Say hello to the end of September. Waktu terasa cepat sekali berlalu. Tak terasa sudah hampir 5 tahun saya berdiam di Malang, hingga saya kembali merenungkan apa saja yang telah saya beri dan dapatkan disini. Kembali ke masa-masa galau di tingkat 2 kuliah, apa yang bisa saya lakukan, apa manfaat yang telah saya berikan ke orang lain, ke mana arah hidup saya ini. Satu pertanyaan penting buat diri saya pribadi, "kenapa saya akhirnya memilih berjalan di jalan dakwah ini?".
Mudah saja saya menjawab pertanyaan orang-orang sekitar saya mengapa saya bersibuk-sibuk dan bercapek-capek mengurus anak orang. Teman bukan, saudara bukan, siapa sih mereka? Mungkin ada ribuan opsi kata yang bisa saya rangkai menjadi sebuah jawaban yang manis dan terdengar apik untuk meningkatkan citra diri yang bisa saya sampaikan ke orang lain tentang alasan saya mengapa saya memilih mengabdikan diri di jalan ini. Tapi betapa itu berubah menjadi sulit ketika yang bertanya adalah diri sendiri. Bahkan sampai setahun lalu saya sudah diamanahi beberapa kelompok mentoring, pertanyaan itu masih belum terjawab.
Perjalanan di jalan dakwah ini begitu panjang dan berliku. Perjuangan tetap berada di lintasannya adalah perjuangan hidup itu sendiri. Pernah merasakan tawa, tangis, haru, sedih, bahagia, bosan, marah, kecewa, semangat, bingung, penat, capek, ditolak, takut, prihatin, dan ribuan emosi lain dalam perjalanannya. Emosi-emosi itu yang akhirnya mengikat kami, para pelaku dakwah, sebagai pengikat yang lebih kuat dari apapun, hingga ukhuwah kami satu, sampai sekarang ini.
Dakwah, mungkin pun sudah tertanam jauh-jauh hari sebelum saya memilih untuk bergabung disini. Dakwah adalah cinta. Dakwah adalah sikap hidup bagaimana kita memperlakukan orang lain. Dakwah adalah kumpulan kesimpulan tentang pengalaman hidup dan akan kemana setelahnya. Dakwah adalah rasa takjub melihat perbedaan hitam atau putih. Dan secara sederhana mungkin inilah jawaban saya atas pertanyaan saya sendiri, karena dakwah adalah bukti aktualisasi diri.
0 komentar:
Posting Komentar