Jumat, 29 November 2013

Sup Jagung ala Nursih

Leave a Comment
Lagi kangen masakan ibu + hidung nyumbat gegara gejala flu bikin saya bertekad bikin sup jagung pagi ini. Walaupun resep uji coba, tapi hasilnya enak lho... hehehee.. saya bagi yah, resepnya aja tapi.. buat yang mau nyoba bikin.

Bahan:
- dada ayam, bersihkan
- 2 buah jagung manis, dipipil
- 1 buah wortel, potong dadu kecil 
- 7 batang buncis (kalo suka)
- 2 butir kentang, potong dadu
- 1 butir telur
- baso secukupnya, potong jadi 4

Bumbu:
- 3 siung bawang putih, haluskan
- 1 siung bawang bombay, cincang kasar
- garam
- gula
- lada bubuk
- margarine
- daun bawang, potong kasar



Mari masaaaak







1. Ayam yang sudah dibersihkan tadi direbus dengan ± 1,5L air... setelah ayam matang, angkat dan potong ayam menjadi bagian-bagian kecil.
2. Masukkan kembali potongan ayam ke dalam kaldu, tambahkan jagung sampai ½ matang.
3. Panaskan wajan, lelehkan 1 sendok margarin dan tumis bawang putih sampai harum, tambahkan cincangan bawang bombay, hati-hati loh.. kalo ga kuat hidungnya bisa bersin-bersin.
4. Masukkan bumbu bawang dalam kaldu, aduk merata.
5. Setelah jagung cukup matang, masukkan wortel, buncis, dan kentang.
6. Masukkan garam, gula, dan lada bubuk secukupnya, jangan keasinan... ntar bikin darah tinggi.
7. Terakhir masukkan baso.
8. Setelah semua matang dan kaldu mendidih, pecahkan telur dalam sup sambil terus diaduk-aduk.
9. Taburkan daun bawang sebelum diangkat.

Gampang kan? Enak pula.. cocok banget dimakan hangat-hangat pas lagi flu atau hujan.
Boleh juga nih kalo ada yang mau tukaran resep.. ditunggu yaks :)


Read More...

Kamis, 28 November 2013

hayu ngaBandung deui (1)

Leave a Comment
masih sambungan sebelumnya: baca disini 

men, kakak saya mendadak muncul di Malang sehari sebelum ibu saya pulang. Usut punya usut ternyata dia hendak kursus dari kesatuannya di Cimahi. Okelah.. saya cariin dia tiket kereta yang sama dengan keberangkatan saya ke Bandung yang sudah saya pesan jauh-jauh hari, dengan syarat, dia ga boleh bilang ke ibu kalo saya mau main ke Bandung. Iya, ini pengalaman pertama saya pergi tanpa sepengetahuan dan ijin orangtua. Bandel, yes.. Tapi tenang saja kawan.. kelakuan saya sudah dicatat langit dan saya sudah menerima ganjarannya lunas tuntas. Plis, jangan tiru ini, selalu mintalah ijin orangtua kalo mau kemana-mana, apalagi kalo kalian belum ada yang punya #eh

Rabu sore ibu saya berangkat ke Bandara Juanda Surabaya dan Kamis paginya saya sudah nongkrong-nongkrong anggun di stasiun Malang Kota Baru bersama travelmate saya kali ini, Rani. Packingnya buru-buru pas malem sebelumnya. 

Kamis, 14 Nov 2013kereta Dhoho Penataran mengantarkan kami ke stasiun Kediri tepat jam 1 siang. Yup, tiket kami ke Bandung memang bukan dengan kereta langsung, tapi lanjutan. Karena perginya saya tanpa restu orangtua juga berarti tanpa sangu. Akhirnya dengan kemampuan ekonomi pas-pasan, saya bertekad mbolang dengan uang sendiri dan harus hemat serta cermat termasuk soal duit transport. Jadi rencananya kami naik:
- Dhoho Penataran | Malang 08.00 - Kediri 12.33 (Rp, 5.500)
- Kahuripan | Kediri 14.00 - Kiara Condong 04.33 (Rp, 50.000)
total: Rp, 55.500

Kereta selanjutnya jam 2. Kami makan siang, sholat, dan ngobrol di ruang tunggu. Beberapa menit menuju jam 2 kami sudah pasang telinga untuk mendengar pengumuman, tapi dasarnya aja yang ngomong itu berasa kumur-kumur.. beritanya jadi ga jelas kedengaran. Di luar ruang tunggu, di jalur 1 sebuah kereta bergerak, dan sekelebat saya melihat papan nama kereta "KA KAHURIPAN" di bodynya.
"Kak, itu keretanya kok tulisannya Kahuripan, udah jalan?" Saya bertanya ke kakak saya, masih ga ngeh. Sekian detik kemudian, "astaghfirullah, kak.. kita ketinggalan kereta! itu kereta kita!!"
Kita panik. Heboh. Diliatin orang-orang 1 stasiun.
Keretanya udah jauh dan kami ga mungkin ngejar-ngejar kaya' salah satu adegan di film 5cm, bawaan kakak saya cukup banyak, saya sendiri bawa backpack 60L yang lumayan beratnya. Ini nyata, bro!
Kau pikir ini balasannya karena saya pergi tanpa ijin ortu? Belum kawan, itu baru kebodohan pertama. Cerita masih panjang.

Saya berusaha mempersiapkan segalanya sesempurna dan seefisien mungkin, termasuk menyiapkan printscreen jadwal berhenti kereta di stasiun-stasiun berikutnya. Di jadwal itu, kereta berhenti di stasiun Kertosono jam 14.33, saat itu masih jam 14.05. Saya langsung ngambil inisiatif buat nanya sama cleaning service yang lagi nyapu deket kami waktu tempuh dari stasiun Kediri ke Kertosono, jawab si masnya dengan pede dan tanpa dosa, "kalo ngojek bisa 20 menit tuh, mbak.. "

Okesip. Kebodohan kedua.
Keluar stasiun dan langsung dikerubuti bapak-bapak becak yang kepo nanya-nanya kemana. Terus dipaksa naik becak buat dianterin ke pangkalan ojek. Pangkalan ojek yang dimaksud adalah warung makan, dan ojekersnya masih pada entah dimana... mereka cuma teriak-teriak aja nyari A, nyari motornya B, minjem helmnya C dan saya bengong karena waktu udah kebuang sia-sia 10 menit.

Akhirnya kami bertiga naik ojek (masing-masing tentunya) menuju Kertosono, yang tanpa saya ketahui ternyata udah beda kabupaten, Nganjuk. Nyaaaak... itu jauh banget dah! Dan sepanjang jalan yang ngebut ala Pedrosa itu saya cuma bisa nanya, "Pak, masih jauh ga ya?", sampai bapak ojeknya bosen dan ga jawab pertanyaan saya. Saya cuma bisa doa doang dalam hati, doa apapun saya baca, berharap keretanya mendadak macet di stasiun atau masinisnya kebelet ke kamar mandi, tapi udah kerasa kalo ga bakal dapat itu kereta sih, apalagi tukang ojeknya pake gatau jalan lagi -.-"

Jam 14.50 baru nyampe ke stasiun Kertosono, tentu saja kereta udah berangkat. Disitu beneran shock, berasa banget begonya.. tiket hangus, harus bayar ojek 210ribu untuk sia-sia (bahkan lebih mahal dari tiketnya), dan kudu beli tiket baru ke Kiara Condong.  Saya udah nangis menyesali kebodohan saya saat itu, tapi kemudian kakak saya menghibur dan menasehati: tenang, jangan panik, jangan suka terburu-buru, buru-buru satu salah satu sifatnya setan.. pikirkan dulu semua konsekuensinya.

Kebodohan ketiga.
Setelah istirahat dan diketawain sama petugas stasiun.. akhirnya kami memutuskan untuk balik lagi ke Kediri, karena kakak saya ga suka di Kertosono, sepi banget dan ga ada penginapan katanya. Jadilah saya memesan tiket balik ke Kediri dan si travelmate saya memesan tiket ke Kiara Condong untuk besok siang, tapi ternyata dia pesan dengan keberangkatan dari Kertosono, bukan Kediri, dan saya baru tau keesokan harinya.


Malam itu kami balik ke Kediri, dan nyari-nyari penginapan dekat stasiun. Berdasarkan hasil googlingan saya, ada 1 penginapan murah dekat stasiun, hotel R.I.S. astagaaa.. penginapannya serem, kucel, dan banyak premannya. Tapi karena sudah malam dan tidak ada lagi penginapan lain terdekat, akhirnya kami check in dan pesan 2 kamar, bersih diri, trus langsung tidur.


Jumat, 15 Nov 2013 - Bangun dan kelaperan... beruntung sepanjang jalan stasiun banyak warung. Kami sarapan makanan khas Kediri, pecel sambel tumpang. Kata kakak saya sebenarnya kalo malam itu enakan ke jalan Dhoho.. disitu banyak banget pilihan wisata kulinernya. Pas sarapan itu baru ketauan kalo tiket ke Kiara Condongnya dari Kertosono, berarti kami harus naik kereta ke Kertosono dulu :(
Menjelang siangnya saya langsung beli 3 tiket ke Kertosono, yang tersisa hanya jam 12.30 siang.
Jam 11 saya dan Rani sudah membereskan barang-barang dan bersiap check out. Ternyata kakak saya sudah berangkat ke masjid untuk shalat jumat. Kamarnya malah dikunci, jadi saya ga bisa masuk untuk membereskan barang-barangnya. Parahnya, saat saya bertanya sama ibu-ibu yang jualan makanan di sekitar stasiun, ternyata shalat jumat disitu selesainya sekitar jam 12.45an...

Jam 12.15 saya check out dari kamar sedangkan travelmate saya sudah berangkat duluan ke stasiun. Saya masih di depan masjid nungguin kakak saya. Jam 12.20, kalo saja ga inget bahwa mendengarkan sidang jumat adalah wajib mungkin saya udah nelpon kakak saya. Jam 12.33 kereta Dhoho Penataran sudah datang, akhirnya shalat jumat selesai, saya dan kakak saya langsung lari-lari balik ke penginapan buat beresin barang-barangnya dan check out. Kita lari-lari ke stasiun, untung petugas stasiunnya tau kami sudah ketinggalan kereta kemarin jadi kereta yang sekarang masih belum dibolehin jalan. Naik, duduk, selamat. Alhamdulillah..

Jam 14.30 kami berganti kereta Kahuripan di stasiun Kertosono. Nah, kalo di postingan sebelumnya saya tulis pengasong, pengamen, dan pengemis ga boleh naik kereta ekspres, ternyata ga berlaku untuk kelas ekonomi di wilayah Jawa Timur. Kereta dari Malang yang kami naiki kemarin pun memang banyak pengasong dkk. Disini ternyata masih legal bagi mereka mencari duit di atas kereta. Sorenya, begitu kami memasuki wilayah Jawa Tengah, kami makin sulit menemukan para pengasong dkk. Ternyata petugas-petugasnya (Polsuska) sangat ketat mengawasi. Bahkan saat saya dan kakak saya ngobrol di bangku lain (saat itu kereta masih belum banyak penumpang, sehingga banyak bangku yang masih kosong), tiba-tiba datang seorang ibu yang duduk di samping saya membawa termos dan puluhan kopi sachet yang dibungkus kresek berlapis. Merasa belum cukup aman, ibu itu juga ngambil topi kakak saya untuk menutup barang dagangannya tadi. Saya akhirnya nanya, "ada apa, bu?" "Aduh, maaf ya mas, mbak.. ini saya lagi sembunyi dari petugas. Ntar sampean bilang aja ini punya sampean, haduh.. takut aku, mbak.."

Tanpa diminta pun ibu itu langsung curhat pernah dipaksa ikut sidang supaya ga jualan lagi di area stasiun dan kereta, juga ngeluh soal kebijakan PTKAI yang dirasa merugikan rakyat kecil seperti mereka. Ga pake lama, ibu-ibu ini manggil temen-temen asongannya yang lain, jadilah tempat saya dan kakak dikerubuti ibu-ibu yang kemudian merencanakan bakal sembunyi di WC begitu ada petugas yang memeriksa.

Semakin ke barat, kereta semakin penuh..akhirnya saya dan kakak balik ke tempat kami. Sempit sih, bertiga.. daaaan.. kami masih harus duduk selama 15jam,  tapi saya nyaman2 aja.. kalo ngantuk nyander ke kanan ada Rani, ke kiri ada pundak kakak saya, hehee..


nyambung (lagi) dulu yak..


Read More...

Minggu, 24 November 2013

my first train

Leave a Comment
3 minggu lebih ga nulis. Okesip! Jitak aja saya kalo ketemu ya...

Tapi sebelumnya, ijinkanlah saya untuk menuliskan kisah ini sebagai pembelaan diri #apalahini

Begini kawan, tau kan pas ibu saya datang waktu saya sakit itu? Nah.. sebagai anak yang berbakti (cih!) tentu saja saya harus meluangkan lebih banyak waktu untuk beristirahat, menemani dan mengantar ibu saya yang sudah datang jauh-jauh dari penjuru timur sana. Saya ijin ga ngelesi, ijin ga ikut kegiatan dan rapat, termasuk mengurangi kemesraan dengan si Fikar, laptop saya ini.

Setelah masa-masa pemulihan, saya diminta ibu untuk ikut ke tempat mbah saya. Awalnya saya menolak karena semasa saya sakit itu sudah banyak sekali agenda dan tanggungjawab yang saya tinggalkan, tapi ibu saya bilang hanya dua hari, ditambah lagi ternyata saya sudah lebih dari dua tahun ga datang menyambangi mbah saya. ooke, saya setuju. Di luar dugaan, ibu saya ngajak naik kereta api, haaa.. ini surprise banget karena biasanya kami naik travel ke Solo.. 

Dan besoknya saya beneran naik kereta api! My dream comes true!! Hahaaa... ok, katakanlah saya udik, tapi ini benar-benar pengalaman pertama saya naik gerbong panjang yang ditarik lokomotif. Asik. Sumpah. 


Kereta yang kami naiki adalah Malioboro Ekspres, tujuan Malang Kota Baru - Tugu Yogyakarta. Kereta ini udah pewe banget... tiketnya lumayan mahal sih, tapi sebanding dengan kenyamanan dan pelayanannya. Pedagang asongan, pengemis, dan pengamen juga tidak diperbolehkan mencari nafkah di atas kereta ini.

Kami turun di stasiun Solo Balapan (padahal saya sempat dalam hati berharap kami ikut bablas sampai ke Jogja), lalu melanjutkan perjalanan ke rumah mbah. 


Oiya.. stasiun Solo Balapan ini keren loh. Selain bersih dan nyaman... (jadi terkesan romantis abis pas malem) wifinya juga kenceng bangeeeet... asik buat nungguin kereta.
I love this trip banget pokonya mah.. soalnya hari itu saya merasakan ngeteng, mulai dari naik kereta api, naik becak, naik bis.

Setelah 3 hari sampai di Malang, saya kembali ngeteng naik kereta api ke Bandung. Gimana ceritanya?
see the next post yes 


Read More...

Senin, 04 November 2013

Mum's Love Power

Leave a Comment
Jumat 25.10.13
Saat di sekolah hari itu badan udah kerasa ga enak.. bawaannya capek mulu, jantung berdebar kelewat cepat juga, padahal kegiatannya ga terlalu nguras tenaga. Akhirnya pulang, memutuskan beristirahat saja dan terpaksa ijin 2 kegiatan setelahnya.

Sabtu, 26.10.13
Hari ini teman-teman wisuda, sejak awal memang ga pengen ke kampus sih.. ternyata keadaan tubuh emang mendukung buat ga ke kampus. Suhu tubuh makin panas dan kepala udah pusing aja. Ijin lagi ga ikut koordinasi.
Malamnya badan lumayan agak enakan dan akhirnya memutuskan minum paracetamol soalnya besok pagi harus membina dan ke CFD. 

Ahad, 27.10.13
Pagi jam 6 udah berangkat ke YASA, trus jam 8 meluncur k CFD dan subhanallah... cuaca cerah bahkan cenderung terik hari itu, (atau perasaan saya saja?)
Napas aja ngos-ngosan.. kenapa saya ini?

Senin, 28.10.13
Inilah puncaknya... suhu badan udah panas sepanas-panasnya.. pun kepala pusing sepusing-pusingnya seakan dunia berputar. Mulut pahit sehingga makanan apapun terasa tak enak. Ga bisa ngapa-ngapain selain gulang-guling di kasur. Saya menebak sendiri, sepertinya ini malaria. Hampir nekat minum obat malaria, tapi seorang teman menyarankan untuk ke dokter dulu besok pagi.
Saya ga bisa tidur sepanjang malam itu, panas sekali.

Selasa, 29.10.13
Setelah menunggu-konsultasi dengan dokter-cek darah-menunggu-konsultasi dengan dokter di RSIU barulah ketahuan kalo sebenarnya saya kena demam berdarah dengue atau DBD (bukan Desain Basis Data). Shocked! Dokter bilang akan langsung mengurus surat keterangan rawat inap, tapi saya ga mau. bukan takut dengan jarum infus,kalopun jadi itu bukan pertama kalinya saya mondok di RS. bukan tidak peduli dengan keadaan diri sendiri, tapi bukankah sangat menyeramkan kalo harus terikat dengan selang infus selama beberapa puluh (atau ratus mungkin) jam tanpa ada kepastian ada yang terus menemani? itu crappy sekali kan.. saya benci perasaan yang muncul bahwa belum ada satu orang pun yang bisa saya andalkan sepenuhnya di sini, saat ini. 

Rabu 30.10.13
hari ini badan kerasa enteng banget... entah karena emang berat badan terjun bebas atau saya aka segera sembuh. pagi-pagi minum jus jambu biji dan nontonin temen2 yang masak buat saya. siangnya dikit minum jus jambu biji lagi. lalu petang datang mbak Karni, asisten ibu kost yang berpesan kalo besok harus cek darah lagi dan hasilnya diperlihatkan ke bapak. oiya, saya sudah cerita belum kalo bapak kost saya dokter spesialis patologi klinik? yah begitulah. 

Kamis 31.10.13
Jam 2 dini hari saya terbangun karena rasa mual. setelah itu tak terhitung berapa kali saya bolak-balik ke kamar mandi untuk (maap) muntah sampai pagi, sampai benar-benar tak ada lagi yang bisa saya keluarkan.
Jam 9 saya kembali k RSIU untuk cek darah. jarum suntik sudah dimasukkan ke pembuluh arteri lengan kanan saya, tapi tak ada setetes darah pun yang keluar. akhirnya ganti jarum dan berpindah ke lengan sebelah kiri, dengan gerakan tambahan memutar-mutar jarum dan mengurut pangkal lengan, tapi sama saja, nihil. akhirnya darah diambil dari jari manis kanan dan itu pun harus dikeluarkan setetes demi setetes.
Hasil cek darah tadi kemudian diserahkan kepada bapak kost saya beserta obat yang tengah saya minum dari dokter RS. kata bapak kost saya, berhenti dulu minum jus jambu & pocari sweat, itu yang bikin mual. Obat dari dokter diganti obat baru. untuk dehidrasi minum air gula + garam atau air madu. Malamnya si calon dokter Rohma datang. dia maksa abis ngebawa saya ke UGD RSSA. kalo ga segera, bisa pendarahan katanya.

Jumat 01.11.13
Saya tetap bertahan biar ga ke nginap ke RS, makanya nurut aja disuruh periksa darah buat ngukur trombo lagi. Tapi kali ini periksanya di lab dr. Hartojo saja. Ternyata hasilnya udah lumayan bagus, trombo udah naik walau sedikit. Kata dokternya yang penting harus banyak makan dan minum biar ga dehidrasi. 

Sabtu 02.11.13
Ibu saya bilang akan segera datang dan beneran malamnya langsung dateng. 

Ahad 03.11.13
Saya langsung sembuh gegara the power of mother. Hahahaa... emang ya..cinta ibu itu ga ada lawannya :D







Read More...