ini adalah murni curhatan. Abaikan saja.
Entah sudah beberapa puluh orang yang bertanya kenapa saya ga pulang, saya akan merayakan hari raya dimana, dan sejenisnya, disambung dengan memasang wajah iba saat saya menjawab. Saya tau beberapa bertanya karena peduli dan beberapa lainnya sekedar basa-basi. Tapi mulai hari ini, bisakah hentikan semua pertanyaan bernada prihatin itu?
Saya capek. You know, it's hard to make a deal about it. Siapa sih yang ga pengen merayakan hari kemenangan di rumah bersama keluarga? Siapa sih yang pengen menyepi pada hari itu? Insane. Ga ada. Begitu pula saya. Tapi pulang bukan perkara yang semudah naik bis 3-4 jam lalu sampai. Tidak semudah itu bagi saya. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, dan sampai saat ini keputusan yang terbaik adalah tidak dulu pulang. Saya kecewa, orangtua saya lebih kecewa, but, what can I do?
Yaudahlah, mungkin saya egois melarang-larang kalian bertanya-tanya seperti itu. Tapi please, anggaplah itu untuk sedikit saja menghargai keputusan yang sudah terambil ini. Setiap kali mendengar pertanyaan itu, saya harus siap kembali menggali jawaban yang sama, yang sudah saya kubur dalam-dalam karena tak mau sekalipun dia mengawang di pikiran. I tell you a big answer after all, kalo kalian masih bisa melihat saya berkeliaran di Malang nowdays, that's my declamation that I'm not going anywhere, I'll stay here. Saya sudah akan pulang dari jauh-jauh hari kemarin kalo memang saya berencana pulang.
Saya sudah terlampau sering mengafirmasi diri sendiri bahwa saya cukup kuat dan tangguh menghadapi Malang sendiri pada hari raya nanti. Tapi semakin banyak pertanyaan itu yang datang, semakin terkikis pula keyakinan saya. Dan puncaknya, saya sudah merasa teramat kesepian mulai hari ini.
Ga usah tanggungjawab, hentikan saja pasang wajah iba itu.
0 komentar:
Posting Komentar