Jumat, 04 April 2014

Warisan: Nama Baik

Leave a Comment
Obrolan saya dan beberapa teman Jogja saya akhir pekan lalu ditambah renungan semalaman suntuk akhirnya berbuahkan tulisan ini. Waktu itu kami banyak berbicara tentang banyak hal, tapi satu hal, saya tertarik sekali dengan fokus kebanggaan salah seorang teman lama, anggap saja namanya W.

Kami berasal dari TK, SMP, dan SMA yang sama, sehingga hampir dipastikan saya cukup baik mengenalnya. Saya juga mengenal baik keluarganya. Yang paling mengejutkan saya setelah cukup lama tidak mengetahui kabarnya adalah keadaannya hari-hari ini. Akrab sekali sekali dengan hedon, begitu kesimpulan akhir saya. Memang, keadaan keluarganya cukup menjanjikan, sangat berkecukupan malah. Kali terakhir yang saya dengar, ayahnya sudah membelikan dia mobil keluaran terbaru untuk dipakai pulang-pergi kampus dan jalan-jalan. Bangga bukan main. Tentu tulisan ini tak akan pernah lahir jika segalanya wajar-wajar saja, tapi kebanggaannya membuat teman saya yang bercerita pun kesal saat mendengarnya. Apalagi saat oknum W sudah membicarakan hak warisnya yang berlimpah.

Bukan, saya bukan iri. Saya hanya tidak paham, bagaimana bisa seorang laki-laki, sehat dan normal, pada usianya yang menginjak 23 tahun berbangga dengan apa-apa pemberian orang tuanya. Pada umur sebanyak ini tentunya telah terbit kesadaran setidaknya untuk mencari pendapatan sendiri dan tidak lagi merepotkan orang tua, kalau lah bisa malah menyenangkan orang tua dengan hasil keringat kita sendiri. 
Pun, saya paham bahwa orangtua tidak ingin melihat anaknya menderita karena kekurangan uang, apalagi jika tinggal sendiri di tanah rantau. Tapi dengan memanjakannya? tentu saja tidak benar. 

Saya sendiri untuk kebutuhan sehari-hari memang masih disponsori oleh orangtua dan kakak saya, tapi saya bertekad tidak menggunakannya untuk bersenang-senang dan harus menghasilkan uang sendiri (karena mandiri secara ekonomi adalah salah satu muwashofats -10 ciri pribadi muslim-).

Keluarga saya memang tidak sekaya materi keluarga oknum W, tapi saya juga mempunyai kebanggaan tersendiri tentang apa nanti yang akan diwariskan oleh kedua orang tua saya, yaitu nama baik. Kehormatan semasa hidup tentang bagaimana orangtua saya dikenal oleh orang lain. Keduanya dikenal jujur dan gemar menolong orang lain, dan saya sungguh berharap sifat-sifat baik beliau menurun juga pada saya. Saya ingin sekali menjaga nama baik beliau sekarang dan nanti.

Anak adalah sebaik-baiknya aset orang tua dan saya ingin menjadi investasi yang sangat menguntungkan untuk kedua orang tua saya, baik di dunia maupun di akhirat.


0 komentar:

Posting Komentar