firdaus dan mas Agus (salah seorang trainer dari FITRA). Akhirnya sekitar jam 7.15 kami (iya, kami: saya, Firdaus, dan mas Agus) berangkat ke arah Villa Bukit Tidar. Tidak begitu jauh, sekitar 15 menit kemudian kami sudah sampai di SMK N 13. Rupanya sekolah ini masih termasuk “muda” sekali, baru ada 2 angkatan, kelas X dan XI. Oiya, SMK ini berbasis taruna, jadi dalam kesehariannya, para siswa/i dipanggil taruna/i dan diberi pendidikan dengan sistem semi militer.



Kami disambut oleh seorang guru yang belakangan saya panggil ust Hasan. Beliau adalah guru agama Islam di sekolah tersebut. Berikutnya kami dibawa ke ruang aula yang bikin saya lumayan olahraga mata (soalnya karpet ruangan tersebut merah menyala, silau). Ruangnya mirip masjid Ad Dakwah di SDIT Insan Permata, letaknya di atas kantor guru.

Sesaat sebelum acara dimulai, kami briefing sebentar. Ternyata saya adalah satu-satunya akhwat dalam team ini. Otomatis bayangan tentang smallgroup atau halaqoh tadi pudar sudah, yes.. it will be a big stadium general. Okelah, saya beberapa kali pernah juga sih ngisi stadium general, hahaa :D Lalu disepakati bahwa acara akan dibuka oleh Firdaus, lalu mas Agus masuk sebagai pemateri utama, dan saya yang akan mengisi games dan ice breaking.


Tak lama, siswa-siswi mulai memasuki ruangan tersebut, tapi ada 1 siswi yang dengan ‘pede’nya langsung duduk di tempat putra. Akhirnya saya berinisiatif untuk langsung mengkondisikan siswi tersebut. “Dek, duduknya agak ke belakang ya, ini tempatnya buat putra” kata saya disertai senyum 5cm.

Degg! Anehnya ucapan saya tadi tidak digubris sama sekali. Siswi tersebut malah diam menatap saya. Bingung. Saya lebih bingung. Hei, mungkinkah yang saya sapa ini bukan seorang siswi, jangan-jangan mbak-mbak staf tata usaha, terus orangnya tersinggung saya panggil ‘dek’. Saya coba lagi, “mbak maaf… duduknya boleh agak ke belakang sedikit? Disini buat siswa putra, mbak” kali ini disertai senyum 7cm. Tetap aja ga digubris T.T, Akhirnya saya senyum aja dan beranjak pergi karena semakin banyak siswa/i yang memasuki ruangan.

Hal yang pertama yang saya lakukan adalah menerapkan 4S: senyum, salam, salim, sapa kepada seluruh siswi yang saya lihat dan bisa saya jangkau. Kenalan dan pedekate dulu lah, biar mereka membuka shield, sehingga nanti saat materi diberikan, saya udah nggak canggung karena sudah mengenal target peserta dan juga mereka juga mau menerima apa yang disampaikan.

Setelah berkenalan dan ngobrol pendek dengan beberapa peserta putri, saya melihat beberapa anak daerah asal tempat saya... benar pembaca yang budiman, anak Papua~~ aaah… betapa senang hati, langsung saya menghampiri dan menyapa mereka dengan bahasa ibu (bahasa daerah, red). Mereka kaget, lalu saya katakan saya juga dari Papua, tepatnya Biak. Mereka tertawa. Setelah sedikit ngobrol ternyata mereka berasal dari Yapen dan mendapat beasiswa untuk duduk di bangku pendidikan sekolah ini.


Tepat jam 8.30, pembukaan acara oleh kepala sekolah. Setelah kepala sekolah dan guru-guru lain pergi dari ruangan, it's time to action! Firdaus mengambil alih ruangan dan mulai menyapa para peserta sembari memperkenalkan para personil dalam team FITRA. Lalu dilanjutkan materi yang disampaikan oleh mas Agus. Lumayan tenang karena adik-adik bisa menerima dan menanggapi dengan baik. 
   

Beberapa waktu berlalu, saya merasa sedikit aneh dengan tingkah beberapa siswa yang ga ada angin, ga ada hujan tiba-tiba tertawa atau berbicara sendiri. Tapi melihat langsung sang pelaku, saya langsung sadar bahwa mereka adalah ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), dan Subhanallah.... rupanya siswi yang saya tegur pertama tadi itu, si Rani juga. Saya udah suudzon duluan nih, astaghfirullah.
Oiya, sebenarnya saya agak kurang setuju dengan penggunaan istilah ABK ini. Karena saya pikir sejatinya setiap orang adalah berkebutuhan khusus. Iya dong ya... kita pribadi kan pasti mempunyai kebutuhan dan keinginan yang berbeda dengan orang lain. See? 

Setengah materi, mas Agus meminta saya dan Firdaus untuk maju dan membawakan beberapa games agar peserta ga jenuh. Hehee, kagok juga ngeliat banyak banget taruna/i yang harus diajak bermain, but I do my best :) 


Balik lagi ke materi yang dibawakan mas Agus. Aman dan tentram, sampai pada video yang mengisahkan tentang adzab kubur. Saat itulah para taruni mulai menangis ketakutan, termasuk Isma yang duduk di sebelah saya. Saya coba menenangkan Isma, tapi rupanya, ada yang lebih takut. Beberapa meter dari tempat saya, salah seorang taruni sudah pingsan. Dibantu seorang guru, akhirnya kami mencoba untuk menyadarkan taruni tersebut. Dua kata. Harus tenang. Padahal aslinya panik juga.


Setelah tenang dan keadaan kembali terkendali, materi diitutup dengan shalat Dhuha berjamaah. Aaaaak... mendadak suka sama sekolah ini. Lokasinya masih sejuk, ada anak-anak yang istimewa, dan dibiasakan pula hal-hal yang baik, seperti shalat Dhuha dan pembacaan Asmaul Husna setiap pagi :)

Cerita perjalanan kami untuk selanjutnya menyusul yak!

Capek nulisnya

0 komentar:

Posting Komentar