Komunikasi mungkin adalah seni yang paling sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana menyampaikan dan menerima informasi melalui bahasa teks, isyarat, atau yang paling mudah: verbal. Maka dari itu tak lepas pula dari berbicara dan mendengar.
Makin kesini di dunia ini, orang-orang merasai dirinya kelewat tinggi, merasa setiap kata yang dikeluarkannya penting maksimal dan harus didengarkan. Semakin banyak berbicara dan semakin sedikit pula mendengarkan. Hal ini yang sering menimbulkan kesalahpahaman atau misunderstanding. Padahal dam Islam, agama yang rahmatan lil alamiin, pun sudah diatur bagaimana adab-adab berbicara dan mendengarkan saat berkomunikasi dengan orang lain.
(gambar dari sini)
Berikut adab berbicara:
Berbicaralah yang simple. Gausah sok-sokan pakai istilah-istilah keren dan intelektual kaya' yang di teve kemarin-kemarin kalo emang ga cocok dan lawan bicara ga paham. Inget ya, apa yang dibicarakan itu penting, tapi bagaimana kita menyampaikannya juga ga kalah penting.
Jangan mengulang-ulang kalimat, kecuali untuk benar-benar memberi penekanan makna dan pesan. Sebel kan ya kalo ada orang yang ngomongnya itu-itu aja. Ih, jangan sampai juga lah.. udah ngomong panjang lebar tapi ga kena-kena juga ujung pembicaraan itu apa. Makanya dalam hal ini kekayaan diksi dan keanekaragaman kata juga penting untuk dimiliki.
Sebaik-baiknya ucapan adalah yang singkat dan memberi arti, sedangkan seburuk-buruknya ucapan adalah yang panjang dan membosankan.
Apa yang diucapkan harus hasan, tidak boleh munkar. Cirinya gimana? Selalu membawa unsur kebaikan, meninggalkan pembicaraan yang tidak bermanfaat dan bukan hak kita semisal gosip atau ghibah, dan harus tetap menyebarkan salam.
sedangkan untuk adab mendengarkan yaitu:
Diam dan mendengarkan sehingga ucapan tak membaur dan bisa dipahami. Kalo sama-sama ngomong, siapa yang ndengerin kan?
Tidak memotong pembicaraan, apalagi hanya bermaksud untuk menguasai forum.
Menghadapkan wajah kepada pembicara. Kita tentunya senang apabila orang yang kita aja bicara dengan serius mendengarkan, tapi ada beberapa orang yang tidak bisa terlalu lama menatap wajah lawan bicara apalagi jika lawan jenis. Nah, tips untuk mengatasinya tanpa membuat lawan bicara merasa terabaikan adalah dengan menatapnya bukan di mata, tapi di dahi atau belakang kepalanya, ga perlu lama-lama, setelah itu alihkan pandangan, menunduk atau ke arah lain.
Tidak menunjukkan wajah lebih tau dari pembicara karena bisa lahir sifat sombong.
Yuk, perbaiki cara berbicara dan mendengarkan kita agar lebih santun, kan sudah ada tuntunannya dalam Islam. Islam itu dihidupi ya, bukan cuma ditunjukkan.
0 komentar:
Posting Komentar