nahnu du'at qobla kulli syai'
(kita adalah dai -penyeru- sebelum menjadi apapun)
Menjadi seorang penyeru itu wajib, bagi siapapun. Tak pandang bulu pekerjaan dan konsentrasi keilmuannya. Setiap orang yang mencari ilmu dan mempunyai ilmu wajib menyebarluaskan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Tapi kali ini saya ingin mengerucutkan sudut pandang seorang dai ini menjadi mentor sahaja lah.
Saya adalah seorang mentor di sebuah SMK Negeri sekaligus koordinator mentor di sebuah lembaga amal zakat. Menjadi seorang mentor dalam bayangan orang lain mungkin harus serba wah, harus imannya tebel dan terus terjaga, terus menjaga hati, dan bersih dari dosa #aduhmak saya belum seperti ituuuu...
Kapan merasa pantas menasihatinya kalo harus nunggu sempurna imannya? Sedang iman itu terus-terusan yaziidu wa yanquus, naik dan turun. Menasehati orang lain sekaligus menasehati diri sendiri, mengajak orang lain berbuat baik membuat kita sungkan sendiri jika kita malah belum berbuat baik. Bukannya begitu?
Menjaga hati, itu kebanyakan alasan teman-teman saya untuk agak acuh terhadap perkembangan trend dan teknologi. Ga pengen tau dan ikut-ikutan. Wah.. hal ini mungkin yang kemudian membuat saya dipandang berbeda dan menimbulkan sedikit kericuhan di grup diskusi para mentor beberapa saat yang lalu. Gaul banget sih, itu kata mereka. Cuma gara-gara saya tau tagline "real men use three pedals" (apaan.. real men buy his car with his own money lah), suka nonton sepakbola dan dengerin Coldplay.
Haduuuuuh, menurut saya pribadi sih mentor itu justru harus gaul, harus update terus, harus paham apa yang menjadi trend di kalangan remaja sekarang. Sorry to say, but jangan sampai mentor itu dibilang kuno, ketinggalan info, dan malah ditinggalin adik-adik karena ga terbuka.
Jangan sampai saat adik-adik mentee kita nanya apa itu cabe-cabean, kita malah bengong dan ngelantur, "cabe? cabe yang bikin sambel?"
Hellooooow... how can we protect our sisters and brothers from something we didn't know?
Dan lagi ya, hidup kita itu udah akur berdampingan dengan yang namanya teknologi. Ada facebook, ada twitter, ada tumblr, etc yang dari dalamnya itu kita bisa dapat info-info baru cuman bermodalkan akses internet dan jempol buat scrolling. Gimana kita bisa ga tau? Apa emang kita yang ga mau tau?
Nah, kalo soal menjaga hati itu sih pinter-pinternya kita aja mawas diri. Cukup tau, ga usah di selami sampai dalam. Udah pada tau mana yang bener dan mana yang harus dibenerin juga. Itu aja sih.
Prinsipnya: Membaur tapi tak melebur, gaul tapi tetap menjaga hijab.
Dan lagi ya, hidup kita itu udah akur berdampingan dengan yang namanya teknologi. Ada facebook, ada twitter, ada tumblr, etc yang dari dalamnya itu kita bisa dapat info-info baru cuman bermodalkan akses internet dan jempol buat scrolling. Gimana kita bisa ga tau? Apa emang kita yang ga mau tau?
Nah, kalo soal menjaga hati itu sih pinter-pinternya kita aja mawas diri. Cukup tau, ga usah di selami sampai dalam. Udah pada tau mana yang bener dan mana yang harus dibenerin juga. Itu aja sih.
Prinsipnya: Membaur tapi tak melebur, gaul tapi tetap menjaga hijab.
Bener nursih. Jadi mentor itu harus gahul g kudet. Apalagi klo urusannya sama anak2 yang lebih muda usianya. Jangan sampe memble pas ditanya ini itu...
BalasHapusdulu pernah malah merasa minder sih, kalo kumpul atau pas diskusi gitu.. suka mikir "yampuuun, mereka 'terjaga' banget sih."
Hapustapi ya udahlah, menurutku ga ada salahnya tau lebih banyak.