Rabu, 10 April 2013

Plan: Surabaya, Fact: Situbondo

Leave a Comment
Bismillahirrahmanirrahim...

Malang, 10 April 2013,

"Perjalanan adalah obat untuk hati yang patah. Temui wajah baru, kunjungi tempat baru, berbincang dengan banyak orang. Karena yang sebetulnya mendesak ia butuhkan adalah terbukanya wawasan baru. Bahwa dunianya tidak lagi sesempit yang telah ia anggap habis itu. Untuk rasa kecewa oleh sebab apapun, bergeraklah, beranjaklah, berperjalananlah. 
Hatimu akan mengikuti."
Berbagai sumber.


Beberapa hari yang lalu saya dan Firda merencanakan sebuah perjalanan tanpa tujuan, eh... dengan tujuan ke Surabaya sih sebenarnya.. tapi hanya tujuan kemana, bukan untuk apa. Karena sebenarnya saya cuma pengen ngerasain naik kereta api. hahaa... miris memang.

Minggu (7/04) setelah seharian kehujanan dari Festival Buku, ke rumah MR di Kendal Payak, trus mampir ke stasiun karena disuruh Firda beli tiket dulu, ternyata loketnya sudah tutup. bingung. nanya-nanya orang apa bisa beli di 'toko dimana saja' itu... trus ngelesin Zita yang esoknya UAS. Ternyata baru sampai di rumah Zita sudah ditelpon no tak dikenal, suara tak dikenal yang mengajak takziyah ke rumah Febrilia Ayu Rosalina di Stubondo. Kaget tak alang kepalang. Ada apa, saya bertanya. Adiknya meninggal. Akhirnya saya bilang ke Firda kalo belum dapat tiket dan diajak pergi takziyah ke Situbondo. Dia bilang tak apa, pergi saja. Bilang juga saya belum berjodoh dengan kereta api. Ah, dia orang baik memang...

Esok paginya (8/04) jam 5.00 am saya sudah ke belakang kampus, sudah ada mobil Suzuki Ertiga warna ungu dengan plat P 430 HQ menunggu. Ada mas Agung dan Farid, lalu datang Elok diantar Ibeng. Ketika mobil lengkap, isinya mas Agung, Farid, Elok, saya, Iba, Pipit, Habib, dan Nanang. Meluncur ke Situbondo lewat Pasuruan, Probolinggo (lewat jalan menuju gunung Argopuro, langsung greget pengen naik). 


                                                        lewat alun-alun Situbondo

                                                     perjalanan masih jauh, kawan...

Sekitar jam 10 kami sampai di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton, mampir sebentar ke masjidnya untuk shalat Dhuha dan istirahat. Lalu lanjut lagi, melewati Pantai Pasir Putih, tapi asli... ga ada pasirnya sama sekaliiiii.... dan airnya coklat bangeeeet...tapi di sisi yang lain ada pegunungan yang hijaaauuu banget karena baru ditumbuhi pepohonan. Subhanallah... keren!


                                                                       kompleks PLTU Paiton

Touch down Situbondo sekitar jam 11.20, mampir ke rumah mbah dan orangtua Farid, shalat Dhuhur dijamak Ashar lalu makan siang. Ke rumah Lina di daerah Asembagus, ternyata berbarengan dengan teman-teman kampus almh. Nani (adik Lina) dari Poltek Jember... 
Setelah itu kami mendengar langsung kejadiannya dari Lina (sebelumnya saya baca di http://surabaya.detik.com/read/2013/04/07/133808/2213528/475/tiga-motor-bertabrakan-1-tewas-5-luka). Subhanallah... Lina ini memang kuat sekali orangnya.  Justru dia yang menghibur kami saat kami semua mulai mbrebes dengar ceritanya. Betapa dekat maut itu dengan kita, lebih dekat dari urat di leher. Sekarang kita lagi tertawa-tawa, bisa jadi detik setelahnya sudah diajak malaikat Izroil. Sering-sering inget mati sebagai muhasabah, Nursih...

Saat makin malam, kami memutuskan untuk segera balik ke Malang karena ada yang harus kembali bekerja esoknya. Masalahnya, mas driver, si Farid mulai capek dan ngantuk karena harus driving continually dan ga ada yang menggantikan nyetir (keadaan ini yang bikin saya berniat belajar nyetir mobil). Ya udah sih... kami jadi sering mampir ke 'hotel merah putih' a.k.a SPBU buat tidur sebentar, eh agak lama sebenarnya.



Karena memang kesananya buat takziah, jadi ya ga jalan-jalan lagi kemana-mana... lain kali mungkin ya..
see you in other boulevards!
:)

0 komentar:

Posting Komentar