Kamis, 28 November 2013

hayu ngaBandung deui (1)

Leave a Comment
masih sambungan sebelumnya: baca disini 

men, kakak saya mendadak muncul di Malang sehari sebelum ibu saya pulang. Usut punya usut ternyata dia hendak kursus dari kesatuannya di Cimahi. Okelah.. saya cariin dia tiket kereta yang sama dengan keberangkatan saya ke Bandung yang sudah saya pesan jauh-jauh hari, dengan syarat, dia ga boleh bilang ke ibu kalo saya mau main ke Bandung. Iya, ini pengalaman pertama saya pergi tanpa sepengetahuan dan ijin orangtua. Bandel, yes.. Tapi tenang saja kawan.. kelakuan saya sudah dicatat langit dan saya sudah menerima ganjarannya lunas tuntas. Plis, jangan tiru ini, selalu mintalah ijin orangtua kalo mau kemana-mana, apalagi kalo kalian belum ada yang punya #eh

Rabu sore ibu saya berangkat ke Bandara Juanda Surabaya dan Kamis paginya saya sudah nongkrong-nongkrong anggun di stasiun Malang Kota Baru bersama travelmate saya kali ini, Rani. Packingnya buru-buru pas malem sebelumnya. 

Kamis, 14 Nov 2013kereta Dhoho Penataran mengantarkan kami ke stasiun Kediri tepat jam 1 siang. Yup, tiket kami ke Bandung memang bukan dengan kereta langsung, tapi lanjutan. Karena perginya saya tanpa restu orangtua juga berarti tanpa sangu. Akhirnya dengan kemampuan ekonomi pas-pasan, saya bertekad mbolang dengan uang sendiri dan harus hemat serta cermat termasuk soal duit transport. Jadi rencananya kami naik:
- Dhoho Penataran | Malang 08.00 - Kediri 12.33 (Rp, 5.500)
- Kahuripan | Kediri 14.00 - Kiara Condong 04.33 (Rp, 50.000)
total: Rp, 55.500

Kereta selanjutnya jam 2. Kami makan siang, sholat, dan ngobrol di ruang tunggu. Beberapa menit menuju jam 2 kami sudah pasang telinga untuk mendengar pengumuman, tapi dasarnya aja yang ngomong itu berasa kumur-kumur.. beritanya jadi ga jelas kedengaran. Di luar ruang tunggu, di jalur 1 sebuah kereta bergerak, dan sekelebat saya melihat papan nama kereta "KA KAHURIPAN" di bodynya.
"Kak, itu keretanya kok tulisannya Kahuripan, udah jalan?" Saya bertanya ke kakak saya, masih ga ngeh. Sekian detik kemudian, "astaghfirullah, kak.. kita ketinggalan kereta! itu kereta kita!!"
Kita panik. Heboh. Diliatin orang-orang 1 stasiun.
Keretanya udah jauh dan kami ga mungkin ngejar-ngejar kaya' salah satu adegan di film 5cm, bawaan kakak saya cukup banyak, saya sendiri bawa backpack 60L yang lumayan beratnya. Ini nyata, bro!
Kau pikir ini balasannya karena saya pergi tanpa ijin ortu? Belum kawan, itu baru kebodohan pertama. Cerita masih panjang.

Saya berusaha mempersiapkan segalanya sesempurna dan seefisien mungkin, termasuk menyiapkan printscreen jadwal berhenti kereta di stasiun-stasiun berikutnya. Di jadwal itu, kereta berhenti di stasiun Kertosono jam 14.33, saat itu masih jam 14.05. Saya langsung ngambil inisiatif buat nanya sama cleaning service yang lagi nyapu deket kami waktu tempuh dari stasiun Kediri ke Kertosono, jawab si masnya dengan pede dan tanpa dosa, "kalo ngojek bisa 20 menit tuh, mbak.. "

Okesip. Kebodohan kedua.
Keluar stasiun dan langsung dikerubuti bapak-bapak becak yang kepo nanya-nanya kemana. Terus dipaksa naik becak buat dianterin ke pangkalan ojek. Pangkalan ojek yang dimaksud adalah warung makan, dan ojekersnya masih pada entah dimana... mereka cuma teriak-teriak aja nyari A, nyari motornya B, minjem helmnya C dan saya bengong karena waktu udah kebuang sia-sia 10 menit.

Akhirnya kami bertiga naik ojek (masing-masing tentunya) menuju Kertosono, yang tanpa saya ketahui ternyata udah beda kabupaten, Nganjuk. Nyaaaak... itu jauh banget dah! Dan sepanjang jalan yang ngebut ala Pedrosa itu saya cuma bisa nanya, "Pak, masih jauh ga ya?", sampai bapak ojeknya bosen dan ga jawab pertanyaan saya. Saya cuma bisa doa doang dalam hati, doa apapun saya baca, berharap keretanya mendadak macet di stasiun atau masinisnya kebelet ke kamar mandi, tapi udah kerasa kalo ga bakal dapat itu kereta sih, apalagi tukang ojeknya pake gatau jalan lagi -.-"

Jam 14.50 baru nyampe ke stasiun Kertosono, tentu saja kereta udah berangkat. Disitu beneran shock, berasa banget begonya.. tiket hangus, harus bayar ojek 210ribu untuk sia-sia (bahkan lebih mahal dari tiketnya), dan kudu beli tiket baru ke Kiara Condong.  Saya udah nangis menyesali kebodohan saya saat itu, tapi kemudian kakak saya menghibur dan menasehati: tenang, jangan panik, jangan suka terburu-buru, buru-buru satu salah satu sifatnya setan.. pikirkan dulu semua konsekuensinya.

Kebodohan ketiga.
Setelah istirahat dan diketawain sama petugas stasiun.. akhirnya kami memutuskan untuk balik lagi ke Kediri, karena kakak saya ga suka di Kertosono, sepi banget dan ga ada penginapan katanya. Jadilah saya memesan tiket balik ke Kediri dan si travelmate saya memesan tiket ke Kiara Condong untuk besok siang, tapi ternyata dia pesan dengan keberangkatan dari Kertosono, bukan Kediri, dan saya baru tau keesokan harinya.


Malam itu kami balik ke Kediri, dan nyari-nyari penginapan dekat stasiun. Berdasarkan hasil googlingan saya, ada 1 penginapan murah dekat stasiun, hotel R.I.S. astagaaa.. penginapannya serem, kucel, dan banyak premannya. Tapi karena sudah malam dan tidak ada lagi penginapan lain terdekat, akhirnya kami check in dan pesan 2 kamar, bersih diri, trus langsung tidur.


Jumat, 15 Nov 2013 - Bangun dan kelaperan... beruntung sepanjang jalan stasiun banyak warung. Kami sarapan makanan khas Kediri, pecel sambel tumpang. Kata kakak saya sebenarnya kalo malam itu enakan ke jalan Dhoho.. disitu banyak banget pilihan wisata kulinernya. Pas sarapan itu baru ketauan kalo tiket ke Kiara Condongnya dari Kertosono, berarti kami harus naik kereta ke Kertosono dulu :(
Menjelang siangnya saya langsung beli 3 tiket ke Kertosono, yang tersisa hanya jam 12.30 siang.
Jam 11 saya dan Rani sudah membereskan barang-barang dan bersiap check out. Ternyata kakak saya sudah berangkat ke masjid untuk shalat jumat. Kamarnya malah dikunci, jadi saya ga bisa masuk untuk membereskan barang-barangnya. Parahnya, saat saya bertanya sama ibu-ibu yang jualan makanan di sekitar stasiun, ternyata shalat jumat disitu selesainya sekitar jam 12.45an...

Jam 12.15 saya check out dari kamar sedangkan travelmate saya sudah berangkat duluan ke stasiun. Saya masih di depan masjid nungguin kakak saya. Jam 12.20, kalo saja ga inget bahwa mendengarkan sidang jumat adalah wajib mungkin saya udah nelpon kakak saya. Jam 12.33 kereta Dhoho Penataran sudah datang, akhirnya shalat jumat selesai, saya dan kakak saya langsung lari-lari balik ke penginapan buat beresin barang-barangnya dan check out. Kita lari-lari ke stasiun, untung petugas stasiunnya tau kami sudah ketinggalan kereta kemarin jadi kereta yang sekarang masih belum dibolehin jalan. Naik, duduk, selamat. Alhamdulillah..

Jam 14.30 kami berganti kereta Kahuripan di stasiun Kertosono. Nah, kalo di postingan sebelumnya saya tulis pengasong, pengamen, dan pengemis ga boleh naik kereta ekspres, ternyata ga berlaku untuk kelas ekonomi di wilayah Jawa Timur. Kereta dari Malang yang kami naiki kemarin pun memang banyak pengasong dkk. Disini ternyata masih legal bagi mereka mencari duit di atas kereta. Sorenya, begitu kami memasuki wilayah Jawa Tengah, kami makin sulit menemukan para pengasong dkk. Ternyata petugas-petugasnya (Polsuska) sangat ketat mengawasi. Bahkan saat saya dan kakak saya ngobrol di bangku lain (saat itu kereta masih belum banyak penumpang, sehingga banyak bangku yang masih kosong), tiba-tiba datang seorang ibu yang duduk di samping saya membawa termos dan puluhan kopi sachet yang dibungkus kresek berlapis. Merasa belum cukup aman, ibu itu juga ngambil topi kakak saya untuk menutup barang dagangannya tadi. Saya akhirnya nanya, "ada apa, bu?" "Aduh, maaf ya mas, mbak.. ini saya lagi sembunyi dari petugas. Ntar sampean bilang aja ini punya sampean, haduh.. takut aku, mbak.."

Tanpa diminta pun ibu itu langsung curhat pernah dipaksa ikut sidang supaya ga jualan lagi di area stasiun dan kereta, juga ngeluh soal kebijakan PTKAI yang dirasa merugikan rakyat kecil seperti mereka. Ga pake lama, ibu-ibu ini manggil temen-temen asongannya yang lain, jadilah tempat saya dan kakak dikerubuti ibu-ibu yang kemudian merencanakan bakal sembunyi di WC begitu ada petugas yang memeriksa.

Semakin ke barat, kereta semakin penuh..akhirnya saya dan kakak balik ke tempat kami. Sempit sih, bertiga.. daaaan.. kami masih harus duduk selama 15jam,  tapi saya nyaman2 aja.. kalo ngantuk nyander ke kanan ada Rani, ke kiri ada pundak kakak saya, hehee..


nyambung (lagi) dulu yak..


0 komentar:

Posting Komentar