Lucky me, pertama kali kenal Sherlock Holmes dari bukunya yang "Penelusuran Benang Merah / A Study in Scarlet" saat kelas VI. Memang buku kasus pertamanya, dan dari situlah saya tahu awal perkenalannya dengan Dr. John Watson dan kemudian deduksi-deduksi awal (yang katanya) sederhana namun sangat mengesankan. Bisa membaca kepribadian dan apa saja yang baru dialami seseorang setelah sepersekian detik cuma dari sepatu atau topinya, misalnya.
Dari buku itulah kemudian saya benar-benar jatuh cinta pada sosok detektif, meski sebelumnya saya sudah berlangganan komik Detective Conan yang baru kemudian saya tahu, nama Conan samaran dari Kudo itu diambil oleh Aoyama Gosho dari pengarang Sherlock Holmes ini, yaitu Sir Arthur Conan Doyle.
Pertemuan dengan 2 sosok detektif ini pernah membuat saya juga bercita-cita detektif. Tapi satu-satunya kasus yang berhasil saya pecahkan dan mendapat apresiasi dari orang-orang adalah kasus hilangnya permen karet seorang teman di tempat ngaji, dan saya menamainya Gummy Case. Sukses besar, dan diingat oleh teman-teman ngaji saya selama... 2 hari.
Ok, lupakan.
Oh, God.. saya kagum banget sama Sherlock Holmes ini.. keakuratannya dalam menyimpulkan kasus dan sikapnya sehari-hari sungguh menawan. Saya juga suka suasana London kuno pada masa 1880an yang penuh martabat, kelihatan dari penuturan cara berpakaian dan suasana jalan. Dia tinggal bersama Dr. Watson di Baker Street 221B London, dan mempunyai mata-mata anak-anak jalanan Baker Street yang sering disebut Bakers Street Irregulars. Hanya sedikit kekurangannya mungkin, salah satunya dia adalah perokok berat dari tembakau paling berat juga. Dan yang paling parah, pada saat hari-harinya tak diwarnai kasus, dia menggunakan suntikan kokain agar otaknya tetap terjaga dan bekerja. Kontras sekali dengan Dr. Watson yang orang medis dan melek kesehatan. Holmes juga menyukai musik dan dia cukup mahir bermain biola. Olahraganya tinju, dan satu-satunya perempuan yang bisa menariknya pikirannya lepas dari kasus di dunia ini cuma Irene Adler.
Namun, beberapa kejanggalan yang belum saya temui penjelasannya adalah, Holmes ini mengenal Irene Adler dari permintaan yang dibawa Raja Skandinavia (kasus Skandal dari Bohemia), dan diakhir kasus, Irene akhirnya menikah dengan pria lain dan kabur. Tapi di filmnya, Irene ini diceritakan sebagai perempuan lajang. Ada yang tau ceritanya ga??
Musuh paling besar dan jahat Holmes adalah Prof. James Moriarty, seorang ahli matematika dan juga napoleonnya kejahatan Eropa saat itu yang juga membunuh Irene Adler dengan racun (Sedih banget akhirnya Holmes ga bersama Adler.. dan hidup sendiri saat Dr. Watson sudah menikah). Nah, belum lama ini saya menonton film kedua Sherlock Holmes yang berjudul the Game of Shadows. Sama seperti film pertamanya, film ini masih mengangkat Robert Downey Jr sebagai Holmes dan Jude Law sebagai Dr. Watson. Sebenarnya dari nonton film pertamanya, Sherlock Holmes (2009) saya cukup kecewa karena dimainkan oleh Downey Jr. Alasannya sederhana sih, dari fisiknya ga cocok sama gambaran Doyle tentang Holmes, padahal Holmes seharusnya lebih jangkung daripada Dr. Watson, dan pula Downey terlalu ekspresif, Holmes dalam novel lebih dingin dan serius. Mungkin lebih apik dimainkan oleh Benedict Cumberbatch seperti dalam serial BBC, seenggaknya dia orang Inggris asli kan?
Pada akhirnya, di buku Memoar Sherlock Holmes, bab Kasus Penutup, Sherlock Holmes diceritakan berkelahi dengan Prof Moriarty dan keduanya jatuh ke air terjun di Swiss. Dr. Watson menyatakan sahabatnya itu meninggal, tapi di film keduanya, Sherlock muncul lagi di kediaman Dr. Watson.
Aaah..saya tak ingin buru-buru menarik kesimpulan. Seperti kata Holmes, "Never theorize before you have data. Invariably, you end up." Baik Holmes akhirnya meninggal di air terjun itu maupun masih hidup, saya sudah mengikhlaskannya #loh , maksudnya cukup disayangkan kalo cerita kasus Sherlock Holmes harus berakhir, tapi dia juga tak mungkin hidup selamanya kan? Bagi saya. dia tetap detektif paling cemerlang di seluruh dunia.
0 komentar:
Posting Komentar