Kamis ceria. Setelah
koordinasi dengan tim Solidaritas Peduli Jilbab regional Malang di GOR
Pertamina UB untuk unjuk taring kami yang pertama di Kemuslimahan FISIP UB sore
itu, saya langsung meluncur ke rumah Tyas. Seperti biasa, saya menemani Tyas belajar
sampai ba’da maghrib. Snack saya sore itu adalah siomay yang dibeliin mamanya
Tyas di pedagang siomay keliling. Saya pun makan siomay itu dengan santai tanpa
menaruh prasangka apapun. Tak disangka, saat saya pulang dan melewati SoeHat-
M.T Haryono – Gajayana yang macetnya
naudzubillah, saya mulai merasa pusing, disorientasi (halah), dan mual. Bahkan
sesampainya di kostan saya langsung tergeletak tak berdaya. Satu jam kemudian
akhirnya saya bisa lari-lari lagi, tapi larinya ke kamar mandi, trus muntah-muntah L. Teman-teman saya yang watir menawarkan diri
untuk membelikan air kelapa, tapi saya tolak karena sok tidak mau
merepotkan, apalagi saat itu sudah malam. Yah, sulit untuk mengakuinya, ini ga
keren sama sekali tapi saya tumbang, keracunan makanan oleh siomay.
Esok paginya, saya
masih tergolek di kasur, lemes dan lapar, setelah malemnya muntah-muntah sampai
tengah malam, tetapi hari ini ada 2 agenda penting (sebenarnya 3, tapi yang
satu saya tinggalkan karena waktunya benar-benar beririsan dan lokasinya
berjauhan). Merasa harus bangun akhirnya saya nelpon ibu dan menceritakan
keadaan saya. Yah, emak-emak itu emang ruarrr biasa yah… selalu tau apa yang
harus dilakukan dalam keadaan kritis.
Minum susu putih.
Harusnya itu yang pertama saya lakukan sejak semalem untuk pertolongan pertama…
ibu saya pun udah ngomel-ngomel karena saya baru bilang. Yah, my fool, mak… L
Akhirnya subuh itu makan sereal+susu putih kental+pisang. Trus paginya langsung
ke InBis UB. Masih pusing dan lemes sebenarnya, tapi pagi itu saya dapat amanah
untuk jadi peraga tutorial khimar syar’i dan jaga stand jilbab wear , jadi ga
bisa saya tinggal. Langsung gelar lapak dagangan. Trus nunggu giliran tampil
setelah ust. Felix Siaw dan Mbak Peggy Melati Sukma.
Jam 13.30 langsung
meluncur ke sekretariat buat syuro, pulangnya baru beli degan. Malemnya saya
memutuskan untuk tidur lebih awal karena masih lemes. Tapi belum lama tidur,
saya dikagetkan oleh temen-temen kostan yang teriak-teriak dan nggedor-nggedor
pintu kamar. Rupanya, di sebelah kamar saya ada yang kerasukan. Ehem, ini
pertama kalinya kejadian di kostan saya dan anehnya, yang kerasukan pun bukan
anak kostan saya, melainkan saudara temen saya yang kebetulan sedang nginap
disitu.
Iya, gila mereka itu…
Saya sendiri sadar,
saya ga bisa gitu aja nyuruh ‘dia’ pergi apalagi dengan keadaan jasadiyah dan
ruhiyah saya yang sedang ngedrop. Gimana kalo ‘dia’ tiba-tiba marah dan nyekik
atau melukai saya? Nah, sebenarnya saya tau saya ga boleh ninggalin orang yang
kerasukan sendirian, tapi ini gimana saya juga ditinggal sendirian…
Akhirnya saya ikut
keluar kostan dan nunggu bantuan dari tetangga sekitar. Akhirnya ada ustad dari
pondok deket kostan yang mau nolongin dan berhasil ngusir si ‘mbak’ keluar.
Yah, bisa dibayangin sampai hari ini keadaan kostan masih belum stabil.
Temen-temen yang lain masih minta dianter ke kamar mandi dan ga berani tidur
sendiri di kamar masing-masing. Jadilah kami tidur beramai-ramai di ruang teve.
Saatnya kembali mengeluarkan sleeping bag, yeaaah…
n.b.:
saya merasa bodoh di
beberapa adegan, misalnya saat saya tidak bersegera mencari penawar saat
keracunan makanan, memaksakan diri berkegiatan saat tubuh lemas dan sakit,
serta sok berani mengahadapi orang yang kerasukan sendirian. Er, yah… my fool,
don’t try it ya
0 komentar:
Posting Komentar