Selasa, 28 Januari 2014

how to make your own passport

Leave a Comment
Kali ini saya mau bagi-bagi pengalaman setelah mengurus sendiri pembuatan paspor saya pekan lalu. Iya, saya udah punya paspor!!! hehehee... belum tau akan pergi kapan dalam waktu dekat ini.. tapi bagi saya, paspor yang sudah jadi ini adalah salah satu pintu yang terbuka untuk pergi keluar sana. One step closer to go abroad :)

Nah, kalo kalian juga berencana untuk ngurus sendiri paspor, ga usah resah dan gelisah khawatir, bikinnya ga repot-repot banget kok, asal semua dokumen yang diperlukan sudah lengkap dan kalian punya waktu buat nongkrong-nongkrong cantik di kantor imigrasi. Ga perlu lah pake calo-calo gitu..
Yang pasti bakal dibutuhin buat bikin paspor itu cuma 4:
- KTP yang masih berlaku,
- Kartu Keluarga,
- Akta Lahir/Ijazah pendidikan terakhir/Surat Nikah,
- sama duit 260rebu rupiah.

Mungkin kamu bisa ngintip dulu prosedurnya di sini.
Sebelumnya sih saya juga udah nyoba buat daftar online dan mengupload semua copy dokumen ke website imigrasi itu.. tapi ga tau yah... emang webnya udah ga pernah di maintenance atau kantor imigrasi yang udah naik kelas (Kanim di Malang yang terdaftar di webnya itu klas II, sedang Kanim aslinya itu ternyata klas I), jadi ya ujung-ujungnya saya tetep harus datang ngumpulin berkas di kanim langsung.

Pertama, datang ke kanim di daerah kalian dengan membawa KTP, KK, dan akte lahir/ijazah/surat nikah dan fotocopyan nya, materai 6000 dan pulpen hitam. Semua copyan dalam ukuran A4, termasuk KTP. FYI aja ya.. kanim itu selalu rame banget. Tiap hari itu adaaaa aja ratusan orang yang ngurus paspor baru ataupun memperbaharui, entah itu mahasiswa exchange, TKI, calon jamaah haji pas musim, atau rombongan umroh, jadi lebih baik datang pagi-pagi bener kalo ga mau ngantri terlalu lama. Oiya, pastikan semua data termasuk nama kalian yang tertera di KTP, KK dan akte itu semua sama yah.. kalo beda spasi pun ga bisa soalnya.

Nah, begitu sampai di kanim bagian pembuatan paspor, kalian akan mendapat map hijau yang berisi formulir yang harus diisi. Setelah mengisi semua formulir dan menempelkan materai, selipkan copyan dokumen ke map itu dan kembalikan kepada petugas. Nanti akan diberi nomor antrian pemeriksaan dokumen dengan kode "P".

lalu, menunggulaaaah~~

Begitu dipanggil nomor antrian di loket, ada petugas yang akan memeriksa dokumen-dokumen copy dan asli sambil agak-agak kepo nanya-nanya kalian mau ngapain ke luar negeri. Kalo udah, kalian akan diberi kertas untuk pembayaran ke Bank BNI dan diminta kembali ke kanim lusanya untuk foto, cap sidik jari dan wawancara.

Setelah bayar biaya pembuatan paspor, datang lagi ke kanim pada hari yang ditentukan. Ambil nomor antrian dengan kode "K" untuk proses acc pembayaran. Setelah bukti pembayaran kita di acc, kita ngantri lagi buat foto, cap sidik jari dan wawancara. Kode antriannya "F".
Sabar yah.. emang di kanim itu nguji banget kesabaran kita buat ngantri. Kreatip-kreatip kita aja biar nunggu lama ga bikin bosen. Bisa sambil baca buku/tilawah, nulis, dengerin lagu, sarapan kalo belum sempat sarapan paginya, atau ngobrol sama orang yang ngantri juga disebelah.
Boleh nih sambil ngantri sambil benerin penampilan kalian. Males banget kan ya kalo ada foto yang ga kalian banget nempel di paspor selama 5 tahun?

Selanjutnya masuk ke bagian foto, nah.. disini ga begitu lama. Soalnya satu bagian ini udah sekalian foto, cap 10 sidik jari, sama wawancara dan pemeriksaan dokumen akhir.

Kalo lulus semua, paspor yang udah jadi bisa kita jemput 3 hari kemudian.

Ok, semoga tulisan ini manfaat walau dikitlah ya buat kalian yang pengen ngurus paspor sendiri. Selamat menunggu.. dan selamat mengitari bumi :)



Read More...

Sabtu, 25 Januari 2014

(katanya) ngansos

Leave a Comment
ngansos (padahal tetap ketemu orang-orang dan bersosialisasi)
ga usah buka fb, apalagi twitter dulu...
ntar malah runyam gara-gara transfer energi jelek.

men, plis.. sebenarnya ucapan "syukran/makasih ya udah dikerjakan sebaik-baiknya.." ditutup dengan senyum lebar 5cm yang ditahan selama 7 detik itu lebih priceless dari pada setelah nyampein laporan ga bilang apa-apa cuma disuruh ngambil duit bensin sama duit capek. se-pesuruh-kah itu kami di mata anda?

hidup kami juga bukan cuma guling-guling leyah-leyeh di kasur tiap hari ya.. banyak yang jadi prioritas.

Dan sekarang ngomongin profesionalitas. yaudah sih.. males nanggepinnya.


Serius nih, saya lagi ngansos. ga usah sms, wasap, ngemention kalo ga penting.
Tenang aja.. amanah tetap saya jalankan kok. Gausah dikejar-kejar juga, saya bukan buronan.



Read More...

Jumat, 24 Januari 2014

Rumah

Leave a Comment
*Mungkin ini yang namanya galau..
Ternyata seperti ini. Ga enak.. heran kenapa orang-orang begitu semangat menyebutnya.
SARIPUDIN = SAking RIndu, PUkul DINding :(
abaikan*
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk kesekian kalinya, aku merasa ingin pulang.
Sepi sekali rasanya...
Rumah, yang hangat dan nyaman.
Aku ingin punya rumah... tempat berpulang di kala lelah.

Tidak ada orang yang mampu hidup sendiri, setidaknya pasti ada seseorang yang dia simpan di hatinya.
Ada seseorang yang ia tunggu senyumnya.
Seperti itulah rasanya pulang.
Hangat dan menyenangkan.

Aku ingin menjadi rumahmu... yang selalu menjadi tujuanmu.
Rumah yang akan tetap kau datangi walau jaraknya separuh putaran bumi.
Rumah yang kau merasa tenang dan aman di dalamnya.
Bukan rumah yang gelap dan tak terurus.

Pun, bagiku.. kau adalah rumah.
Dimana pun asal bersamamu, aku di rumah.


Read More...

sepi

Leave a Comment
Pernah kau merasa terjebak hati yang lelah dalam tubuh yang bugar?
Mungkin itu, untuk saat ini.
Tanpa persiapan, kau kejatuhan amanah yang tidak bisa kau tolak.. lalu saat kau merasa, 'Tuhan, ini besar sekali...' semua sudah terlambat.
Lalu kau merasa lelah.
Kau lari kesana dan kemari, tak ada bantuan.

Hujan deras di luar jendela, tapi di dalam sudah banjir.
Kau sepi, sendiri.

Read More...

Jumat, 17 Januari 2014

ini tentang apa?

Leave a Comment
Adalah dia, yang selalu dibenci dan ditakuti oleh teman-teman di rumah tinggal saya. Setiap dia datang.. teman-teman saya yang menonton di ruang tengah langsung ngomel-ngomel, sebagian malah langsung melenggang cepat-cepat pergi masuk kamar dan membanting pintu. Tak ada yang suka padanya, kecuali aku. Entahlah, bukannya aku menyukainya, aku hanya tidak tau apa yang harus dibenci darinya. Hingga suatu hari, kami semua menyadari bahwa dia tengah mengandung, tanpa kami ketahui siapa bapak dari calon anaknya. Bertambah-tambahlah kebencian teman-teman yang lain.

Beberapa saat berlalu, dia melahirkan. Sendiri. Aku sedang tak berada di rumah tinggal saat itu. Tapi kata teman-temanku.. dia memekik keras sekali, seisi rumah mendengarnya. Dan dari hasil persalinan itu lahirlah 4 anak. Lucu sekali.. tapi, tak mengubah perasaan teman-temanku yang terlanjur membencinya.

Well, kita tinggalkan dulu kisah bunda kucing dan keempat anaknya ini.

Kali ini saya ingin diskusi tentang rasa takut. Salah satunya takut kucing itu tadi. Rasa takut yang irasional menurutku. Kenapa orang bisa takut kucing? Men, ditimbang-timbang deh.. kucing itu ga makan orang, ga berbisa, ga nggigit, ga bikin orang mati karena liat matanya *yakali Basilisk*
trus kenapa ini cewek-cewek pada takut?
Dari survey abal-abaltapiserius yang telah saya lakukan sejak tahun 2012, beberapa orang mengaku tidak mempunyai alasan saat takut. Ya takut aja sama kucing. Kemudian saya tarik kesimpulan yakin haqqul yakin kalo penyakit takut kucing ini emang sengaja ditumbuhkan atau diwariskan semenjak kecil. Oleh siapa? Biasanya sih oleh ibu-ibu yang kelewat protektif sama anaknya. Kebiasaan deh, coba liat.. pasti di belahan bumi bagian Jawa atau manapun, selalu ada ibu-ibu yang mulai teriak histeris saat ngeliat anaknya ngedeketin kucing.

Dan, sebagai calon emak-emak juga (wuahahaha..) saya merasa kalo ini ga bener. Mending lah.. kalo ditanamkan takutnya sama kucing, nah, temen saya (cowok) ada yang sejak kecil ditakut-takuti sama polisi. "Awas lho, kalo ga makan ntar ditangkep pak polisi" "Kalo bandel, nanti pak polisinya dateng nangkep kamu". Dalam 1 konteks kalimat 'ancaman' aja itu udah ada 2 hal yang menurut saya ga bener. Pertama, bohong. Kedua, oknum yang dijadikan tersangka atau tokoh jahat. Hasilnya? Bisa ditebak sampe sekarang dia takut asli sama polisi berseragam lengkap. Kasian kan kalo udah bawa-bawa oknum gitu. 

Ketakutan irasional itu menurut saya mengganggu banget lah. Ya ga irasional. 
Makanya men, kalo ntar punya anak.. jangan dibiasain diancam-ancam bohongan gitu deh.. udah bukan jamannya keles. Jangan heran ntar kalo anaknya jago ngibul, lah wong orangtuanya yang ngajarin langsung kok.

Ok, kita lanjutin roman bunda kucing tadi.

Pada suatu hari Ahad yang cerah ceria, beberapa teman berkomplot untuk mengusir induk beranak itu. Tapi sayangnya, saat itu sang induk tengah keluar mencari nafkah untuk anak-anaknya. Jadilah kedua teman saya hanya berhasil menangkap ketiga bayi tanpa dosa itu, seekor lagi lari menyelamatkan diri ke tempat sepatu di garasi. Dibuang anak-anak itu di suatu tempat yang jauh sekali dari rumah kami, tanpa induk. 

Aku sendiri yang kemudian tau peristiwa itu belakangan marah sekali kepada mereka yang tega memisahkan induk beranak itu. Bukannya anak-anak itu masih terlalu kecil? Mereka bahkan hanya masih minum ASI. Bagaimana kalau mereka kelaparan? Bagaimana kalau mereka sampai di jalan raya? Bagaimana kalau mereka bertemu anjing yang jahat? Ah, tak sanggup aku bayangkan. Kejam sekali.


Read More...

Selasa, 14 Januari 2014

tontonan dan tuntunan

Leave a Comment
Beberapa bulan terakhir ini saya cukup resah dengan segala tayangan di media teve yang kian hari kian bikin bergidik. Acara joget-joget ekstrem, komedi slapstick, dan sinetron-sinetron pathetic yang saban hari diputar. Dan semakin parahnya, hampir semua stasiun teve swasta serentak memutarkannya pada jam tayang nonton teve. Pembelajaran apa yang diharapkan dari semua tontonan itu? 

Saya dulu banget pernah sekali dua kali ikut menonton, dan secara spontan langsung berasa efeknya pada kemerosotan mental. Dijejali lelucon-lelucon garing, sapaan-sapaan kasar yang membully fisik, dan adegan-adegan yang ga pantas untuk ditampilkan sebenarnya. Pada puncaknya, saya baca seorang anak sekolah dasar di daerah menirukan salah satu goyangan yang menjadi fenomenal itu sambil membuka resleting celana di depan teman-teman perempuannya.

Jika boleh, saya ingin memukuli dinding sambil menangis dan melempar alas kaki pada orang-orang pertelevisian yang mendewakan rating hingga menjual harga diri.

Saya sendiri, tumbuh dan besar di salah satu pelosok timur Indonesia. Ada akses, tapi terbatas. Dan saya tidak merasa ada yang salah dengan itu. Justru sekarang saya merasa bersyukur dan bahagia luar biasa mengingat masa kecil saya yang lurus dan sederhana. Mengejar layangan, berenang di laut, nangkap belalang, dan membaca majalah Bobo yang telat datang. Tidak ada mall, tidak ada geng motor. Lalu, juga tidak pernah terpikir akan melanjutkan studi dan hidup sebagai penduduk tambahan di Malang, kota (yang cukup) besar dan menjadi hulu puluhan ribu mahasiswa dengan gaya hidup yang beragam dan kadang pula menjerumuskan.

Ini tahun 2014, dimana banyak sekali orang-orang yang shalatnya terakhir entah kapan dan dengan tanpa malu maksiat di depan khalayak. I can't imagine how about 10 or 15 years coming..
Lalu saya berfikir, relakah saya jika nanti anak saya ditumbuhkembangkan dengan semua itu? Sekuat-kuatnya orangtua memenjarakan anak-anaknya dari pengaruh buruk environment, pasti ada celah dan membuat si anak melongok dan menyadari dunia seperti apa yang ditinggalinya.

Pada titik ekstrem (dan oh, saya berdoa semoga saya tidak benar-benar harus melakukannya), saya bilang pada seorang teman, mungkin saya akan memilih mengungsi di sebuah dusun tepi hutan terpencil sejak hamil dan membesarkan anak saya.

"zaman sekarang banyak tontonan jadi tuntunan, tapi banyak tuntunan malah hanya jadi tontonan." - K. H. Anwar Zahid



Read More...

Selasa, 07 Januari 2014

ChoDate dan Jelly Mata Sapi

Leave a Comment
"kamu keren banget, Nursih.. keren banget! Ibumu pasti bangga punya anak kaya' kamu..." kata saya berbinar-binar sambil menatap ke arah 'karya' yang saya buat.

Ok, ga usah muntah dulu.. cerita masih panjang.
Nah, jadi ceritanya.. beberapa hari yang lalu saat tangan saya gatel untuk maen dan ngeberantakin dapur, lahirlah 2 anak (baca: menu) saya yang baru. Masih tahap tester sih.. tapi udah layak makan kok.. sudah diteliti di ITB dan IPB halah, korban iklan.

Karena saya baik dan hati dan tidak sombong, saya bagiin resepnya yah..

=======================================================================

ChoDate (bacanya emang 'codet', biarin kampungan)
bocoran yah, ini emang tentang coklat dan kurma, bahannya juga gampil banget ditemuin di toko bahan kue:
- chocolate dark secukupnya
- kurma, belah dan buang bijinya
- kacang mede, oven atau sangrai sampai matang
- cream kacang atau selai buah
- permen gula atau meses warna-warni untuk topping

bikinnya gini nih:
1. Kurma yang udah ga ada bijinya tadi diisi sama kacang mede, kalo pake kurma yang bijinya kecil, bisa diganti dengan isian selai atau cream kacang.
2. Tim chocolate dark (inget ya.. airnya cukup panas aja, ga udah sampai mendidih, karena titik leleh coklat itu 40o C. Airnya juga jangan sampai kena coklatnya).
3. Lumuri kurma dengan coklat leleh hingga kurma tertrutup sempurna.
4. Taburi topping suka-suka
5. Biarkan coklat dingin dan mengeras
6. Makan.

makan aku, maka akuuu..
_______________________________________________________________________________________

Jelly Mata Sapi

Iyah.. ini emang terinspirasi dari telor mata sapi. Tapi ga ada hubungannya sama telor ayam yah..

Bahan putih:
- nutrijell plain 15gr
- 2 sendok makan susu Dancow putih bubuk, larutkan dengan sedikit air matang
- 6 sendok makan gula pasir
- 3½ gelas air

Bahan kuning:
- nutrijell jeruk/mangga 7gr
- 3 sendok gula pasir
- 2 gelas air
- udah itu aja

let gooooooo!!
1. campur nutrijell plain, gula pasir dan air... masak sampai mendidih
2. setelah mendidih, angkat dan masukkan susu putih, aduk rata.
3. cetak dalam cetakan/cup, tapi ga usah sampai penuh, cukup isi ½ cupnya saja. Biarkan mengeras
4. jika ada sisa, biarkan.
5. di wadah berbeda, masak nutrijell jeruk, gula dan air sampai mendidih
6. setelah mendidih, angkat dan masukkan fruity acid, yang ada bersama bungkus nutrijell, aduk rata.
7. cetak dalam wadah yang lebih kecil (saya pakai tempat okky jelly). Diamkan sampai mengeras, lalu keluarkan dari cetakan.
8. kalo sisa jelly putih tadi sudah mengeras, bisa dipanaskan lagi di atas kompor sampai meleleh.
9. tuang jelly putih cair ke jelly putih yang sudah mengeras dalam cup tadi, trus langsung cemplungin jelly kuningnya. Atur letaknya agar yang cembung di bagian atas, kaya' telor mata sapi beneran.
10. biarkan semuanya mengeras. kalo bikinnya bener, hasilnya bisa kaya' gini
 
                                                                                      cakep kan?

Gimana.. udah keren kan saya?
Dicoba beneran ya.. jangan dibaca doang. Sampai jumpa di experiment selanjutnyaaa :)


Read More...

Senin, 06 Januari 2014

dimanaku dimana?

Leave a Comment
Ini adalah catatan yang saya buat sambil berlari. Ini adalah tulisan yang tergesa-gesa. Saya cuma mau menuliskan, bahwa diri saya -yang kata orang selalu kelihatan bahagia tanpa ada masalah- ini juga pernah kecewa dan sedih. Dan bahkan, rasa kecewa itu sepertinya tak sengaja terawat dan terjaga sampai bertahun-tahun.
Dan tadi malam, saat saya sudah mematikan lampu dan bersiap tidur, saya baru kepikiran lagi... teringat beberapa hal yang belum atau tidak bisa saya capai. Mungkin saya kurang berdoa meminta, kurang berusaha, kurang pandai bernegosiasi, dan mungkin juga belum pantas.

Saya ingin masuk STSN, saya menjadi bagian dari aktivis Salman ITB (entah itu di Karisma, Korsa, atau Aksara), saya ingin menjadi keluarga kunang-kunang FIM, saya ingin menjadi seorang Pengajar Muda, saya ingin jadi anak Ngeteng Mania, saya ingin ini, ingin itu banyak sekaliiii... #nyanyiDoraemon

tapi yasudahlah.. bukan rezeki saya disitu, mungkin. toh, masih banyak ladang amal yang lain #ngeles

tapi saya ga mau terus-terusan mengeluh seakan ga ada lagi hal baik yang saya terima. 
Saya bersyukur sekali bisa masuk Tim SPJ batch 2, punya departemen sendiri di MY LiFE, bisa masuk grup ODOJ, dan lainnya...

alhamdulillaaaaaaah :')

Yes, bismillah.. dimanapun saya berada, semoga niatnya hanya karena Allah dan saya bisa selalu bermanfaat buat orang lain.



Read More...

Sabtu, 04 Januari 2014

Timeflies

2 comments
Tahun-tahun berlari menjauh dan aku kini berdiri di pintu 2014. Apa yang telah aku lewatkan? Terlebih apa yang telah aku pelajari?

Semua hal yang aku lewati belakangan ini berputar kembali di kepala, bagai potongan-potongan episode yang membentuk film panjang perjalanan hidup. Aku tersenyum dan merebahkan diri sejenak, refleksi diri mungkin akan bagus kedengarannya tanpa harus menoleh ke belakang. Timeflies.

Teringat kembali aku diantar ibu masuk TK. Semuanya biru, termasuk seragam sekolah.. namanya Angkasa. Dan bagaimana aku menangis saat pertama kali disuruh maju ke depan kelas untuk memperkenalkan diri.

Lalu bandelnya aku saat rok sekolahku merah, masih di Angkasa. Keluar masuk ruang guru bahkan kantor kepala sekolah. Siapa takut, anak guru pun aku tonjok.

Sekolah menengah, boleh jadi berubah 1800 karena aku merasa terintimidasi sejak masuk oleh gerombolan anak-anak dari SD swasta Katholik yang mendelik saat guru membacakan namaku sebagai peringkat pertama parallel placement test. Lalu aku bilang ke ibu, mungkin aku sudah salah memilih bersekolah di SMP favorit itu.

SMAku lebih berwarna lagi. Terasa sangat cepat.. entah mungkin ada yang memasang lorong waktu di gerbangnya, aku tak tau. Tapi hari-hari mempertahankan jilbab di depan dewan guru, merasakan didikan semi militer sebagai kompensasi sebulan ga sekolah karena dikarantina PASKIBRA, dan sekelas dijemur di halaman sekolah akan terus terkenang.

Timeflies sudah sejauh ini. Aku bersyukur sekali diberikan kesempatan untuk merasakannya.

Aku juga pernah kecewa. Bagaimana aplikasi studiku ke STSN (Sekolah Tinggi Sandi Negara) ditolak orangtua, dan program Psikologi yang menguap tanpa sempat aku tangkap. Bukannya aku tak bangga dengan almamaterku, bukan. Aku hanya merasa merasa bodoh sekali mempelajari hal-hal ini selama bertahun-tahun, namun aku tetap tak ahli.

Dari jalan sini, aku harus terus maju. Tak ada kesempatan untuk berbelok ataupun berbalik arah.

Waktu-waktu berlalu dan aku masih disini. Namun, bagaimana pun, aku bersyukur. Aku menemukan mereka. Aku menemukan kalian. Aku menemukanmu.



Read More...