Kawan, saya punya pertanyaan.
Seseorang yang tak saya kenal pernah menuliskan dalam bukunya, "Dream doesn't have an expiration date. Take a deep breath and try again."
Jadi, apakah orang yang merasa mimpinya sudah tidak relevan dengan usaha dan doanya lalu sekonyong-konyong (meminjam istilah mbak Adenita di buku 23 Episentrum) mengebiri mimpi atau (bahasa halusnya) merevisi mimpinya sendiri adalah seorang pecundang?
Apa alasanmu?
0 komentar:
Posting Komentar