Senin, 19 Januari 2015

Adab dan Ilmu

1 comment
Latar belakang tulisan ini adalah hari-hari ini suka nemuin ya, para pengguna social media yang kalo komen suka kasar-kasar, bahkan saat mengomentari hal-hal yang serius dan ditulis oleh orang-orang yang seharusnya sangat dihormati, ustadz atau dai misalnya.
Saat ustadz atau dai itu memberikan nasihat agama, selalu saja ada orang yang membantah, dan tidak cukup disitu, bahkan mengata-ngatai ustadz tersebut. Ga ngerti sopan santun apa gimana ya…
Apa karena lewat media social, tidak bertatap muka langsung, dan banyak yang mendukung sehingga merasa berani sekali? Bukankah itu semuanya adalah tindakan pengecut?
Makanya dari dulu saya percaya bahwa adab harus lebih tinggi daripada ilmu. Karena dengan adab itu kita bisa menggunakan ilmu dengan tidak menyakiti dan merugikan orang lain. Ilmu tanpa adab? Koruptor, misalnya. Mungkin juga kita banyak mengenal orang pintar dalam pendidikan tetapi tidak pintar dalam bersosialisasi dengan manusia disekitarnya.Atau orang super nyebelin dan ngejengkelin yang sering ngesombongin "kepintaran" yang dia "punya".

Padahal bukankah nasihat  yang berdasarkan agama pasti baik dan untuk kebaikan kita sendiri? Kalo kita emang ga mau denger atau nerima nasihat, pasti adaaaa aja cara buat kita nolak dan nyari-nyari alasan untuk pembenaran. Nah, kalo udah gini.. kudunya kita khawatir, jangan-jangan kita ga mau dengerin nasihat itu karena hati kita udah menjadi batu atau kita udah terbiasa hidup di lingkungan yang penuh maksiat atau bahkan menjadi pelaku maksiat itu sendiri sehingga hal-hal yang baik menjadi terlihat aneh dan menggelikan.
Kita tentu tidak ingin jika sudah tua dan memiliki anak nanti, saat kita memberikan nasihat-nasihat baik dan tulus kepada anak-anak kita, anak kita akan lebih galak membantahnya daripada bantahan-bantahan kita di kolom komen di social media.
Biasakan untuk mendengar dan memahami nasihat-nasihat baik yang ditujukan ke kita, siapapun yang memberikannya. Jangan pula buru-buru berburuk sangka pada si pemberi nasihat, apalagi jika benar-benar nasihat itu diberikan secara tulus dan disampaikan dengan cara yang baik.

1 komentar: