Senin, 23 Mei 2011

Sabtu-Minggu, 21-22 Mei 2011

Leave a Comment
Kemarin siklus tidur saya berantakan. Apa pasalnya??

Jumat malam, saya dan Dian kembali nginep di rumah Firda..ngerjain tugas UAS Praktikum Pemrograman Berbasis Objek. Begadang..tidur sekitar 3,5 jam.
- Jam 06.50 berangkat dari rumah Firda
- 07.15 sampai di Masjid Tarbiyah UIN Maliki untuk Liqo'
- 08.10 kuliah Etika Profesi di 106 Gedung B (sebenarnya cuma masuk, duduk sebentar, ngisi absen, trus keluar lagi   -_-")
- 08.45 pulang ke kostan buat naruh barang, shalat Dhuha, dan ganti sepatu
- 09.15 kuliah Bahasa Inggris II di 106 Gedung B
- 11.50 pulang ke kostan buat have lunch dan shalat Dzuhur
- 12.30 ikut SOLID 1 di  105 Gedung A
- 15.00 ke kostan Riztha ngerjain project Game
- 18.30 diajak jalan sama kakak...
- 21.30 baru bisa tidur setelah cek email dan online

pas besoknya ngeliat betis udah pada lebam keunguan... akhirnya saya tidur siang dari jam 2 sampai jam 5. Itupun kebangun karena ditelpon Bapak..
:(
Read More...

Selasa, 17 Mei 2011

One Piece

Leave a Comment
belakangan ini lagi demen banget nonton ulang serial One Piece. Akhirnya malakin temen-temen cowok yang dirasa punya filenya...
:)







Read More...

Senin, 16 Mei 2011

di jalan cinta para pejuang..

Leave a Comment
saya tak ingin menuliskannya dengan gamblang...nanti kau tau semua. Biarlah saya tulis seperti ini saja...dan kau, jangan banyak tanya kenapa. Diam dan baca sajalah.

Entah mengapa selalu hal itu yang terus-terusan bergelayut di pikiran saya...meminta semua fokus diri ini.  Saat saya mencoba berpura-pura tidak terjadi sesuatu..tidak, tentu saja tidak bisa. Karena memang telah terjadi sesuatu. Saya merasa kau berubah, tapi kau bilang saya yang berubah..Ada apa ini??  Benarkah saya yang berubah? Salahkah itu??
Jika saja kau jawab "Ya", saya akan menunduk dalam-dalam, lalu mengangkat muka, menatap pias matamu, dan berkata: "maaf..."

mungkin hanya 4 huruf itu yang bisa saya keluarkan.. kata-kata yang lain ikut luruh bersama ludah yang saya telan kembali.
Berat.

Bisakah kita mulai lagi semuanya??
Berjalan bersama kita di jalan cinta para pejuang..mengharap ridha-NYA.
Read More...

Selasa, 10 Mei 2011

kisah saya tentang Ahmad dan Ustman

Leave a Comment

6 Mei 2011
Semalam saya dan Dian nginap di rumah Firda karena kita harus persiapan buat presentasi Manajeman Basis Data, padahal Jumat pagi itu saya ada kuliah Analisis dan Perancangan Sistem Informasi jam 07.20..jadi paginya udah harus ngebut ke kampus karena rumah Firda lumayan jauh (sekitar ½ jam perjalanan lah..). nah, dalam perjalanan menuju kampus itu, saat jalanan sedang ramai-ramainya tiba-tiba saya ngeliat seorang bapak-bapak yang membawa sangkar burung, berkaos merah, dan yang menarik perhatian saya adalah tulisan di kaos tersebut, “PANITIA HARI KIAMAT”. Saya jadi berkhayal yang aneh-aneh ..mungkin saja si bapak itu... ah, tidak. Mungkin saja begini dan mungkin juga begitu. Weee...pas di lampu merah Dieng Plasa langsung saya ngeluarin hape buat foto, pas udah dapet angle yang bagus, saya tekan button Capture. Tapi, eh...koq ga muncul gambarnya?? Yah, si bapak udah ngilang pula.

Perjalanan berlanjut..
Mendekati kampus, perjalanan tak lagi lancar. Penasaran ada apa, tengok kanan, tengok kiri..barulah tau kalo ada anak-anak SMK (saya lupa namanya) yang lagi karnaval untuk memperingati ulang taun sekolahnya. Wah, anak-anak sekolahan sekarang beda banget dengan jaman saya saat berseragam putih abu-abu dulu ya, liat saja mereka. Pengen ngambil gambar mereka..tiba-tiba saya ingat keadaan hape saya.

Sudah hampir 4 tahun ini (sejak saya kelas 2 SMA) saya tetep setia sama alat komunikasi saya, si Ahmad..sampai beberapa hari yang lalu..entah mengapa dan bagaimana..tiba-tiba kameranya ga mau memberhentikan waktu dan merekam suatu moment menjadi jutaan pixel alias ga bisa dipake buat foto. Heuuuu...sedih banget, apalagi saya suka jepret-jepret apa yang saya liat di jalan..


7 Mei 2011
Sabtu ini ada wisuda di kampus saya. Suatu momen yang membahagiakan buat mereka yang sedang merayakan ilmu yang terbayar. Ingin menyedot euforia itu, tapi apa daya...
Akhirnya perihal sakitnya Ahmad saya ceritakan pada kakak saya. Yah, jujur memang dia adalah orang yang murah hati, hanya saja dia sering menutupinya dengan sifat abu-abu. Dan...


8 Mei 2011
Jreng, jreng, jreng...pukul 20.00 saya bertemu Ustman untuk pertama kalinya. Alhamdulillah...semoga Allah memberkahi saya dan Ustman ini.











buat Ahmad..saya mengikhlaskan kamu pensiun dengan tenang..
Rest in Peace yaa..


alhamdulillah, Ya Allah
terima kasih kakak
:)
Read More...

Kamis, 05 Mei 2011

Fix You by ColdPlay

Leave a Comment
When you try your best, but you don't succeed
When you get what you want, but not what you need
When you feel so tired, but you can't sleep
Stuck in reverse
When the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace
When you love someone, but it goes to waste
Could it be worse?

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

High up above or down below
When you too in love to let it go
If you never try you will never know
Just what your worth

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

Tears stream down your face
When you lose something you cannot replace
Tears stream down on your face
And I..

Tears stream down your face
I promise you I will learn from my mistakes
Tears stream down on your face
And I..

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you.
Read More...

Rabu, 04 Mei 2011

Hari Hari yang Sempurna

Leave a Comment
Hari hari yang sempurna
Ketika selalu melihat rembulan tersenyum
Ketika selalu berada di naungan sinar senja yang hangat
 
Hari-hari yang sempurna
Ketika hangatnya mentari mampu mengeringkan luka yang menganga
Ketika gelap merapat dipeluk hangat senyum manis bidadari
Ketika kebersamaan membuat jiwa ini dapat bertahan

Hari-hari yang sempurna
Ketika bersama

Hari-hari yang sempurna
Ketika selalu kalian bantu jiwa ini bertahan

Bertahan sampai sejauh ini ...
Bertahan sampai hari ini ...

Hari-hari yang sempura
Ketika rasanya semua masalah sirna
Ketika semua penuh tawa dan keceriaan

Hari-hari yang sempurna
Ketika kalian membuatku lupa dimana seharusnya ku berpijak
Ketika
kalian bantu untuk melupakan siapa diriku
Ketika
kalian bantu aku untuk menjadi manusia baru
Walau masih merangkak, tertatih, mencari jati diri baru
Walau masih banyak tabir yang harus disingkap satu demi satu

Kegetiran dalam jiwa yang hancur bergantung padaku
Gelap yang menggelayut resah,
Tergulung ombak... lepas terhempas dibatu karang yang menyayat tubuh

Hari-hari yang sempurna....
Read More...

resume buku TASAWUF KONTEKSTUAL, Solusi Problem Manusia Modern

Leave a Comment
Ini tugas ngeresume untuk tugas UAS saya 2 semester yang lalu:


Buku TASAWUF KONTEKSTUAL, Solusi Problem Manusia Modern karangan Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, MA ini sebenarnya merupakan kumpulan permasalahan dan pertanyaan-pertanyaan seputar tasawuf dan yang berkaitan dengannya. Buku ini terbagi menjadi 5 bagian, yaitu:
A. Bagian Pertama: Mengenal Tasawuf
B.  Bagian Kedua: Mengenal Tuhan Lewat Tasawuf
C.  Bagian Ketiga: Pesan Moral Ibadah Formal
D. Bagian Keempat: Mengembangkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual
E.  Bagian Kelima: Zikir dan Do’a, Komunikasi Spiritual dengan Tuhan

A.    Bagian Pertama: Mengenal Tasawuf
1.      Belajar Tasawuf
Tasawuf adalah suatu bidang ilmu keislaman dengan berbagai pembagian di dalamnya, yaitu tasawuf akhlaqi, tasawuf amali, dan tasawuf falsafi. Tasawuf akhlaqi berupa ajaran mengenai moral / akhlak yang hendaknya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari guna memperoleh kebahagiaan yang optimal. Ajaran yang terdapat dalam tasawuf ini meliputi takhalli, yaitu penyucian diri dari sifat-sifat tercela; tahalli, yaitu menghiasi dan membiasakan diri dengan sifat perbuatan terpuji; dan tajalli, yaitu tersingkapnya Nur Ilahi (Cahaya Tuhan) seiring dengan sirnanya sifat-sifat kemanusiaan pada diri manusia setelah tahapan takhalli dan tahalli dilalui.

Tasawuf amali berupa tuntunan praktis tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah.  Tasawuf amali ini identik dengan Tarekat sehinggga bagi mereka yang masuk tarekat akan memperoleh bimbingan semacam itu.  Sementara tasawuf falsafi berupa kajian tasawuf yang dilakukan secara mendalam dengan tinjauan filosofis denagn segala aspek yang terkait di dalamnya.

Dari ketiga bagian tasawuf tersebut, secara esensial semua bermuara pada penghayatan terhadap ibadah murni (madhlah) untuk mewujudkan akhlak al karimah baik secara individual maupun sosial.


2.      Tarekat dan Baiat
Baiat berarti janji setia untuk melaksanakan suatu ajaran, dalam hal ini ajaran tarekat tertentu, baik dari segi akidah , akhlak, maupun wirid. Biasanya didahului dengan membaca ayat Al-Qur’an, Surat Al-Fath (48):10. Janji atau baiat ini ada sebagian ulama tarekat yang membedakan tiga macam, yakni: bai’at lil barakah (mencari berkah), bai’at husnudh dhan (berbaik sangka dalam arti barangkali nanti bisa mengamalkannya), dan bai’at littarbiyyah (untuk pendidikan diri).


3.      Antara Zuhud, Sufi, dan Qana’ah
Sufi adalah istilah bagi orang yang melakukan perjalanan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah. sedangkan zuhud dan qana’ah, dalam istilah tasawuf berarti jalan spiritual atau tahapan-tahapan spiritual (maqama) yang harus dilalui seorang sufi.

Zuhud artinya sikap menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Seseorang yang zuhud seharusnya hatinya tidak terbelenggu  atau hatinya tidak terikat hal-hal yang bersifat duniawi dan tidak menjadikannya sebagai tujuan.

Adapun qana’ah adalah kepuasan jiwa terhadap apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari Jabir RA, Nabi bersabda, “Qana’ah adalah harta yang tidak pernah sirna”.



B.     Bagian Kedua: Mengenal Tuhan Lewat Tasawuf
1.      Pendekatan Diri Kepada Allah
Tidak sedikit orang mengatakan bahwa pada suatu hari dirinya merasa mantap dan khusyu’ dalam beribadah dan di lain kesempatan ia merasa resah dan tidak dapat berkonsentrasi dalam beribadah. Perasaan selalu dekat dengan dzat yang Maha Suci yaitu Allah, dalam Tasawuf dikenal dengan nama muraqabah, yaitu perasaan dekat dengan Sang Pencipta. Muraqabah adalah suatu keadaan (ahwal) atau suatu kondisi kejiwaan yang diperoleh seseorang karena karunia Allah semata-mata. Artinya, tidak ada satu amalan tertentu yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan target tertentu untuk mendapatkan ahwal ini, karena ahwal adalah hak prerogratif Allah.

Kondisi kejiwaan selalu dekat dengan Allah yang melahirkan perasaan takut akan tetapi sangat membahagiakan adalah dambaan setiap hamba beriman, karena tersebut menjadikan seseorang merasa selalu diperhatikan, dilihat, dan dijaga. Hal ini secara otomatis menjadikan seseorang menghindari dan menjaga diri dari sesuatu yang dilarang Allah yang pada muaranya pada tidak sekedar berfikir tetapi juga bertindak positif.


2.      Penghayatan yang Terlupakan
Bangsa kita sedang dilanda krisis, tetapi yang paling parah adalah krisis akhlak. Padahal, di negara kita mempunyai Pancasila dan 100% masyarakatnya mempunyai agama. Apa yang salah? Yang salah adalah kurangnya penghayatan nilai-nilai (sufistik) pada sebagian bangsa Indonesia ini. Sekarang dijumpai kemungkaran dimana-mana, adalah merupakan bagian dari produk pendidikan Pancasila dan pendidikan agama yang semakin gencar, namun jika pengamalannya tidak dibarengi penghayatan sepenuh hati, akhirnya semua nilai-nilai tadi berlalu begitu saja, tanpa meninggalkan bekas yang mendalam di hati pengamalnya.

Padahal semua bentuk ibadah selalu memiliki pesan moral yang baik, misalnya berpuasa, mengandung nilai moral berupa tolong-menolong, hormat-menghormati sesama manusia, dan menghargai hak orang lain.


3.      Iman Bertambah dan Berkurang
Secara bahasa kata iman bersal dari bahasa Arab, amana, yu’minu, imanan yang mengandung  arti percaya, aman, melindungi, setia, atau menempatkan sesuatu pada tempat yang aman. Junaid al Baghdadi, seorang tokoh sufi modern pernah mengatakan bahwa: “Yakin menghilangkan keraguan ketika yang ghaib menjadi jelas”.

Yakin merupakan suatu keadaan di mana hati tidak lagi terombang-ambing dan tidak pula berubah-ubah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa yakin adalah iman, tetapi iman belum tentu yakin. Sebab, iman sendiri dapat bertambah dan berkurang sesuai amal shaleh yang dikerjakannya (al-imanu yazidu wa yanqushu). Iman menjadi bertambah manakala frekuensi amal shalehnya semakin meningkat dan sebaliknya, iman menjadi berkurang ketika amal shalehnya menurun.


C.    Bagian Ketiga: Pesan Moral Ibadah Formal
1.      Ikhlas Beribadah
Secara bahasa, ikhlas berasal dari bahasa Arab: khalasha, yakhlusu, khulusan, ikhlasan yang berarti bersih, tiada bercampur, jujur, tulus, membersihkan sesuatu hingga menjadi bersih. Sedangkan secara istilah, ikhlas memiliki bermacam-macam arti. Menurut Imam al-Qusyairi, ikhlas berarti menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan. Sedangkan Syekh Abu ali ad-Daqqaq, ikhlas adalah mensucikan amal-amal perbuatan dari campur tangan sesama makhluk, apakah itu sifat memperoleh pujian ataupun penghormatan dari manusia. Sebab, jika tujuan peribadatan sudah tercampur oleh pengaruh lain, baik yang berupa riya’ (pamer), sombong, dan lain-lain yang merupakan godaan hati, maka amalan-amalan yang semacam itu tentu sudah keluar dari pengertian ikhlas.

Dalam perspektif sufistik, ikhlas di samping sebagai suatu maqam (station) yang perlu dilalui seseorang sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, juga merupakan syarat sahnya suatu ibadah. Jika amal perbuatan diibaratkan sebagai jasmani, maka ikhlas adalah roh atau jiwanya.

Hadist Nabi yang dijadikan landasan tentang niat yang ikhlas adalah hadist riwayat Bukhari: “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niat, sungguh bagi seseorang melakukan perbuatan menurut niatnya. Barangsiapa hijrah karena Allah dan RasulNya, maka ia berhijrah kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa hijrahnya kepada dunia ia akan memperolehnya, atau kepada perempuan yang ia nikahi, maka hijrahnya adalah kepada yang diniatkannya itu” (HR Bukhari).

2.      Filosofi Shalat
Kita mulai shalat dengan takbiratul ihram; adalah takdir yang dibaca setiap awal shalat yang apabila lafal takbir ini dibaca berarti kita telah mengharamkan setiap pekerjaan dan kegiatan yang horisontal dengan urusan duniawi. Artinya, saat seseorang mengucapkan takbir Allah-u akbar, berarti kita telah menyatakan diri dalam posisi menghadap Tuhan atau kita dalam posisi hidup vertikal.

Dalam khazanah kaum sufi dikatakan “Shalat itu bagaikan mati dalam hidup.” Artinya, dalam shalat saat itu harus tidak ada lagi dimensi horisontal sesama manusia, yang ada hanyalah dimensi vertikal antara seseorang dengan  Allah. Kesadaran ini kita kondisikan dengan membaca doa iftitah (pembukaan) yaitu, Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fathara al-samawati wa al ardli, dan seterusnya. ”Sesungguhnya aku sedang mengadapkan wajahku kepada Dia yang menciptakan langit dan bumi.” Kemudian disusul dengan ikrar Inna shalati….dan seterusnya. “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku untuk Allah, Tuhan Pemelihara Alam Semesta.”

Semua bacaan dan tindakan dalam shalat memang dirancang untuk menegaskan kesadaran lebih tinggi bahwa kita dalam situasi menghadap Tuhan. Maka dengan sendirinya maka shalat itu harus penuh konsentrasi (khusyu’). Dan dari segi tinjauan tasawuf, shalat yang tidak khusyu’ tidak ada gunanya.

Rangkaian shalat kemudian diakhiri dengan salam. Salam adalah lambang pembukaan kembali dimensi horisontal hidup kita. Ucapan salam dalam shalat kita pertegas dengan menengok ke kanan dan ke kiri. Ini adalah simbolisme yang tafsirannya kurang lebih adalah kalau kita mengaku pernah memiliki hubungan baik dengan Allah dalam shalat, maka kita diminta untuk memastikan hubungan baik kita itu dengan sesama manusia.



D.    Bagian Keempat: Mengembangkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual
1.      Sabar Menghadapi Fitnah
Bersabar dan berdoa agar orang yang memfitnah diberi kesadaran adalah langkah yang tepat. Sabar terhadap ujian termasuk di dalamnya mendapat fitnah orang lain mengandung sikap ikhlas.jika tidak bersabar, ada dua kerugian yang akan didapatkan: (1) Luput dari pahala bersabar. (2) Mendapat dosa dari ketidakikhlasan mendapat ujian dari Allah SWT untuk bersabar.

Dalam kasus ini kita berhasil mengenyahkan tindakan balas dendam lalu menggantinya dengan ikhlas dan tawakal serta mendoakan orang yang memfitnah. Atau dengan kata lain, kita telah sampai pada tingkatan ihsan, merasakan kehadiran Allah SWT seakan-akan melihatnya atau setidaknya betul-betul menyadari bahwa Dia melihat kita. Orang yang telah dianugerahi tingkatan tajalli atau ihsan ini umumnya juga mendapat anugerah sejumlah situasi batin (ahwal) seperti ketenangan batin yang luar biasa dan kerelaan hati.

Hanya saja, tetap perlu disadari kualitas tajalli dan ihsan tersebut tidak terbatas. Artinya kualitasnya akan bergantung pada seberapa besar kemampuan seseorang mengenyahkan sikap negatif dan mengisinya denagn sikap positif serta seberapa sering dia mampu melakukan itu.


2.      Islam dan Keseimbangan Hidup
Dalam Islam harus ada keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi, dalam Islam prinsip keseimbangan merupakan suatu keharusan sebagaimana tergambar dalam perintah Allah SWT (Q.S al Qashash (28):77): “Carilah apa saja yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (berbagai upaya) untuk bekal akhirat nanti, namun janganlah kamu lupakan nasibmu di dunia….” Prinsip keseimbangan inilah yang dikenal dengan bahasa al-Quran sebagai “adil” sebagaimana tertuang dalam perintah Allah QS al-Nahl (16): 90, juga QS al-Maidah (5):8, “Adil” inilah syarat adanya keseimbangan di samping “keselarasan”. Ditandai adanya kepuasan batin (ridha) dari pihak duniawi dan ukhrawi.


3.      Mengelola Rasa Marah
Rasa marah adalah bagian dari hawa nafsu (nafsu rendah) (QS. Yusuf /2: 53), sehingga rasa marah juga tidak harus dihilangkan sama sekali dari diri manusia, karena rasa marah ini pun  kalau diatur dengan baik akan membawa pada kebaikan. Contohnya adalah marah ketika melihat kemungkaran. Ketika itu marah sangat dibutuhkan untuk menentang dan melawannya agar tidak menimbulkan kerusakan di masyarakat (amar ma’ruf nahi munkar).

Marah merupakan salah satu kelengkapan hidup manusia, sebab marah kadang-kadang mengandung manfaat jika dilakukan dengan proporsional. Yang tidak diperbolehkan adalah sikap pemarah. “Man ustughdliba wa lam yadhglab fahuwa himar” (Barangsiapa yang seharusnya marah namun dia tidak marah, maka dia adalah keledai). Agama Islam telah mengatur bagaimana memenej nafsu, termasuk rasa marah agar tidak liar, dapat terkendali, dan menjadi nafsu muthma’innah (QS. al-Fajr/89: 27-28).

Cara memenej rasa marah tersebut salah satunya dengan berpuasa (tidak makan dan tidak minum). Puasa yang mengakibatkan lemahnya kondisi fisik manusia ini, merupakan cara yang sangat efektif untuk menurunkan gejolak hawa nafsu. Langkah-langkah di bawah ini adalah bagian dari upaya mengendalikan rasa marah yang cenderung merusak:
a.       Apabila muncul rasa marah, maka hendaknya seseorang berwudlu. Ibarat api, marah akan padam jika disiram dengan air.
b.      Jika masih tetap marah, maka disarankan mandi.
c.       Merubah posisi. Jika marah dalam posisi berdiri, maka hendaknya seseorang segera duduk. Kalau dengan duduk masih marah, hendaknya berbaring dan tidur, sampai reda marahnya.


E.     Bagian Kelima: Zikir dan Do’a, Komunikasi Spiritual dengan Tuhan
1.      Dzikir Khafi
Dzikir Khafi adalah samar atau dzikir rahasia (sirr), atau denagn dzikir hati (qalbi). Dzikir artinya ingat, ingat itu bisa secara lisan maupun secara batin (hati). Dzikir lisan diharapkan bisa menuntun dzikir hati. Apabila seseorang sudah bisa dzikir hati berarti bisa melakukan sikap dzikir, artinya setipa saat dia selalu ingat kepada-Nya. Kemudian yang terakhir dzikir perbuatan (af’al) artinya dzikir tadi tidak hanya bersifat pasif tetapi juga aktif, yakni diwujudkan dalam perbuatan sehari-hari. Seperti menyantuni kaum dhuafa (lemah), membantu perbaikan jalan umum, perbaikan tempat pendidikan, dll.

Dalam pengertian dzikir ialah mengucapkan dan melakukan apa saja yang baik menurut agama dan sosial setempat. Demikian juga, amal shalih tidak hanya berupa shalat, zakat, dan haji tetapi juga mencakup semua perbuatan yang baik (shalih), niatnya ikhlas karena Allah dan bertujuan mendapat ridhaNya.


2.      Dzikir Sebagai Penenang Jiwa
Jika sedang resah dan gelisah dalam perjalanan atau dalam kondisi apapun, yang bisa kita lakukan adalah dzikir (mengingat Allah). Allah berfirman: Ala bidzikrillah tathmainnul qulub, yang artinya: “Bukankah dengan mengingat Allah akan menenangkan hati”. Setelah berdoa dan menyerahkan diri kepada Allah sebelum perjalana, selama perjalanan kita juga tidak lepas dari bermunajat kepadaNya dengan selalu berdzikir.

Dzikir dalam arti luas adalah tambahnya kesadaran bahwa Allah adalah sumber gerak, sumber norma, sumber hidup, dan lain-lain. Sedangkan dalam arti sempit yaitu mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir.


3.      Doa dan Munajat
Sebagaimana firman Allah SWT QS. Ghafir/al-Mu’min (76): 60 “Dan Tuhan kalian telah berfirman: Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan balasan kepada kalian”. Ayat ini menganjurkan kepada umat manusia untuk memohon kepadaNya (du’a) sebagai salah satu bentuk pengabdian kita kepadaNya (‘ibadah). Itulah sebabnya dinyatakan pula al-du’a’ huwa al-‘ibadah (doa adalah ibadah).

Inti dari doa adalah ketergantungan kepada Allah SWT. Oleh karena itu salah satu etika yang perlu ditunjukkan saat kita berdoa adalah menampakkan kebergantungan kepada Allah SWT. Etika lainnya adalah hadirnya hati (sepenuh hati atau khusyu’) juga tawadlu’, sebagaimana tertuang dalam QS. al-A’rat (7):55 “Berdoalah kepada Tuhan kalian denagn berendah hati dan suara yang lembut.”

Hadirnya hati dalam berdoa tentunya dapat dirasakan manakala kita memahami apa yang kita mohonkan kepada Allah SWT. Bahasa tubuh dan bahasa lisan hanya menguatkan bahasa hati kita. Dengan alasan ini, berdoa dengan bahasa kita mengerti lebih baik daripada  menggunakan bahasa lain termasuk bahasa Arab tetapi tidak kita pahami dan mengerti apa isinya. Nabi saw bersabda: “Berdoalah kapada Allah SWT dengan penuh keyakinan, ketahuilah bahwa Allah tidak akan menjawab doa dari hati yang lali lagi tidak hadir”.

Munajat secara konseptual memiliki makna tabdul al-asrar wa al-awathif (pertukaran rahasia dan perasaan). Maksudnya adalah terjadinya dialog intensif antara manusia dengan Tuhannya. Istilah ini juga sering diungkapkan dalam makna doa juga, karena isi munajat tidak jauh beda dengan permohonan namun pelaksanaanya lebih intensif. Munajat dalam konsep tasawuf identik dengan taqarrub (mendekatkan diri dengan Allah) hanya saja taqarrub seseorang berangkat dari keinginan berada sedekat mungkin dengan Allah, sementara bermunajat berangkat dari keinginan memperoleh sesuatu yang dimohonkan kepada Allah secara terus menerus.


                                                                                                    

Read More...

Selasa, 03 Mei 2011

Ilmu Sosial Dasar

Leave a Comment
Definisi Masalah Sosial

Dalam hidup bermasyarakat tentunya sering terjadi kesalahpahaman dan perbedaan pendapat. Dalam makalah ini yang akan dibahas adalah berbagai bentuk masalah sosial yang timbul dalam masyarakat. Dalam kehidupan keseharian masyarakat tentunya menganut norma, adat dan budayanya masing-masing. Setiap orang atau individu tentunya mempunyai adat dan budaya yang berbeda. Mengacu ada hal tersebut, maka tak jarang timbul masalah sosial yang terjadi apabila setiap individu tersebut terjun dalam suatu masyarakat atau perkumpulan.

Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.


 Macam-macam Masalah Sosial
 Perbedaan Kepentingan
Sering kita temui keadaan dimasyarakat para anggotanya pada kondisi tertentu, diwarnai oleh adanya persamaan-persamaan dalam berbagai hal. Tetapi juga didapati perbedaan-perbedaan dan bahkan sering kita temui pertentangan-pertentangan.

Sering diharapkan panas sampai petang tetapi kiranya hujan setengah hari, karena sebagus-bagus nya gading akan mengalami keretakan. Itulah sebabnya keadaan masyarakat dan Negara mengalami kegoyahan-kegoyahan yang terkadang keaaan tidak terkendali dan dari situlah terjadinya perpecahan.. Sudah tentu sebabnya, misalnya adanya pertentangan karena perbedaan keinginan.
Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideology tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.

Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka adalah sikap (biasanya negatif) kepada anggota kelompok tertentu yang semata-mata didasarkan pada keanggotaan mereka dalam kelompok (Baron & Byrne, 1991). Misalnya karena pelaku pemboman di Bali adalah orang Islam yang berjanggut lebat, maka seluruh orang Islam, terutama yang berjanggut lebat, dicurigai memiliki itikad buruk untuk menteror. Sementara itu, Daft (1999) memberikan definisi prasangka lebih spesifik yakni kecenderungan untuk menilai secara negatif orang yang memiliki perbedaan dari umumnya orang dalam hal seksualitas, ras, etnik, atau yang memiliki kekurangan kemampuan fisik. Soekanto (1993) dalam ‘Kamus Sosiologi’ menyebutkan pula adanya prasangka kelas, yakni sikap-sikap diskriminatif terselubung terhadap gagasan atau perilaku kelas tertentu. Prasangka ini ada pada kelas masyarakat tertentu dan dialamatkan pada kelas masyarakat lain yang ada didalam masyarakat. Sudah jamak kelas atas berprasangka terhadap kelas bawah, dan sebaliknya kelas bawah berprasangka terhadap kelas atas. Sebagai contoh, jika kelas atas mau bergaul dengan kelas bawah maka biasanya kelas atas oleh kelas bawah dicurigai akan memanfaatkan mereka. Bila kelas bawah bergaul dengan kelas atas dikira oleh kelas atas akan mencuri dan sebagainya.
Sebagai sebuah sikap, prasangka mengandung tiga komponen dasar sikap yakni perasaan (feeling), kecenderungan untuk melakukan tindakan (Behavioral tendention), dan adanya suatu pengetahuan yang diyakini mengenai objek prasangka (beliefs). Perasaan yang umumnya terkandung dalam prasangka adalah perasaan negatif atau tidak suka bahkan kadangkala cenderung benci. Kecenderungan tindakan yang menyertai prasangka biasanya keinginan untuk melakukan diskriminasi, melakukan pelecehan verbal seperti menggunjing, dan berbagai tindakan negatif lainnya. Sedangkan pengetahuan mengenai objek prasangka biasanya berupa informasi-informasi, yang seringkali tidak berdasar, mengenai latar belakang objek yang diprasangkai. Misalnya bila latar belakang kelompoknya adalah etnik A, maka seseorang yang berprasangka terhadapnya mesti memiliki pengetahuan yang diyakini benar mengenai etnik A, terlepas pengetahuan itu benar atau tidak.

Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi :
1. berlatar belakang sejarah
2. dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional
3. bersumber dari factor kepribadian
4. berlatang belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama


Ethnosentrisme dan Stereotype
Setiap suku bangsa atau ras tertentu akan memiliki ciiri khas kebudayaan, yang sekaligus menjadi kebanggaan mereka. Suku bangsa, ras tersebut dalam kehidupan sehari-hari bertingkah laku sejalan dengan norma-norma, nilai-nilai yang terkandung dan tersirat dalam kebudayaan tersebut.
Suku bangsa, ras tersebut cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai sesuatu yang prima, riil, logis, sesuat kodrat alam dan sebagainya. Hal –Hal tersebut dikenal sebagai etnosentrisme. Pengertian etnosentrisme adalah suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakan sebagai tolok ukur dalam memandang kebudayaan yang lain.
Stereotipe adalah pendapat atau prasangka mengenai orang-orang dari kelompok tertentu, dimana pendapat tersebut hanya didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok tertentu tersebut. Stereotipe dapat berupa prasangka positif dan negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang. Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula stereotipe: psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik antarkelompok. Sosiolog menekankan pada hubungan di antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial. Para humanis berorientasi psikoanalisis (mis. Sander gilman) menekankan bahwa stereotipe secara definisi tidak pernag akurat, namun merupakan penonjolan ketakutan seseorang kepada orang lainnya, tanpa memperdulikan kenyataan yang sebenarnya. Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat, namun beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotipe sesuai dengan fakta terukur.
Matsumoto (1996) menunjukkan bahwa kita dapat belajar untuk mengurangi stereotip yang kita miliki dengan mengakui tiga poin kunci mengenai stereotip, yaitu:
• Stereotip didasarkan pada penafsiran yang kita hasilkan atas dasar cara pandang dan latar belakang budaya kita. Stereotip juga dihasilkan dari komunikasi kita dengan pihak-pihak lain, bukan dari sumbernya langsung. Karenanya interpretasi kita mungkin salah, didasarkan atas fakta yang keliru atau tanpa dasar fakta.
• Stereotip seringkali diasosiasikan dengan karakteristik yang bisa diidentifikasi. Ciri-ciri yang kita identifikasi seringkali kita seleksi tanpa alasan apapun. Artinya bisa saja kita dengan begitu saja mengakui suatu ciri tertentu dan mengabaikan ciri yang lain.
• Stereotip merupakan generalisasi dari kelompok kepada orang-orang di dalam kelompok tersebut. Generalisasi mengenai sebuah kelompok mungkin memang menerangkan atau sesuai dengan banyak individu dalam kelompok tersebut.

Konflik dalam kelompok
Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan cirri-ciri dari situasi konflik yaitu :


1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagian yang terlibat di dalam konflik
2. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan
3. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi paa lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepaa lingkungan yang luas yaitu masyarakat.
1. Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistic didalam diri seseorang
2. Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
3. Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai norma-norma kelompok yang bersangkutan berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa dalam kebudayaan-kebudayaan lain.

Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1. elimination; yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yagn diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri
2. Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya
3. Majority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority Consent; artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan kegiatan bersama
5. Compromise; artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah
6. Integration; artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak

 Faktor yang Mempengaruhi Masalah Sosial
Fakor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah sosial antara lain :
  •  Kurangnya rasa solidaritas dalam masyarakat
  • Dis Komunikasi atau komunikasi yang kurang baik
  • Tingkat pendidikan masyarakat
  • Perbedaan budaya, adat dan kebiasaan
Read More...