Sabtu, 04 Januari 2014

Timeflies

2 comments
Tahun-tahun berlari menjauh dan aku kini berdiri di pintu 2014. Apa yang telah aku lewatkan? Terlebih apa yang telah aku pelajari?

Semua hal yang aku lewati belakangan ini berputar kembali di kepala, bagai potongan-potongan episode yang membentuk film panjang perjalanan hidup. Aku tersenyum dan merebahkan diri sejenak, refleksi diri mungkin akan bagus kedengarannya tanpa harus menoleh ke belakang. Timeflies.

Teringat kembali aku diantar ibu masuk TK. Semuanya biru, termasuk seragam sekolah.. namanya Angkasa. Dan bagaimana aku menangis saat pertama kali disuruh maju ke depan kelas untuk memperkenalkan diri.

Lalu bandelnya aku saat rok sekolahku merah, masih di Angkasa. Keluar masuk ruang guru bahkan kantor kepala sekolah. Siapa takut, anak guru pun aku tonjok.

Sekolah menengah, boleh jadi berubah 1800 karena aku merasa terintimidasi sejak masuk oleh gerombolan anak-anak dari SD swasta Katholik yang mendelik saat guru membacakan namaku sebagai peringkat pertama parallel placement test. Lalu aku bilang ke ibu, mungkin aku sudah salah memilih bersekolah di SMP favorit itu.

SMAku lebih berwarna lagi. Terasa sangat cepat.. entah mungkin ada yang memasang lorong waktu di gerbangnya, aku tak tau. Tapi hari-hari mempertahankan jilbab di depan dewan guru, merasakan didikan semi militer sebagai kompensasi sebulan ga sekolah karena dikarantina PASKIBRA, dan sekelas dijemur di halaman sekolah akan terus terkenang.

Timeflies sudah sejauh ini. Aku bersyukur sekali diberikan kesempatan untuk merasakannya.

Aku juga pernah kecewa. Bagaimana aplikasi studiku ke STSN (Sekolah Tinggi Sandi Negara) ditolak orangtua, dan program Psikologi yang menguap tanpa sempat aku tangkap. Bukannya aku tak bangga dengan almamaterku, bukan. Aku hanya merasa merasa bodoh sekali mempelajari hal-hal ini selama bertahun-tahun, namun aku tetap tak ahli.

Dari jalan sini, aku harus terus maju. Tak ada kesempatan untuk berbelok ataupun berbalik arah.

Waktu-waktu berlalu dan aku masih disini. Namun, bagaimana pun, aku bersyukur. Aku menemukan mereka. Aku menemukan kalian. Aku menemukanmu.



2 komentar:

  1. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu tanpa bisa menghasilkan sesuatu.
    Sesuatu yang mungkin bisa menjadi kebanggaan bagi orangtua, atau saudara, atau mungkin teman-teman disekitar kita.
    Memang naif bila tak mau melihat lagi masa lalu. Darinya kita bisa tumbuh, darinya kita dapat pengalaman, darinya kita punya modal.

    Ah! rasa-rasanya ingin sekali ku keluar dari zona nyaman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yes! zona nyaman ini udah terlalu nyaman sampai kadang saya juga ga ngerasa nyaman... tapi menyebalkan yah kalo tidak punya keberanian keluar dari sana.

      Hapus