Minggu, 15 Juni 2014

kabar pagi ini

Leave a Comment
Ahad, 15 Juni 2014

Ahad pagi ini saya libur. Lepas dari ricuhnya dunia maya (masih) tentang capres, kalahnya Inggris tadi, dan gempita nya iklan sirup menyambut Ramadhan yang tinggal 2 pekan lagi, saya memilih untuk menyalakan Fikar si laptop dan mulai mendonlot Cosmos: a Spacetime Odyssey yang tayang tadi malam. Sambil menunggu donlotan, saya makan mi goreng. Ok ga penting, abaikan.
Sambil menunggu donlotan, saya menonton TVRI Nasional (hahaa banget...) yang saat itu sedang ngebahas betapa meleknya orang-orangnya Eropa sana tentang industri ramah lingkungan. Demen banget lah kalo bahasan kaya' gini, makin mupeng buat langsung merasakan tinggal di sana.

Nah, jadi Berlin, Jerman, orang-orang udah lebih milih buat pake carsharing kalo mau kemana-mana, jad lebih hemat dan juga ramah lingkungan. Sedangkan kalo buat mobil bisnis (mobil pengiriman paket) biasanya pake mobil elektrik atau hybrid yang udah ga ada gas buangnya. Keren banget lah. Selain itu di Jerman juga udah pada bikin baju daur ulang. Baju-baju lama yang ga kepake dikumpulin semua dan direcycle jadi baju yang baru lagi. Kata para pelaku bisnis ini, dengan cara recycle ini mereka bisa lebih ngehemat persediaan air, kapas, dan energi. Bayangin, setahunnya ada 10 ton baju yang bisa dibuat baju yang baru. Keren banget yah, beda banget sama mental pengusaha di Indonesia yang masih menomorsatukan untung, tapi ga peduli sama sekali dengan lingkungan.


Oiya, makin kesini makin candu sama hape  dan internet. Kerasa ga? 
Belakangan ini saya makin betah banget nongkrong di sela-sela tulisan kak Kuntawiaji yang lagi getol-getolnya nulis tentang segala hal tentang etika bersosial media. Kalo kak Kuntawiaji ini bikin buku yang ngebahas manusia-manusia post modern diliat dari segi keduniamayaan, (insha Allah) bersedialah saya beli bukunya serakus beli Taste Buds tempo hari. halo kak Kuuuun... kapan Hot Air Ballons nya terbiiiiiiit??? :P 

Saya merasa hubungan personal orang-orang masa kini sudah jauh bergeser setelah invasi besar-besaran dari produk messenger yang makin beragam. Ini semakin rumit, dan akan makin rumit jika kita terus menerus kehilangan kesadaran. Apalagi karena kita juga sudah mengkoneksikan perasaan kita ke dalam masalah sosial media dan interaksi di dalamnya.
Pernah ga dikatain, "kamu pake twitter kan? kok ga follow gue? jahat ah.. "
Padahal udah saling temenan di facebook, sering ngobrol di wasap, line, bbm, dan kakaotalk. Yah, ngerti sih temen.. tapi ga semua medsos juga harus terhubung kan. Apalagi ada banyak banyak tipikal orang yang sering ngeposting 1 hal yang sama di beberapa medsos yang dia punya. 1 hal dan bakal kita liat berulang-ulang di fesbuk, twitter, tumblr, line, bbm, wasap, kakaotalk, path, ect. bakal bosen tauk!
"Pesannya cuma di-read aja sama dia."
"Yah, gue dikacangin sama dia. Line gue ga dibales."
"Harusnya sih dia udah baca. Last login WhatsApp-nya jam 3, padahal gue kirim pesen ke dia jam 1."
Kita pasti familiar (atau pernah merasakan sendiri) situasi di atas. Dengan tersedianya messenger, kita seringkali secara tidak sadar menganggap lawan bicara adalah robot yang akan merespons secara otomatis, cepat, dan tepat setiap pesan yang kita berikan padanya. Kita lupa bahwa lawan bicara adalah manusia yang memiliki pertimbangan, emosi, dan berbagai kegiatan offline yang bisa jadilebih penting dari sekedar membalas pesan online.
Itu salah satu paragraf yang saya ambil dari tulisan kak Kuntawiaji. Iya banget kan? Kita sering nganggep lawan bicara kita kaya' Sim Simi, langsung ngebalas apapun pesan yang kita kirim kurang dari hitungan detik. Kita sering menganggap lawan bicara kita cuma sejauh jangkauan kita dengan handphone kita.

Ok, saya udah kebanyakan menghayal, mari tinggalkan sejenak Fikar dan melihat dunia offline dan langit biru di luar sana.
Cao!


Read More...

Senin, 09 Juni 2014

untitled

Leave a Comment
"Seorang yang berpendidikan harus sudah adil sejak dalam pemikiran." 
- Pramoedya Ananta Toer
(baca basmallah dulu)
Bismillahirrahmanirrahiiim... 

(baca istighfar dulu)
astaghfirullah hal adziim..

Aslinya agak serem mau nulis tema ini. Tapi gimana lagi, saya pikir emang harus buat reminder, minimal buat diri sendiri jikalau nanti, besok-besok saya mulai meracau kebanyakan bicara. 

Musim apa sekarang? 
Musim kemarau? Enggak.. di Malang malah mulai dingin banget dan masih sering hujan.
Musim hujan? Hujan Bulan Juni pak SDD iya, tapi anomali cuaca. ah, apalah ini.. bukan juga.
Yang bener, sekarang itu musim komentator politikus karbitan.

Liat deh, dimana-mana orang sibuk ngomongin politik, sibuk ngejudge calon pemimpin (sebenarnya saya ga ikhlas pakai istilah "pemimpin" ini) bilang yang ini yang oke, yang itu yang mumpuni, yang sana yang begini begini, yang sananya lagi yang begitu-begitu. Kecap emang nomor satu, semuanya dimanis-manisin. Ga masalah buat saya, sungguh. Tapi jujur, saya gerah sekali kalo ujungnya-ujungnya akhirnya berdebat antar pendukung, saling menjelek-jelekkan, menghina, bahkan menyebarkan aib. 
Kita ini siapa sih? Hakim? 

Saya (termasuk yang) percaya, Allah sudah menuliskan siapa presiden Indonesia yang terpilih tahun 2014 ini di lauhul mahfudz jauuuuuuuh sebelum hari ini. Kenapa? Karena saya percaya pemimpin itu Allah yang memilihkan. Tapi kita ga tau siapa yang dipilih Allah itu, makanya ada pilpres, makanya kita kampanye, makanya kita nyoblos 9 Juli nanti. Iya kan? 

Dari dulu saya ga suka kalo ada orang yang ngejelek-jelekin pemimpinnya. Setau saya, Allah itu akan memilihkan seorang pemimpin sesuai keadaan rakyat yang dipimpinnya. Gimana Allah akan memberikan kita pemimpin yang baik jika kita yang dipimpin masih kaya' gini? Jujur aja lah.. kapan terakhir kali saya dan anda mengirimkan doa buat para pemimpin disana agar mereka diberikan kekuatan, kebijaksanaan, dan kelapangan dalam menghadapi semua masalah umat? Kalo seinget saya sih pas upacara bendera di sekolah dulu.. setelah itu saya ga inget lagi. Yah, semoga aja anda termasuk orang-orang yang rajin mendoakan para pemimpin negeri ini.

Lagian ya, mengenai aib-aib yang gencar digunakan sebagai senjata, sudahkan kita cek and recheck? Misalkan ya, perihal kasus HAM'98 itu.. kita tau persis ga kejadiannya? Kita tau ga siapa aja tokoh yang berperan waktu itu? Waktu itu saya udah lahir sih, tapi saya ga tau dan saya terlalu malas mencari tau. Semoga anda termasuk pihak yang mengetahui secara detil kejadian itu.

Intinya adalah, suka atau ga suka, terima atau ga terima, salah dua dari empat orang itu akan menjadi pemimpin negeri ini. Berhentilah menjelek-jelekkan calon pemimpin anda, karena mau tidak mau anda akan masuk menjadi golongannya.

Inget lho, 5 taun lagi mungkin kita bakal lupa kalo hari-hari ini kita pernah debat soal pilihan capres yang berbeda. 10 tahun lagi mungkin kita bakal lupa siapa dukung siapa. Tapi, malaikat Atid ga pernah lupa dengan catatannya bahwa kita sudah pernah debat kusir, gontok-gontokan, ghibah, dan fitnah, yang ini dosanya abadi lho...
Hayo bersihin hati.. udah mau piala dunia Ramadhan lhoo.. jangan sampai memasuki bulan suci dengan hati yang kotor yaaa. 

n.b.:
ini adalah tulisan yang tergesa-tesa. cmiiw



Read More...

Kamis, 05 Juni 2014

ini hanya fiksi (15)

Leave a Comment
Move On


Elin mendadak meremas tanganku di atas meja dengan mata melotot, "Tono nembak lu? Kemarin? Lewat telpon?"

"Ya ga nembak juga kali, Lin.. 4 hari yang lalu. Doi cuma ngungkapin perasaannya pas dulu doang kok." Aku berkilah. "Awalnya sebenarnya doi nelpon buat nanya alamat gue, katanya mau ngebalikin barang gue yang doi ambil diem-diem pas sekolah dulu. Tapi gue ga merasa ada barang gue yang ilang, makanya gue ragu.. kan ga lucu kalo di suatu pagi tiba-tiba doi muncul di depan kostan gue. Nah, gue kasih aja alamatnya teh Inna, gue bilang kirimin aja ke alamat itu. Dan huwalaaa.. ini yang gue dapet dari teh Inna kemarin." Aku mengeluarkan sebuah kotak sepatu yang dibungkus kertas kado hijau daun. 

Elin dengan rakus membuka kotak itu. Matanya makin melotot mendapati isi kotak sepatu. "Gilaaaaaa...." komentarnya.

Ekspresi ku malah lebih kacau lagi saat membuka kotak ini kemarin. Bagaimana tidak, isinya adalah puluhan fotoku saat sekolah dulu, dalam berbagai pose, yang diambil diam-diam. Ada yang lagi minum saat masih pakai seragam drum band SMP (masih pakai kamera pocket fuji yang ada tanggalnya), ada yang saat aku kepedasan makan bakso di kantin SMA, ada juga saat istirahat latihan paskibra kelas X. Tidak hanya itu, aku menjumpai foto-fotoku semakin banyak saat aku memutuskan berhijrah dengan berkerudung di kelas XI. Foto saat rapat OSIS, rapat pengurus mushalla, foto ngobrol di kelas, foto ngehukum junior, dan masih banyak lagi. Dan semuanya diambil tanpa sekali pun aku sadari. Di dasar kotak sepatu itu ada tempat pensilku yang seingatku hilang saat ketinggalan di laboratorium bahasa. Ada sepotong kertas yang menempel pada tutupnya, "Ini milikmu semuanya, saya kembalikan. Maaf mengambilnya diam-diam. Tapi saya rasa kita sekarang impas, karena waktu itu kamu juga sudah mengambil hati saya diam-diam. Tono."

"Trus, lu udah confirm ke doi abis nerima ini?" cecar Elin.

"Enggak.. apa yang harus dikonfirmasi?" aku balik bertanya.

"Ya perasaan doi ke elu sekarang lah. Gila men.. ada cowok mendam perasaan suka sama elu selama 9 tahun dan ga ada yang tau. Lu ga penasaran sekarang doi masih suka apa enggak sama elu?"

"Gue rasa ga perlu, Lin.. Terus terang gue penasaran dia masih ada rasa atau enggak sama gue. Tapi ya ga mungkin lah gue mengkonfirmasi sesuatu yang sampai merendahkan martabat gue sebagai perempuan. Itu urusan doi. Gue cukup bersyukur aja doi begitu rapih menata semua perasaannya buat gue selama 9 tahun ini. Sampai gue ga tau dan ga kerasa terganggu. Dan gue apresiasi rapi banget hatinya dia itu."

"Maksud lu gimana, Ran? Gue ga ngerti... jelasinnya pake bahasa rakyat jelata dong." Elin merengut sebal.

"Hahaa Eliiin... maksud gue, sekarang ya lu liat aja deh.. banyak banget cowok yang begitu gampangnya ngegombalin setiap perempuan yang baru mereka temui. Dikit dikit bilang sayang lah, bilang 'I love You' lah. Lah, belum lagi ada yang ngaku-ngakunya ikhwan, ngaku-ngakunya shalih, tapi kerjaannya ngegodain perempuan mulu. Mirip sama abang-abang di pinggir jalan aja. Lu inget kan beberapa bulan lalu yang gue curhat gue lagi ketakutan gara-gara merasa insecure dimata-matain gitu?
Dikejar-kejar itu capek, ganggu banget. Perasaan "sayang" apa coba yang bikin sampai seorang perempuan merasa unsafe dan insecure gitu? Omong kosong lah kalo kata gue mah.. 
Nah, kalo kasus kaya' Tono ini, maksud gue.. selama doi ga ganggu gue, selama perasaan dia ga bikin gue merasa ga aman, gue fine-fine aja. Urusan perasaan dia ke gue ya urusan dia, hak dia, selama dia ga ganggu gue. Masalah kita berjodoh apa enggak mah udah diatur di Lauhul Mahfudz. Gituuu maksud gueee."

"Trus kalo besok-besok doi beneran datang ke sini, gimana Ran?"

"Siapa? Tono? Ya dateng aja lagi.. paling juga dateng-dateng mau nganterin undangan buat kita."

"Hah? Undangan apaan?"

"Jadi yaa.. dia ngebalikin semua foto-foto dan barang-barang ini karena dia udah muvon, dia mau nikah bulan depan, sama si Mira anak IPS2, inget ga lu?

Gantian Elin yang shock sekarang.


Read More...