Minggu, 06 Juni 2010

Ibu

Leave a Comment
catatan ini Q dapatkan dari saudara lelakiQ...dan Q pikir ini catatan yang sangat bagus karena itu Q masukkan ke blogQ biar temen-temen yang lain juga bisa baca...
Semoga bermanfaat.


Suatu hari seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada Ibunya, "Ibu, mengapa engkau menangis?"

"Karena aku seorang wanita ( woman )", kata sang Ibu kepadanya.

"Aku tidak mengerti", kata si anak itu.

Ibunya hanya memeluknya dan berkata, "Dan kau tak akan pernah mengerti"

Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada Ayahnya, "Mengapa Ibu suka menangis tanpa alasan?"
"Semua wanita memang sering menangis tanpa alasan", hanya itu yang dapat dikatakan oleh Ayahnya.

Anak laki-laki itu merasa tidak puas atas jawaban yang telah diberikan oleh Ayahnya, dan ia tetap ingin tahu alasan mengapa seorang wanita menangis.

Pada suatu hari ia bermimpi bertemu dengan Tuhan, dan ia bertanya, "Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?"

Tuhan berkata, "Ketika Aku menciptakan seorang wanita ( woman ),ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa."

"Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan."
"Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya."

"Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh."

"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya."

"Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya."

"Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu."

"Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk diteteskan. Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan kapan pun ia butuhkan."

"Anak-Ku, apa kau tahu ? Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, sosok yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya."

"Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya - tempat dimana cinta / love itu ada."

Anak laki-laki itu pun terbangun dari tidurnya dan segera pergi menemui Ibunya. Akhirnya ia menyadari bahwa selama ini karena cinta-lah ( love ) alasan seorang Ibu rela berkorban dan meneteskan air mata demi untuk anaknya yang tercinta.

Sahabat, ingatlah bahwa terkadang kita tidak menyadari ada cinta yang benar-benar tulus yang ada di sekitar kita, sampai suatu hari kita benar-benar telah kehilangannya. ( Frequently, we do not esteem the love which exists in surrounding us, until when we really loss it)


Dari Muhammad bin Sirin diriwayatkan bahwa ia berkata:

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, harga pokok kurma mencapai seribu dirham. Maka Usamah (beliau adalah Usamah bin Zaid bin Haritsah, orang kesayangan Nabi kita SAW dan juga anak dari orang kesayangan beliau. Ibu beliau adalah Ummu Aiman, orang yang merawat Rasulullah dimasa kecilnya)mengambil dan menebang sebatang pokok kurma dan mencabut umbutnya(yakni bagian di ujung pangkal kurma berwarna putih, berlemak berbentuk seperti punuk unta, biasa dimakan bersama madu) lalu diberikannya kepada ibunya untuk dimakan.
Orang-orang bertanya:”Apa yang menyebabkan engkau melakukan hal itu? padahal engkau tahu bahwa pokok kurma kini harganya mencapai seribu dirham?”
Beliau menjawab:”Ibuku menghendakinya. Setiap ibuku menginginkan sesuatu yang mampu kudapatkan, aku pasti memberikannya”.

Dari Abdullah bin Al-MUbarak diriwayatkan
bahwa ia berkata:”Muhammad bin Al-Munkadir pernah berkata:”Umar (yakni saudaranya) suatu malam melakukan shalat, sementara aku memijit-mijit kaki ibuku.Aku tidak ingin kalau malamku kugunakan seperti malamnya”

Dari Ibnu Aun diriwaytakan bahwa ia berkata:”Seorang lelaki datang menemui Muhammad bin Sirin dirumah ibunya. ia bertanya:”Bagaimana keadaan Muhammad dirumah ini? Apakah ia mengeluhkan sesuatu?”
Orang-orang disitu menjwab:”Tidak sama sekali! Demikianlah keadaannya bila berada dirumah ibunya”

Dari Hisyam bin Hissan, dari Hafsah binti Sirin diriwayatkan bahwa ia berkata:”Muhammad, apabila menemui ibunya, tidak pernah berbicara dengannya, dengan mengumbar omongan, demi menghormati ibunya tersebut”

Dari Ibnu Aun diriwayatkan bahwa ia berkata:”Suatu hari ibunya memanggil beliau, namun beliau menyambut panggilan itu dengan suara yang lebih keras dari suara ibunya. Maka beliau segera membebaskan dua orang budak”

Dari Hisyam bin Hasan diriwayatkan
bahwa ia berkata:”Hudzail bin Hafshah biasa mengumpulkan kayu bakar pada musim panas untuk dikuliti. Ia juga mengambil bambu dan membelahnya.
Hafshah (ibunya) berkata:”Aku tinggal mendapatkan enaknya saja. Dan bila datang musim dingin, dia membawakan tungku dan meletakkannya dibelakang punggungku, sementara aku sendiri berdiam di tempat shalatku. Kemudian dia duduk, membakar kayu bakar yang sudah dikupas kulitnya berikut bambu sehingga telah dibelah-belah untuk dijadikan bahan bakar sehingga asapnya tidak mengganggu, tetapi bisa menghangatkan tubuhku. Demikianlah waktu berlaku menurut kehendak Allah” Hafshah melanjutkan:”Sebenarnya ada yang bersedia mencukupi kebutuhannya, kalau dia mau.”Ia melanjutkan lagi:”Dan kadangkala aku ingin mendatanginya, lalu kukatakan kepada anakku itu:”Wahai anakku, kamu bisa pulang dulu kerumah istrimu” Setelah itu aku memberitahukan kepada anakku itu apa yang menjadi kebutuhannya, lalu aku membiarkannya”

Hafshah melanjutkan kisahnya:”Ketika anakku itu menjelang wafatnya, Allah memberikan kepadanya kesabaran yang begitu tinggi, hanya saja aku merasakan suatu ganjalan yang tidak bisa hilang” Ia melanjutkan:”Suatu malam aku membaca ayat dalam surat An-Nahl berikut: ”Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Apa yang dari sisimu akan lenyap, dan apa yang ada disisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (An-Nahl:95-96)

Aku terus mengulang-ulang ayat tersebut, hingga Allah menghilangkan kegundahan dalam hatiku”

Hisyam berkata:”Beliau memiliki unta bersusu banyak dan segar. Hafshah mengisahkan:”Dia pernah mengirimkan kepadaku susu perasan disuatu pagi. Aku berkata: Hai, anakku, kamu tentu tahu bahwa aku sedang tidak bisa meminumnya, aku sedang puasa”Dia menanggapi ucapanku: ”Wahai Ummu Hudzail, sesungguhnya susu yang paling bagus adalah yang sempat bermalam di tetek unta. Kalau engkau mau, silahkan beri orang yang kamu suka”

Dikutip dari:
Panduan Akhlak Salaf, hal:143-145, Abdul Aziz Nashir
Al-Jalil,At-Tibyan, Solo,September 2000. it. )

0 komentar:

Posting Komentar