Sabtu, 31 Agustus 2013

Menangis

Leave a Comment
In my opinion, life is funny when you get hurt and you’re starting to cry. So, I choose to laugh. Dan benar sabda Rasulullah SAW bahwa terlalu banyak tertawa bisa mengeraskan hati. Aku jadi kesulitan menangis waktu itu. Aku tertawa saat perpisahan sekolah, tertawa saat diberi kado ulangtahun oleh teman, bahkan aku menertawakan teman-temanku yang menangis sesegukan menonton drama Korea.

Sampai detik menulis catatan ini aku merasa bersyukur sekali karena selama beberapa bulan terakhir ini aku sudah bisa menangis lagi. Dulu aku malu jika merasa harus menangis di depan umum, terlebih ada lawan jenis. Aku tidak suka terlihat lemah, dan bagiku menangis adalah tanda kelemahan. Sebisa mungkin aku menahan semampunya hingga tak ada tetes air mata yang turun, dalam situasi apapun. Atau, jika kalah, secepat kilat aku akan buru-buru mengusap air mata. Tak ada seorangpun yang boleh melihatku menangis.

Entah dari peristiwa apa, aku lupa. Tapi hari itu aku bisa menangis saat menonton video pendek beramai-ramai. Untung saja tak seorangpun melihat. Sekarang aku belajar menghargai perasaan yang timbul, menghargai diriku sendiri. Bahwa menangis adalah tanda masih berhati, bukan tanda kelemahan. Bahkan, lelaki paling tangguh sekelas Umar pun sering menangis jika ingat bahwa ia pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup saat masih jahil. Bukankah Rasulullah juga selalu menangis memikirkan nasib umatnya?

Lalu aku berpikir bahwa sebaiknya masyarakat tak cepat memberikan stempel 'cengeng' pada seseorang yang mudah menangis. Pada seorang anak lelaki pun, hal ini bisa melukai jiwanya dan merusak kelembutan yang telah Allah sematkan pada setiap hati manusia.

Aku lega bisa kembali menangis. 


Read More...

Selasa, 20 Agustus 2013

Agama Pencarian

Leave a Comment
"I choose not to judge blindly, since i'm not blind. I see, watch, think, discuss, and decide what to believe."
Bismillahirrahmanirrahim....

Saya akan memulai tulisan ini dengan memberikan dua buah analogi.
Yang pertama: 'Agama yang masing-masing kita anut (saya, Islam) adalah agama primer' 
dan yang kedua: 'club bola atau group band atau apalah yang bisa dielu-elukan itu adalah agama sekunder' 


(gambar dari sini)

Darimana asal pertemuan kita dengan agama primer? Kebanyakan karena transferan turunan. Orang tua saya Islam, maka itu saya juga Islam. Jelas. Lalu darimana asalnya pertemuan dengan agama sekunder? Bagaimana bisa begitu fanatik dengan club bola yang selalu setia ditunggu berlaga itu? Pencarian. Sebuah perhentian setelah menghabiskan waktu mencari dan meneliti, lalu menemukan. Atau minimal ikut-ikutan teman lah jika diujung pencarian tak menghasilkan. Bukan begitu? 

Berikutnya, dengan tingkat kesotoyan absolut tingkat dewa, saya akan coba menyangkutpautkan urusan agama primer dengan agama sekunder ini. Saya ambil studi kasusnya dari hidup saya sendiri.
Dalam keluarga kecil saya, tidak ada kebiasaan bagi-bagi THR atau hadiah saat hari raya maupun hari-hari yang dirasa special. Nothing. Sejak saya SD dulu, alhamdulillah nilai rapor saya selalu bagus, tapi saya tidak pernah mendapat hadiah di akhir semester dari orangtua saya. Suatu kali di kelas 4 saya pernah meminta kepada ibu saya, lalu ibu saya balik bertanya, "Memangnya kamu belajar untuk siapa?", saya diam, ga paham. Lalu ibu saya melanjutkan, "Yaudah, mau beli apa?" saya masih tetap diam, karena saya ga tau sebenarnya apa yang saya inginkan waktu itu. Secara, semua kebutuhan hidup saya (insya Allah) sudah cukup terpenuhi. Akhirnya saya cuma minta dibelikan ice cream coklat saat itu (FYI, saya punya amandel masa itu, jadi ice cream adalah something special for me). Dan setelahnya, di hari-hari pembagian rapor, saya tak pernah meminta hadiah lagi.

Lalu, saat saya SMP, teman-teman saya memperkenalkan istilah 'angpau' saat lebaran. Saya pun sekali lagi mencobanya pada ibu saya, "Bu, temen-temen dapet angpau kalo puasanya full sebulan. Saya juga mau, bu..." Jawaban ibu saya pun ternyata masih sama dengan jawaban saat lalu, "Loh, memangnya kamu puasa untuk siapa? untuk ibu?" Saya diam, tapi kali ini disertai dengan mulai sedikit berpikir, "iya yah.. bla... bla.. bla.... "
Saat itulah saya mulai mencari tau untuk apa berpuasa, kaya' lagu sih: ada anak bertanya pada bapaknya, buat apa lapar-lapar berpuasa~~ 
Etapi serius, dari situlah akhirnya saya mulai banyak cari tau tentang kenapa harus begini, kenapa harus begitu. Awal kritis-nya saya lahir disini.

Lalu pas kelas 1 SMA, saya udah mulai ikut halaqoh, tapi waktu itu saya masih belum berkerudung. Saya tinggal di lingkungan yang tidak terlalu mendukung untuk menunjukkkan simbol-simbol keagamaan yang berbeda dengan penduduk asli. Jadi ya semacam bongkar pasang pakenya. Kalo berangkat halaqoh, kalo sekolah atau bimbel ya enggak. Guru ngaji saya pun ga mempermasalahkan hal ini, mengingat kondisi lingkungan kami tadi.
Lama-kelamaan ngerasa gerah sendiri dengan bongkar pasang saat itu. Saya pikir saya ga bisa gini terus-terusan. Capek. Pencarian selanjutnya pun dimulai!
Mulai searching tentang (si)apa yang mewajibkan perempuan untuk menutup aurat, kenapa harus ditutup, apa aja yang harus ditutup, sampai konsekuensinya. Setelah ketemu, saya print, pelajari, dan pikirkan (filenya masih ada sampai sekarang). Ga sampai disitu, saya pun banyak diskusi dengan guru ngaji dan guru agama saya di sekolah. Juni 2008, saya mantap menutup aurat, tapi masih sebatas pake celana jeans atau celana cargo, kaos, dan kerudung instan. Beuh, banyak tantangannya ternyata... dari masyarakat sekitar, temen-temen, pihak sekolah, apalagi dari ribuan siswa/i seluruh sekolah, cuma 9 orang termasuk saya yang berkerudung. Tapi karena saya memilih bertahan karena saya sudah paham dan tau kewajiban tentang menutup aurat ini.

Saat keluar dari rumah dan masuk kuliah, barulah wawasan menutup aurat saya mulai meluas sedikit demi sedikit. Mulai pake rok, kerudung yang lebih tebel, kaos kaki, terus kerudung yang dilebarkan sampai menutup dada. Itu semua melalui proses pencarian, penelaahan, dan pemahaman yang panjang x lebar dan melalui banyak sekali tahapan #halah
Dan sampailah pada bayangan saya di cermin sampai hari ini. Meski masih jauuuuuh sekali dari sempurna yang dicontohkan istri Rasul dan shahabiyah, tapi insya Allah saya berusaha istiqomah dengan jalan ini.

Saya merasa hidup dengan agama yang diturunkan pada saya, tapi juga disertai dengan melalui proses pencarian. Dan itu membuat saya merasa punya tanggungjawab yang besar kalo saya ga menjalankan apa-apa yang diperintahkan kepada saya. Nabi Ibrahim juga akhirnya mengenal Allah setelah melakukan berbagai pencarian tentang apa atau siapa itu tuhan, kan?

Sampai sini paham?
 
Miris sekali melihat beberapa teman dan kenalan yang secara terang benderang ngaku kalo udah pacaran atau yang makin minimalis kerudungnya semenjak keluar dari pondok, sampai yang bohong sama orangtuanya puasa sebulan penuh demi THR melimpah, saya yakin mereka tahu, tapi belum tentu paham dan sadar apa yang dilakukan. Karena agama (mungkin) bagi mereka adalah transferan keyakinan dari orang tua atau pondok. Benar kan ya, hidayah itu dikejar, bukan ditunggu. Dan menurut saya, salah satu cara mengejar hidayah itu dengan mencari tau ilmunya dan lalu menyegerakan. Ga pake nunda-nunda.

Maka jangan heran ketika club bola pujaan menggelontorkan goal ke gawang lawan saat final liga lebih heboh euforianya ketimbang saat kita bisa bangun dan menjalankan qiyamul lail di sepertiga malam. Selebrasi saat menonton tim kita menang seperti lompat-lompat, toss, dan lari-lari muter lapangan tak usahlah dibandingkan saat kita bisa puasa full di bulan Ramadhan. Pernah liat ada orang lari-lari lapangan karena kesenangan bisa ga bolong puasanya? Saya belum. Bilang ya kalo ada.


Read More...

Senin, 12 Agustus 2013

Allah yang sama

Leave a Comment
Idul Fitri.
Hari Kemenanganmu seperti apa?
Disana-sini kulihat orang begitu gembira. Tertawa dan berhias rupa-rupa, makan apapun yang tersedia di meja.
Hedon gila-gilaan... mungkin pun isi 1 mall dibeli semua dengan upah gaji 1 tahun yang setengah mati dikumpulkan.
Sedang apa kita? Merayakan kembali hari dibebaskannya syetan ke dunia, bisa jadi.

Kemana Quran yang kemarin dibawa kemana-mana?
Oh, sudah kembali ditaruh di atas lemari berdebu, nanti tahun depan lagi gilirannya dibaca kalo ketemu Ramadhan kembali.
Sekarang waktunya bertemu keluarga besar, minta angpau buat beli gadget terbaru.
Perut membuncit kemana-mana, balas dendam setelah 1 bulan kemarin berpuasa. 

Masjid kembali sepi,
subuh kembali kesiangan,
tilawah kembali sesempatnya,
sedekah kembali ditimbang-timbang...
lalu kita pura-pura sedih ditinggalkan Ramadhan.

Kata seseorang yang tak ku kenal, "bukankah Allah yang kita ibadahi sekarang adalah Allah yang sama yang kita ibadahi di bulan Ramadhan?"


Read More...

Kamis, 08 Agustus 2013

Eid Mubarak!

Leave a Comment
Assalamualaykum wr.wb.


Halo, hari ini Idul Fitri.
Sebenarnya banyak yang mau ditulis seputar evaluasi target Ramadhan kemarin... tapi ehehee, next time sajalah yaaa *kedipkedip mata*
uuuu~~ sudah rinduuuu Ramadhan :(

Semoga disampaikan lagi pada Ramadhan tahun depan dengan kondisi iman yang jauh, jauh, jauh lebih terjaga dan stabil dari sekarang dan semoga ga single lagi.

Mohon maaf lahir bathin yah.. mungkin kalian pernah tersesat baca postingan di blog ini, ataupun ada postingan yang menyertakan kutipan atau gambar tanpa sumber.


wokey, selamat makan ketupat dan opor ayam, kirim padaku kalau lebih yah!
keep alive and keep writing!!

Read More...

Senin, 05 Agustus 2013

Sun Rises

Leave a Comment
Hidup ini selalu soal pilihan. Mau sekolah di kampus ini atau kampus itu. Mau makan tempe atau ayam. Mau jadi pegawai atau berwiraswasta. Dan lainnya, misalnya pagi-pagi belakangan ini mau tidur lagi setelah pulang i'tikaf dengan dalih mengganti waktu tak tidur semalam atau melakukan hal-hal lain. 

Saya tidak terbiasa tidur pagi, karena itu saya lebih memilih mengerjakan pekerjaan anak kostan (nyuci, setrika, nguras bak mandi, beberesan, dll.) atau buru-buru buka laptop, berselancar di dunia maya dan atau nulis ketimbang tidur sepulang i'tikaf.

Something shine and fresh, yang akan saya bagi pagi ini. Sebenarnya saya pindah masjid tempat i'tikaf untuk tahun ini. Selama kurang lebih 20 menit setiap harinya setelah taujih shalat Subuh, saya keluar masjid untuk menghirup udara segar pagi, dan beruntungnya, saya menemukan harta karun kepunyaan Allah yang bikin saya makin mengagumi ciptaan Allah al-Khaliq lah... sunrise :)

Ini adalah gambar-gambar matahari terbit yang diambil dari beranda masjid ad Dakwah SDIT Insan Permata Malang dengan kamera saku saya, Sony Cyber-shot DSC-W520.






Tasbih dulu, bro... tasbih.

Ini masih sedikit lho....

Nah, bukannya narsis ya, tapi saya sendiri semacam jatuh cinta dengan apa yang tertangkap dalam lensa kamera saya ini. Eh, bukan berarti mengagumi hasil jepretan sendiri lho, tapi mengagumi ciptaan Maha Kuasa yang menyapukan kuas dengan warna-warni indah di waktu syuruq itu.
Tentu saja jauh lebih indah kalo diliat secara langsung dengan kasat mata, tapi karena waktu terbit mataharinya sangat cepat, tak ada salahnya mengabadikan momen indah ini dalam lembaran file digital kan?












Subhanallah ya...
Read More...

Jumat, 02 Agustus 2013

Syndrome

Leave a Comment
ini adalah murni curhatan. Abaikan saja.


Entah sudah beberapa puluh orang yang bertanya kenapa saya ga pulang, saya akan merayakan hari raya dimana, dan sejenisnya, disambung dengan memasang wajah iba saat saya menjawab. Saya tau beberapa bertanya karena peduli dan beberapa lainnya sekedar basa-basi. Tapi mulai hari ini, bisakah hentikan semua pertanyaan bernada prihatin itu?

Saya capek. You know, it's hard to make a deal about it. Siapa sih yang ga pengen merayakan hari kemenangan di rumah bersama keluarga? Siapa sih yang pengen menyepi pada hari itu? Insane. Ga ada. Begitu pula saya. Tapi pulang bukan perkara yang semudah naik bis 3-4 jam lalu sampai. Tidak semudah itu bagi saya. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, dan sampai saat ini keputusan yang terbaik adalah tidak dulu pulang. Saya kecewa, orangtua saya lebih kecewa, but, what can I do? 

Yaudahlah, mungkin saya egois melarang-larang kalian bertanya-tanya seperti itu. Tapi please, anggaplah itu untuk sedikit saja menghargai keputusan yang sudah terambil ini. Setiap kali mendengar pertanyaan itu, saya harus siap kembali menggali jawaban yang sama, yang sudah saya kubur dalam-dalam karena tak mau sekalipun dia mengawang di pikiran. I tell you a big answer after all, kalo kalian masih bisa melihat saya berkeliaran di Malang nowdays, that's my declamation that I'm not going anywhere, I'll stay here. Saya sudah akan pulang dari jauh-jauh hari kemarin kalo memang saya berencana pulang.

Saya sudah terlampau sering mengafirmasi diri sendiri bahwa saya cukup kuat dan tangguh menghadapi Malang sendiri pada hari raya nanti. Tapi semakin banyak pertanyaan itu yang datang, semakin terkikis pula keyakinan saya. Dan puncaknya, saya sudah merasa teramat kesepian mulai hari ini. 

Ga usah tanggungjawab, hentikan saja pasang wajah iba itu.


Read More...

Kamis, 01 Agustus 2013

Sahabat Shalih/ah

Leave a Comment

"Nikmat yang paling berharga selepas nikmat iman dan islam, adalah memiliki sahabat yang shaleh. Jika kamu mendapati kewujudan kasih sayang antara kamu dengannya maka peganglah dia bersungguh-sungguh"
-Umar bin Khattab- 

Salah satu nikmat pemberian Allah yang sampai detik ini harus selalu saya syukuri adalah mempunyai sahabat-sahabat yang shalih/hah. Sahabat yang selalu mengingatkan kalau saya berbuat salah, sahabat yang saling percaya, dan mau mendengarkan keluh dan mimpi masing-masing.

Tulisan ini dibuat sebenarnya karena saya sedang rindu berat dengan salah satu sahabat saya, Rohmah, yang kini sedang coass di RS Saiful Anwar. Edhun emang, saat coass itu ga bisa 1jam pun dia ijin keluar untuk sekedar bertemu atau melingkar dalam halaqoh lagi dengan saya. Jadwalnya super ketat :(

Oke, selain Rohmah... alhamdulillah, saya mempunyai banyak sekali teman dan sahabat yang shalih/ah. Ada Firda, Anita, Iva, Sisy, mbak Norma, Dian, Hanifah, Rossy, dan masih banyak lagi. Teman-teman saya itu sebagian besar saya kenali dari sebuah lembaga yang sudah sekitar 2 tahun ini saya susupi, MY LIFE Malang (Mastering at Youth Leadership and Focusing on Education). Saya perkenalkan dulu perihal lembaga ini ya..

 Sesuai kepanjangannya (artiin sendiri lah ye... kalian kan pinter ), MY LIFE adalah sebuah lembaga di kota Malang yang bergerak di pembinaan karakter remaja, terlihat dari misinya yaitu:
- Membina hubungan kekeluargaan dengan sekolah, instansi pemerintah dan swasta.
- Memberikan pendidikan karakter berbasis religi kepada remaja melalui standar kompetensi character building Dinas Pendidikan Nasional.
- Memberikan pembinaan bersifat keilmuan dan keterampilan kepada remaja melalui kegiatan-kegiatan berbasis kreatifitas.

Tau Karisma ITB? Nah, anggap saja ini adalah Karisma (Keluarga Remaja Islam Masjid Salman) ITB cabang Malang. Jadi di MY LIFE itu kalian juga bakal nemuin orang-orang yang concern ke pendidikan dan pembentukan karakter religius remaja, jangan heran kalo kami gaulnya bareng remaja-remaja gitu. Itu memang tugas kami, selain panggilan hati. Bukankah seperti kata Pak Anies Baswedan, "mendidik adalah tanggungjawab orang yang terdidik"?

Trus ada apaan aja di MY LIFE? Kalian bakal disuguhi berbagai macam "rumah singgah" yang yahud dan ok punya, ada Rumah Tahfidz buat kalian yang pengen hafalan Quran dan jadi hafidz/ah, ada Religious Character Building untuk pembentukan karakter intensif, Muslims Youth Creative Active Fun and Excellent (My Cafe), My Camp, My Fun Trip, dan lain-lain. Selain itu masih banyak divisi yang bisa menampung bakat dan kreativitas remaja-remaja aktif dan keren. MY LIFE ini juga lembaga yang sudah cukup profesional manajemennya. Penanggung Jawab MY LIFE adalah Pak Suhari dan Direktur MY LIFE saat ini adalah Pak Ahmad Muzakki.

ok, cukup dulu soal MY LIFE.
================================================================================

Selain rekan-rekan di MY LIFE, ada lagi beberapa sahabat shalih yang saya punya, salah duanya adalah Helga dan Firdaus.


Dua sahabat saya ini inspiring banget kalo soal berlomba-lomba dalam kebaikan. Mulai dari hal-hal kecil seperti diingetin nulis hampir setiap hari, diajak nyari ilmu dimana-mana, mendoakan sesama, bersedekah, capaian amal yaumi, sampai menyemangati saya untuk buru-buru ngelarin skripsi.  :))

Mereka berdua ini juga adalah pemimpi-pemimpi yang luar biasa. Bersama mereka saya semakin sadar bahwa hidup ga boleh dijalani lempeng-lempeng aja. Malu kalo cuma diam dan jadi penonton. Harus ada passion, harus ada yang kita kejar dan perjuangkan mati-matian, dreams.

Jadi inget kata kang Rino, "bikin Allah terpaksa mengabulkan mimpi-mimpimu, dengan menceritakannya kepada ibumu."

Aaaa... saya bahagia bisa mengenal kalian semua.
Terima kasih sudah menebarkan warna-warni dalam kehidupan saya ini.
Terima kasih sudah meneguhkan diri menghadapi saya.
Terima kasih sudah mau mendengar apa pun yang saya omongkan.
Terima kasih sudah mengajarkan apapun yang berharga.
Terima kasih sudah berusaha menyeret saya dalam kebaikan

Terima kasih sudah membuat saya merasa tak sendiri di kota ini, karena tak seorangpun sanggup hidup tanpa orang lain. Karena setiap orang butuh didengar-mendengar, ditatap-menatap, digenggam-menggenggam. Saat ia butuh dikuatkan.

Semoga nanti kita bisa kembali kumpul dan bercerita lekat di surga Allah.
Uhibbukum fillah,

Read More...