Yeayyy... belakangan ini benar-benar candu bertemu dan berdialog langsung dengan para penulis atau sesiapapun yang keren dan menginspirasi.
Beberapa waktu yang lalu saat mendengar bang Tere Liye akan berada di UnAir Surabaya, saya langsung galau, ingin ikut tapi tidak memungkinkan untuk berangkat kesana sendiri. Akhirnya mendapat rekomendasi dari seorang kawan untuk ikuti saja SGM4 yang diselenggarakan oleh mahasiswa FTP UB, ada bang Tere Liye-nya juga kok.
di tiket yang saya beli tertulis acara di mulai jam 08.00 , padahal saat itu saya masih membina pelajar di sebuah yayasan dan setelahnya pun masih ada rapat evaluasi. Akhirnya saya tiba di pelataran Widyaloka Universitas Brawijaya tepat setelah shalat dzuhur. Kata mbak panitia, sekarang sudah closing dari pembicara sebelumnya, saya pun memutuskan untuk menunggu talkshow di hall saja. Sayang juga sih beli tiket seminar mahal-mahal tapi cuma bisa ikut talkshow di akhir acara....tapi yah, gimana lagi coba.
Beberapa saat berlalu, saat saya tengah memandangi novel-novel terbaru bang Tere Liye yang belum terbeli, muncul sesosok lelaki yang dirubungi panitia-panitia berseragam batik mendekati meja stand tempat saya berada. Haaaa... itu bang Tere Liye!! Pakai kupluk dan sweater kaos abu-abu, celana jeans, dan sendal jepit swallow... takjub lah saya. Serasanya pengen langsung nyodorin novel Bidadari-Bidadari Surga yang saya bawa buat ditandatangani langsung oleh penulisnya. Tapi saya berhasil menahan diri. Pikir saya, bang Tere mungkin capek, baru datang dari bandara, tuh.. masi pake sendal jepit. Masih mau berganti pakaian untuk talkshow nanti. Makanya setelah itu beliau masuk ke ruang tunggu.
Jam 1 siang setelah ishoma, saya masuk ke ruang talkshow...dan saat acara dimulai dan bang Tere Liye masuk ke ruangan pun ternyata masih pake atribut yang sama yang saya sebutkan tadi, termasuk sendal jepitnya. ahahaa... keren lah ini orang, sungguh!
Kemudian beliau mengawali bagi-bagi ilmu menulisnya dengan mengajukan sebuah pertanyaan, retoris menurut saya, "kenapa harus menulis?" yang dijawab sendiri dengan memberikan dua buah cerita. Pertama mengenai 3 dokter yang cantik hatinya, dan yang kedua tentang pohon kelapa yang tidak pernah kemana-mana. Baca sendiri ya.. ada kok ceritanya di fanpage Tere Liye ini.
Secara garis besar saya tuliskan kembali tips menulis ala Tere Liye ya...dibaca saja dulu, saya tidak banyak mencatat soalnya, saya lebih suka merekam :)
Oiya, yang saya tulis tebel ini bener-bener dari bang Tere lho, kalo penjabarannya sih saya kembangin sendiri... maap kalo ngawur :P
Kemudian beliau mengawali bagi-bagi ilmu menulisnya dengan mengajukan sebuah pertanyaan, retoris menurut saya, "kenapa harus menulis?" yang dijawab sendiri dengan memberikan dua buah cerita. Pertama mengenai 3 dokter yang cantik hatinya, dan yang kedua tentang pohon kelapa yang tidak pernah kemana-mana. Baca sendiri ya.. ada kok ceritanya di fanpage Tere Liye ini.
Secara garis besar saya tuliskan kembali tips menulis ala Tere Liye ya...dibaca saja dulu, saya tidak banyak mencatat soalnya, saya lebih suka merekam :)
Oiya, yang saya tulis tebel ini bener-bener dari bang Tere lho, kalo penjabarannya sih saya kembangin sendiri... maap kalo ngawur :P
- Menulis dengan sudut pandang spesial.
Well, ini menarik. Pernah nonton Shrek? semua sekuelnya? sadarkah bahwa semua cerita dari yang pertama sampai keempat sama? ada seorang putri raja yang cantik jelita, ditawan di sebuah kastil yang dijaga oleh naga buas yang bisa menyemburkan napas api, lalu ada ksatria yang datang menyelamatkannya, lalu mereka berdua menikah dan hidup bahagia selama-lamanya.
Got it? yang membedakannya sehingga kita ga bosen nontonnya adalah sudut pandang yang special dalam melihatnya. Peran naga diganti ibu peri, kastil diganti gubuk, dan lain-lain. Dalam talkshow kemarin bang Tere Liye meminta kami untuk menuliskan tentang "Mulut". Sederhana. 1 kata saja. Sebisa mungkin jangan berpikir biasa dan lalu menuliskan yang biasa juga semisal, "mulut adalah tempat kita memasukkan makanan saat sedang makan. Di dalamnya terdapat gigi-gigi yang tersusun bla..bla..bla..."
Tapi tuliskan sesuatu yang berbeda, yang tak terpikirkan oleh orang lain, out of the box. Contohnya? Cobalah pikirkan dan tuliskan sendiri, huehehee - Selalu punya amunisi
Amunisi? mau perang nih? Maksudnya amunisi buat nulis lah... biar kamu selalu tau mau nulis tentang apa yang bagaimana, mau nulis tentang siapa yang bagaimana, mau nulis apa sajaaa...
Ya aneh kan kalo kita mau nulis tentang Yuri Gagarin misalnya, tapi kita kenal dia aja nggak, tau kerjaan dia aja nggak...ya akhirnya ga nulis apa-apa deh.
Jadi ya perbanyak amunisi, banyak-banyakin bahan buat nulis, memperluas wawasan juga. Caranya: sering-sering baca buku, baca artikel, baca apapun, termasuk baca semua kejadian dan tanda-tanda di sekitar kita, termasuk sering-sering melakukan perjalanan dan berinteraksi dengan orang lain. - Mulai menulis itu mudah, gaya bahasa hanya masalah kebiasaan, menyelesaikannya lebih mudah lagi.
Pernah ga kamu makan masakan rendang emak kamu yang super enak trus penasaran kenapa rasanya ga sama dengan rendang yang kamu beli di warung padang deket kostan? Saya sering, trus sering pula maksa ibu saya ngasih tau apa bumbu rahasianya, tapi kata ibu saya ga ada, ya dimasak-masak aja itu daging sapi.
Gitu juga sih sama kalo nulis, gimana ya bang Tere Liye bisa bikin kalimat-kalimat ajaib yang bikin air mata berderai-derai? ya ditulis-tulis aja... gaya bahasa dan diksi bisa menyesuaikan kok. Hahaa... walopun saya sendiri juga sering nulis dan banyak yang ga selesai karena tiba-tiba kehabisan ide *keplak kepala sendiri* - Tidak ada tulisan yang baik ataupun jelek, yang ada hanya tulisan yang relevan atau tidak relevan.
Ternyata eh ternyata, novel Hafalan Shalat Delisa adalah novel yang belum selesai. Jadi, ketika bang Tere Liye menuliskannya sampai part Delisa menemukan kalung dan lalu terjatuh itu bang Tere juga males ngelanjutinnya, akhirnya naskah gantung itu dikirimin ke penerbit dan dibukukan lalu terjual ribuan copy. Nah, it means... suka-suka aja kalo nulis sesuatu. Hak nulis sepenuhnya ada di tangan si penulis itu sendiri, mau ditutup meski cuma satu paragraf, mau ditutup setelah setebal gabungan novel Harry Potter 1-7, sah-sah saja.
Tapi ini cuma berlaku untuk tulisan fiksi lho... tidak berlaku untuk skripsi. Kebayang ga, lagi sumpek di bab III, mentok ga ada ide lagi trus nekat nulis TAMAT... hahaaa...eh, maap mendadak curhat.
Oiya, masalah relevan-tidak relevan ini juga berlaku buat skripsi loh, kalo katanya Pak Anies Baswedan "skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai", nah.. kalo skripsi udah selesai cuma pas ujian kita dibantai habis-habisan, berarti dosen penguji itu yang ga relevan dengan skripsi kita, bukan skripsi kita yang ga baik, kan? hahaaa *dibacok dosen* - Latihan, latihan, latihan! Terakhir ya sering aja nulis buat ngelemasin tangan dan ngelancarin otak mikir, ngerangkai kata... sama kaya' MC yang asik dan ga garing karena sering bawain acara dan tinggi jam terbangnya, penulis yang semakin sering nulis juga bakalan bisa bikin tulisan yang ok kaya' bang Tere Liye kok, aamiin :)
Di akhir acara saya nitipin novel Bidadari-Bidadari Surga yang saya bawa kepada panitia untuk ditandatangani oleh bang Tere. sayang sih ga bisa minta langsung, tapi ga apalah... keempat novel bang Tere yang saya miliki sekarang sudah ditandatangani semua akhirnya
0 komentar:
Posting Komentar