Bismillahirrahmanirrahim...
"Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."(QS. Al Qadr: 1-5)
10 hari terakhir Ramadhan 1434 H, apa kabar iman?
Mungkin di 10 hari awal Ramadhan amal ibadah yang paling diminati adalah tarawih. Jamaah masjid-masjid membludak hingga ke halaman.
Mungkin di 10 hari kedua Ramadhan amal ibadah yang paling populer adalah tilawah, sibuk menghitung-hitung berapa juz pencapaian sampai hari ini. Tarawih mulai minim peminat, ditandai dengan semakin majunya shaf shalat mendekati imam.
Mungkin di 10 hari ketiga Ramadhan amal ibadah yang paling populer adalah berbelanja di pusat-pusat belanja sana, sibuk memborong persiapan menyambut hari raya. Tilawah? Nanti dulu lah kalau sempat.
Tapi tidak bagi umat Nabi Muhammad yang benar-benar mengharap Ramadhan ini jadi Ramadhan terbaik dalam hidupnya. 10 hari terakhir Ramadhan adalah saatnya berlomba-lomba mengejar malam 1000 bulan, malam kemuliaan, malam Lailatul Qadr. Banyak contoh ibadah yang dapat dilakukan demi mengharapkan kejatuhan malam 1000 bulan ini, salah satunya mungkin yang paling sering dilakukan adalah berdiam diri di masjid atau dikenal sebagai I'tikaf.
Secara bahasa i'tikaf artinya menetap, mengurung diri, atau menahan diri (Q.S. Al Baqarah: 187). Sedangkan dari pengertian menurut apa yang biasa kita kerjakan, i'tikaf adalah menetapnya seseorang dalam keadaan suci di dalam masjid untuk melakukan ketaatan dan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah.
I'tikaf sendiri hukumnya bisa menjadi wajib, bisa pula menjadi sunnah.
Wajib kalo sudah di-nadzar-kan sebelumnya, semisal: 'saya ber-nadzar akan ber-i'tikaf di masjid sepanjang beberapa malam terakhir Ramadhan.' Hal ini disebabkan karena menepati nadzar adalah wajib.
Sunnah kalo dilakukan oleh seorang muslim/ah secara sukarela atau ikhlas dalam rangka ber-taqarrub kepada Allah dan meneladani Rasulullah.
Pun, i'tikaf di 10 hari bulan Ramadhan sendiri hukumnya adalah sunnah muakkad (sunnah yang diutamakan).
Apa saja syarat dan rukun i'tikaf?
1. Islam
2. Berakal dan mumayyiz
3. Suci
4. Niat
5. Dilaksanakan di masjid (beberapa pendapat beranggapan bahwa berdiam diri di mushalla, surau, atau langgar tidak dapat disebut i'tikaf)
(gambar dari sini)
I'tikaf dapat dilakukan kapanpun sejak masuk masjid dan berniat mulai melakukan i'tikaf. Sedangkan hal-hal yang sebaiknya kita lakukan selama ber-i'tikaf antara lain:
1. Memperpanjang shalat malam
2. Banyak-banyakin tilawah dan memahami maknanya
3. Melakukan ibadah sunnah semisal bertasbih, bertahmid, bertakbir, beristighfar, dan lain-lain.
4. Banyak-banyakin doa, jika perlu siapkan list doa.
5. Mengkaji kitab atau mengikuti kajian-kajian ilmu.
Oiya, beberapa orang pernah bertanya-tanya kepada saya pribadi, "Memangnya boleh, perempuan yang belum mempunyai suami bermalam di masjid?"
Dan jawaban saya pribadi (juga) adalah boleh. Karena i'tikaf disunnahkan bagi ikhwan dan juga akhwat. Bagi akhwat yang sudah menikah memang sebaiknya i'tikaf dilakukan bersama suaminya atau setidaknya sudah mendapat ijin suami.
Sedangkan bagi akhwat yang belum menikah, harus dengan ijin orang tua atau mahromnya (kakak, misalnya). Dan tentu dalam pelaksanaannya, tempat i'tikaf bagi ikhwan dan akhwat akan dipisah, biasanya ikhwan di lantai 1 dan akhwat di lantai 2. Atau jika masjidnya hanya terdiri dari 1 lantai, maka akan dipisahkan dengan hijab, sehingga tidak menimbulkan fitnah.
Mari gunakan sebaik-baiknya 10 malam terakhir Ramadhan ini, jadikan ini Ramadhan terbaik dan tersukses dalam hidup kita, karena tidak ada yang bisa menjamin umur kita akan disampaikan pada Ramadhan mendatang.
Ramadhan, masih di penghujungnya, namun sudah terasa rindu...
Malang, 21 Ramadhan 1434 H
06:15 am
0 komentar:
Posting Komentar