Jumat, 05 April 2013

Kepada Anak-Anak

Leave a Comment

ini adalah tulisan mas Kurniawan Gunadi, yang saya ambil dari akun tumblr-nya (http://kurniawangunadi.tumblr.com/post/47146342113/tulisan-kepada-anak-anak). Saya rasa tulisan ini sangat reblog-able dan reshare-able, karena kita semua punya orang tua.
Selamat berkontemplasi! :)


Anak-anak seperti kita sering lupa, bahwa kitapun akan menjadi orang tua.

Pada sebuah upacara pemakaman orang tua seseorang teman, aku berpikir, berpikir, merenung. Hasilnya satu pemikiran seperti ini. Apalagi yang diharapkan oleh para orang tua ketika mati selain anak-anaknya.
Bahwa setiap harta tidak akan ada yang dibawanya mati, dibanggakan di alam kubur tentang banyaknya mobil mewah dan tempat tidurnya yang empuk. Atau tentang nominal tabungannya yang menyentuh angka 12 digit.
Ada satu hal yang tiba-tiba membuatku merasa bersalah ketika menyaksikan sebuah upacara pemakaman. Hal yang mungkin sadar atau tidak, kita mengabaikannya.

Adalah orang tua, orang yang berharap meninggalkan anak-anak yang baik, yang saleh ketika ia meninggal. Ada sebuah harapan-harapan yang kadang tidak ia ungkapkan namun bisa jadi membahagiakan disaat ia sebagai ruh menyaksikan kematiannya sendiri.

Anak-anaknya yang baik turut menshalati jenazahnya, syukur-syukur anak laki-lakinya mampu menjadi imam shalat jenazah. Sedih mungkin rasanya jika tahu anaknya bahkan tidak tahu bagaimana cara shalat jenazah, pilu mungkin rasanya jika anaknya justru meminta orang lain untuk menshalati jenazah orang tuanya. 

Anak-anaknya yang baik, yang turut memandikan jenazahnya. Siapalagi yang halal menyaksikan aurat orang tuanya jika bukan anaknya sendiri. Yang mengusap-usap jenazahnya dengan lembut. Sedih mungkin rasanya jika tahu, anaknya bahkan takut untuk memandikannya, tidak tahu cara memandikannya. Dan lagi-lagi, meminta orang lain yang memandikan orang tuanya.

Anak-anaknya yang berhati lurus, yang turut serta mengantarkan jenazah orang tuanya ke kubur, syukur-syukur anak laki-lakinya yang turut turun ke dalam liang untuk membopong dan menempatkan dengan hati-hati. Yang mengumandangkan asma Allah sebelum tanah menimbun. Sedih mungkn rasanya jika tahu, anaknya hanya menyaksikan dibalik kaca mata hitam dibawah payung yang membatasinya dengan terik matahari. Yang lebih memilih menyuruh orang lain dengan uangnya untuk mengurusi pemakaman orang tuanya.

Anak-anaknya yang baik, senantiasa merawat dan menziarahi kuburnya. Menjenguknya sesekali untuk membersihkan sendiri rerumputan yang mengganggu. Anak-anaknya yang memiliki pemahaman agama yang baik, yang senantiasa mengirimkan doanya. Sedih rasanya jika ditinggalkan, lagi-lagi menyuruh orang lain untuk merawat kuburan orang tuanya, datang sekali setahun sebelum hari raya.

Setiap orang tua, dan yang akan menjadi orang tua selalu mendamba anak-anak yang baik. Yang mengalirkan pahala ke dalam kuburnya yang sepi. Bukan anak-anak yang berbuat maksiat saban hari, yang mengirimkan dosa-dosa pula kepada orang tuanya.

Anak laki-lakinya menjadi orang yang lurus, suami yang bijaksana. Anak perempuannya yang pandai menjaga diri, yang menjadi istri dan ibu yang baik hatinya.
Adakah yang didamba oleh orang-orang yang telah mati, selain anak-anaknya yang baik. Dan kita sampai matipun, akan tetap menjadi seorang anak.

Bandung, 5 April 2013

0 komentar:

Posting Komentar